8. Tuntutan

101 14 0
                                    

Hai, gaisss!!!!

Siap baca part 8????

Jangan lupa vote dan komen ya, karena itulah penyemangat aku 🖤

***

Bagi Afka, ruang makan merupakan tempat paling mematikan yang ada di dalam rumahnya. Di tempat inilah Nugraha dan juga Viona memberikan nasihat yang lebih terdengar seperti tuntutan pada kedua anak laki-lakinya.

Nazwa—anak perempuan satu-satunya di keluarga Nugraha yang selalu dibebaskan dalam mengambil keputusan akan masa depan. Hal itu terkadang tentu saja membuat Afka dan Fazwan iri kepada saudari mereka.

“Ka, Papa tau ya kalau kamu sering bergaul sama gadis yang namanya Ivara itu. Papa juga tau siapa dia sebenarnya,” celetuk Nugraha.

Afka mengembuskan napasnya perlahan. Mulai lagi.

“Terus mau Papa apa?” tanya Afka dengan cukup keras. Memang tidak sopan, tapi Afka sudah muak dengan semua tuntutan di dalam hidupnya.

“Afka! Gak baik ngomong kayak gitu sama Papa,” larang Viona.

Nugraha terus mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya, setelah itu ia akan berbicara. “Jauhi dia dan fokus urus media keluarga kita! Papa yakin media itu akan semakin besar di tangan kamu!”

“Tapi Pa, Afka udah gak tertarik lagi sama media massa.” Dulu, saat usianya masih 12 tahun, Afka sempat tertarik menjadi seorang wartawan. Pada saat itu di mata Afka menjadi wartawan sangatlah mengasyikkan. Dia bisa memberitahu seluruh dunia mengenai informasi-informasi penting yang ada di sekelilingnya.

Hingga saat ini, pandangan itu tidak pernah berubah. Namun jika melihat media keluarganya sendiri, Afka enggan terpikat. Sedari dulu cara kerjanya hanya mementingkan popularitas di kalangan remaja saja.

“Kamu belum coba Ka, jangan bilang kayak gitu dulu,” ucap Viona yang ikut menasihati.

“Menurut gue lo boleh aja sih deket sama cewek yang namanya Ivara itu, tapi lo harus bisa manfaatkan dia untuk jadi narasumber media kita. Kan lumayan Ka.” Tidak hanya diam, Fazwan pun ikut menasihati adiknya.

Nugraha mengangguk setuju. “Nah tuh, dengar apa kata Abang kamu. Ivara itu dua tahun di sekap di ruangan bawah tanah, pasti banyak cerita dia yang bisa kita jadikan berita. Beritanya juga pasti laris di pasaran.”

“Gila, ternyata pemikiran Papa sama Abang sependek itu ya?”

“Afka!!” tajam Viona dengan mata yang melotot.

Najwa yang sedari tadi berusaha menikmati makanannya kini berhenti dan melirik ke arah Afka yang duduk di sampingnya. “Dek! Lo gak boleh ngomong kayak gitu sama Papa.”

“Afka gak akan pernah manfaatkan Ivara untuk kepentingan publik! Udah cukup penderitaan dan trauma yang dia alami selama ini! Sejak awal Afka liat di sekolah, Afka janji bakal jaga dia sebaik mungkin!” Afka mengambil tas sekolahnya yang ada di samping kaki kursi. Ia pun pergi tanpa berpamitan terlebih dahulu.

***

Hari ini, kelas Ivara dan Jiya terpaksa harus terlambat istirahat. Kelas Ivara baru saja selesai ujian harian, sementara kelas Jiya terjebak oleh guru matematika yang lupa dengan waktu istirahat. Oleh karena itu, mereka kini jalan bersamaan menuju kantin.

Sebenarnya, terdapat banyak jalan dari gedung jurusan IPA menuju kantin. Namun Viraya Squad selalu memilih jalan yang melewati masjid sekolah. Ini merupakan jalan favorit mereka, terutama untuk Jiya.

Setiap melewati depan masjid, Jiya selalu mencuri pandang ke dalam. Ia selalu mencari seorang pria bernama Nizam. Pria saleh yang selalu menyempatkan waktu untuk salat duha setiap harinya.

AFVARAWhere stories live. Discover now