4. Membuka Suara dan Mengorek Luka (1)

163 20 2
                                    

Halo, gaiss!!!

Yeay bisa update lagi!!! Apa kabar semuanya? Semoga hidup kalian baik-baik aja yaa...

Sebelum baca jangan lupa vote dan komennya ya, karena itu menjadi penyemangat besar aku 🖤

***

Kerutan di dahi Ivara terlihat begitu jelas begitu Darva menyodorkan sebuah kertas sebelum duduk di kursinya sendiri. "Apa?" tanya Ivara tidak mengerti, kepalanya menoleh ke belakang.

"Nomor telepon gue, kalau butuh apa-apa hubungi gue," jawabnya dengan dingin.

Ivara semakin bingung dengan perkataan tersebut. "Lo suka ya sama gue?" tanya Ivara dengan penuh percaya diri.

Darva tersenyum picik. "Sembarangan lo kalau ngomong! Gue cuman kasihan sama lo, berbuat baik gak ada salahnya kan?"

Senyuman semringah yang semula terpancar di bibir Ivara langsung memudar begitu saja begitu Darva berbicara demikian. "Gue gak perlu rasa kasihan dari lo!" tajamnya sambil mengembalikan kertas kecil yang penuh lipatan itu.

Decakan kecil keluar dari mulut Darva. Ah susah banget sih?! Gak mungkin kan kalau gue kasih tau dia nama belakang kita itu sama! Bisa habis kena omel Papa nanti!

"Bisa diterima aja gak tawarannya?! Gak usah resek jadi orang! Ditolong malah nolak!" kesal Darva pada akhirnya.

Karena tidak ingin berdebat, akhirnya Ivara pun kembali mengambil kertas itu lagi dan memasukkannya ke dalam saku. Masalah dipakai atau tidak, itu urusan nanti. Yang jelas nomor itu sudah ada di dalam saku Ivara.

***

"Oke! Gue sama Jiya udah capek banget liat lo berdua diem-dieman selama beberapa hari terakhir ini! Kita gak tau masalah lo berdua apa, tapi mau sampai kapan lo kayak gini?"

Salvina dan Ivara saling melirik satu sama lain. Semenjak kejadian malam itu, keduanya memang tidak banyak bicara dan nyaris saling menjauhi satu sama lain. Ivara yang masih kesal dengan Salvina, dan Salvina yang malu untuk meminta maaf terlebih dahulu pada Ivara.

"Oh my god! Come on, guys! Setelah yang kita lewati selama ini, kalian mau jadi musuh gitu aja? Lo berdua biasanya bijak loh! Kenapa malah jadi kayak gini sih?" Kini giliran Jiya yang mengomeli keduanya.

Salvina mendesis. "Ini bukan salah Ivara, gue yang salah."

Mata Ivara terbuka sempurna dan menggeleng pelan. "Gak! Gue yang salah, harusnya gue tau lo punya trauma tersendiri, gue egois hanya karena rasa iri gue sendiri."

"Gue yang salah."

"Gak! Gue yang salah."

"Gue!"

"G-"

"Stop, guys! Kita gak ngerti mau lo berdua apa! Apa pun masalahnya, kita mau kalian baikan sekarang," suruh Jiya dengan kesal.

Ivara dan Salvina saling bertatapan kembali, tak lama sebuah senyuman kecil terlukis di bibir keduanya. "Gue minta maaf sama ucapan gue kemarin, Ra." Salvina mengulurkan tangannya terlebih dahulu dan disambut oleh Ivara.

"Gue juga minta maaf, Sal."

Akhirnya Jiya dan Salvina bisa bernapas lega mendengarnya. Beberapa hari terakhir ini memang terjadi ketegangan antara mereka karena masalah Salvina dan Ivara yang tidak diketahui.

"Now, i wanna tell you about something, guys." Setelah suasana mulai membaik, Yashvi mengubah raut wajahnya dengan serius. Kekhawatiran yang ia sembunyikan selama seminggu ini akhirnya bisa ia tunjukkan kepada ketiga sahabatnya itu.

AFVARAWhere stories live. Discover now