9. Bantuan yang Cukup

82 14 0
                                    

Hai, gaiss!!!

Jangan lupa vote dan komen ya!

***

Afka kalah telak. Akhirnya ia menuruti ucapan kedua orang tuanya, hanya saja menggunakan cara yang diberikan oleh Fazwan. Sepulang sekolah tadi, ia mengambil beberapa file mengenai keuangan Media Remaja Indonesia selama 5 tahun ke belakang. Kini tugas pertamanya harus memahami itu semua.

Waktu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Afka ingin menuntaskan pekerjaannya malam ini juga. Lagi pula esok merupakan hari Sabtu dan ia tidak mau menghabiskan waktu berlama-lama hanya untuk memahami suatu hal yang tidak diminati sama sekali.

Afka terus menatap layar laptop, terdapat 2 buah kolom yang ia ubah warnanya menjadi merah. Kolom tersebut merupakan kolom yang tidak ia mengerti.

Pagi harinya, Afka menemui Nugraha yang tengah bersantai di teras rumah. Tangannya membawa laptop yang menyala dan menunjukkan tabel keuangan yang ia susun semalaman.

“Eh Ka, gimana? Udah kamu pelajari?” tanya Nugraha begitu melihat putra bungsunya.

Afka mengangguk kecil, menarik sebuah kursi dan duduk di samping papanya. “Ada beberapa hal yang mau Afka tanya sama Papa.”

“Tepat di tanggal 28 Januari tahun 2019 ada biaya pengeluaran sebanyak 6,98 milyar, itu untuk apa ya Pa?”

Nugraha mengernyit dan menarik laptop yang sudah Afka simpan di atas meja. “Oh ini kan udah ada keterangannya Ka, biaya lain-lain,” jawabnya dengan santai.

“Biaya lain-lain untuk apa?” tanya Afka yang masih dipenuhi kebingungan.

Nugraha menghembuskan napasnya perlahan, ditutupnya laptop tersebut dan berkata, “Kita gak akan pernah tau berapa biaya mendesak yang dibutuhkan oleh perusahaan. Nah ini adalah contohnya.”

Afka hanya mengangguk kecil, meskipun hatinya tetap merasa mengganjal. Aneh saja jika perusahaan mengeluarkan biaya mendesak sebanyak itu, kecuali jika terjadi penggelapan dana di dalam perusahaan.

“Udah selesai kan baca-baca keuangan perusahaan? Besok lusa Papa mau kamu baca soal kesekretariatan ya,” pinta Nugraha.

“Iya Pa, nanti Afka baca,” angguknya sebelum pergi.

***

“Gak mungkin kalau dia suka sama gue Sal,” bantah Ivara ke sekian kalinya. Sedari malam tadi Salvina terus berasumsi bahwa Afka benar-benar menyukai Ivara.

Salvina si anak keras kepala tetap kukuh pada pendiriannya sendiri. Kini mereka berdua tengah berada di dapur dan menyantap sarapan hasil kerja keras dari Ivara di pagi hari.

“Lo kalau gak percaya sama gue, coba deh tanya Afka. Logikanya kalau dia emang baik pasti dia juga bakal ngajak kita bertiga jalan tiap balik sekolah,” jelas Salvina.

Ivara hendak membuka mulutnya untuk berbicara, namun Salvina memotongnya kembali. “One more, udah berapa banyak hadiah yang lo terima dari dia?”

Jari-jari tangan Ivara mulai bergerak, otaknya menghitung berapa banyak barang dan makanan yang sudah Afka berikan padanya dan ternyata memang cukup banyak. “Tapi Sal, kalau dia tau gue udah gak perawan pasti dia bakal jauhi gue,” jawabnya dengan cemas.

“Bukan cuman Afka Sal, pasti semua cowok yang dekati kita bakal kayak gitu. Makanya gue gak mau berharap lebih sama Afka atau pun Darva,” tambah Ivara dengan cukup tegas.

“Wow, kayaknya pembahasan 2 anak gadis cantik pagi ini cukup serius ya.” Rengganis sudah berdiri di belakang mereka sedari tadi. Wanita ini sengaja mendengarkan perbincangan mereka berdua dan enggan untuk memotongnya.

AFVARAWhere stories live. Discover now