22. Satu Frekuensi

44 13 5
                                    

Halo gaiss!!! Ya ampun, hampir 3 minggu aku gak update 😭😭😭

Sedih banget, bener-bener ngerasa bersalah :(

Tapi ini aku update kok, walaupun aku mau minta maaf kalau ada typo di part ini. Maaf yaaaaaa:((

Anyway, jangan lupa vote komen yaa!!!

***

“Sebelum ke rumah lo, antar gue ke rumah Darva dulu ya? Lo mau kan?” tanya Ivara di parkiran sekolah.

Tadi pagi, Afka mengajak Ivara untuk datang ke rumahnya. Pria itu berkata bahwa ia ingin mengenalkan Ivara pada seseorang yang akan membuat gadis itu semakin merasa bahagia.

“Loh mau ngapain, Ra? Kalau gitu kenapa gak bareng sama Darva aja?” Nada suara Afka terdengar seperti orang yang cemburu. Karena memang benar, pria ini cemburu dan merasa bahwa Ivara lebih senang datang ke rumah Darva dibandingkan rumah dirinya.

Mata Ivara tidak berani menatap Afka. Gadis itu sibuk memasang helm pada kepalanya. Ia tidak enak jika harus bercerita bahwa Kanaya memberinya uang sebanyak 10 juta. Ivara merasa bahwa ia benar-benar tidak pantas mendapatkannya. “Darva ada ekstrakurikuler hari ini, jadi dia gak bisa antar gue. Lagian gue mau ketemu sama Tante Kanaya.”

That’s something wrong?” tanya Afka penuh curiga.

“Jangan-jangan lo dibully lagi ya? Makanya lo mau ngadu ke Tante Naya?” cecar Afka kemudian.

Mata Ivara terbuka lebar mendengarnya. “Ya ampun! Gak, kok! Gue gak dibully siapa pun, gue cuman mau balikin uang bulanan yang dikasih sama Tante Naya,” jujur Ivara pada akhirnya.

Afka mengernyit. Membalikkan suatu hal yang sudah diberikan oleh Kanaya bukanlah hal yang mudah. Afka tahu itu. “Yakin? Gue tau persis jawaban Tante Naya nanti bakal kayak gimana,” ejek Afka.

“Gimana?” tantang Ivara dengan senyuman.

“Ivara, Tante ikhlas kasih kamu semua itu. Kamu juga harus terima dengan ikhlas, ini rezeki dari Tuhan buat kamu,” ucap Afka menirukan suara Kanaya.

Ivara tertawa mendengarnya. Suara Afka yang menirukan Kanaya benar-benar cocok dan pas sekali. “Lo transgender ya?” tanyanya pura-pura bodoh.

Tangan kiri Afka mencubit pipi kiri Ivara dengan gemas. “Kurang ajar lo ya!”

Salah satu tangan Ivara naik dan menggenggam lengan Afka. Membuat pria itu terkejut karena kini Ivara sudah mau menyentuh dan disentuh olehnya. “Udah ah, ayo buruan antar gue,” ajak gadis itu kemudian.

Setelah Ivara naik, motor Afka pun melaju menuju rumah Darva.

“Sudah sampai, Yang Mulia,” ucap Afka begitu sampai di depan gerbang rumah Darva.

Dengan cepat Ivara turun dari motor Afka. Gadis itu sedikit bingung, ada satu pertanyaan yang mengganjal di hatinya. “Kenapa berhenti di sini? Kenapa gak di dalam aja? Kan Afka udah biasa datang ke rumah Darva.”

“Lo masuk aja, gue tunggu di sini. Jangan bilang kalau lo di anter sama gue ya,” pinta Afka.

Setelah memberikan helm yang dikenakannya pada Afka, akhirnya Ivara pun membuka suara dan menanyakan rasa penasarannya. “Lo kenapa gak parkir di dalam?”

Afka menggeleng kecil. “Gak perlu, gue mau isi angin ban motor dulu,” bohongnya dengan mata yang melirik ke arah bawah.

Walaupun tahu bahwa Afka berbohong, Ivara hanya memilih untuk diam. Biarlah saja itu semua menjadi urusan Afka dan Kanaya nantinya.

AFVARAWhere stories live. Discover now