(3)Ayam Crispy

54 15 0
                                    

Hai apa kabar semuanya?....
Ada yang masih penasaran visualisasi Naraya?
Let's met her



♡'・ᴗ・'♡
-----

Terik siang hari tidak menyurutkan semangat Bervan untuk menghabiskan bucket ayam yang beberapa waktu lalu sudah mengganda menjadi sepuluh karena Bervan sekali lagi memesannya. Semenjak Naraya meng-iya-kan permintaan Bervan untuk berteman, cowok itu jadi seperti kerasukan setan. Jam pelajaran kosong di hari pertama menjadi murid kelas sepuluh ia gunakan sebisa mungkin untuk membuat kerusuhan sebelum banyak guru mengenalinya.

Javero yang sedang berlatih basket nampak mendekat, menyicip salah satu paha bawah ayam crispy untuk kemudian ikut membagikan. Javero dan Bervan memang kakak-adik tiri. Rahasia umum tentang Javero yang memiliki adik tiri cukup terkenal khususnya bagi seluruh penghuni SMA 53.

Setannya juga.

"Gratis... Gratis..," Teriak Bervan ditengah lapangan, beberapa guru nampak mulai berkerumun, sementara Naraya, Hanung dan Tanu hanya memilih menonton dari depan kelasnya.

"Rangka apa, dek?" Tanya seorang siswa kelas sebelas, wajah laparnya ketara amat menyiksa.

"Syukuran," Ujar Bervan melirik ke arah Naraya, lalu menaikkan satu alisnya.

Sementara yang dilirik nampak bergidik ngeri sembari melangkah ke arah kelas, Hanung mengekor, tak ingin bersama dengan kulkas di tempat teduh seperti ini.

Bisa hipotermia dia disana.

"Syukuran apaan?" Javero ikut membagikan tanpa tahu alasannya apa.

"Ah ssstttt!" Bervan menjejali mulut Javero dengan dada ayam setelah antrian terakhir sudah pergi.
"Daripada lo banyak omong mendingan lo habisini ini ayamnya masih ada tiga!"

"Gue kan mau basket. Bervan!!" Teriak Javero saat adiknya mulai menjauh, berjalan ke arah ruang bimbingan konseling tanpa menghiraukannya lagi.

Bervan memang harus berhadapan dulu dengan Pak Karja sebelum dibiarkan ke kelas, menyelesaikan permasalahan antrian panjang di lapangan pada jam pelajaran dengan guru bimbingan itu.

"Merasa ganteng kamu begitu?" Tukas beliau berdiri sembari bersandar di sisi meja.

"Justru karena saya ga ganteng jadi saya harus begitu, Pak."

Pak Karja menggeleng. Lalu kalau Bervan tidak ganteng, apa kabar dirinya ini.

"Siapa nama kamu?"

"Bervan Danaka, 10 IPA 1. Anaknya Jaya Danaka," Jawabnya lantang. Seakan memang sedang membanggakan identitasnya.

Pak Karja tersenyum miring, mengerti namun enggan menyanjung anak laki-laki sombong itu.

"Kamu sedang mencoba menggertak saya?" Ucapnya lirih.

"He? Bapak gak kenal Jaya Danaka, ya?"

"Kenal, kenal. Siapa yang tidak kenal sama direktur perusahaan yang menjadi donatur terbesar di Sekolah ini," Pak Karja menutup bukunya pada awal kalimat, meletakkan buku notes bercorak batik di tumpukan berkas lain.

Bervan manggut-manggut, ia yakin akan segera dibukakan pintu oleh Pak Karja dan dipersilahkan keluar oleh pria yang berusia 58 tahun itu. Namun kenyataan yang diterima malah membantingnya kencang.

"Saya bahkan punya nomornya," Tukas Pak Karja enteng, sembari berjalan mendekat dan duduk di samping Bervan.
"Kamu mau lebih kaget ga? Saya baru satu jam lalu melakukan panggilan dengan beliau," Jelas Pak Karja, membuat bulu kuduk Bervan serentak berdiri.

Judes but love 「COMPLETED」Where stories live. Discover now