(8) Pahlawan

39 10 0
                                    

Hai apa kabar semua?
Ada yang penasaran sama kelanjutan cerita?



♡'・ᴗ・'♡
-----

Dua mata Naraya membelalak, ada dingin menyerbu seluruh tubuhnya ketika Raka terpelanting ke lantai. Sembari menegakkan punggungnya, melepaskan rengkuhan dua cowok yang mencengkeram erat pergelangan tangannya, Naraya memegangi kepala yang perih, rambutnya yang sempat dijambak hanya tinggal menyisakan sakit. Namun syaraf ketakutan masih menyerang otaknya. Atensi Naraya kembali teralih pada sosok yang beberapa waktu lalu ia suruh pergi, sosok dengan baju seragam yang seluruh kancingnya sudah tak terkait, menampakkan kaos hitamnya yang digunakan sebagai inner. Bervan berhasil menghajar Raka dan memberinya hampir sepuluh bogem mentah, menendang kaki cowok itu dengan emosi menyala-nyala. Naraya tidak pernah melihat Bervan semarah ini, ia tidak menyangka sosok Bervan bisa sebrutal ini.

Sayangnya Bervan hanya sendiri, sementara lawannya membawa dua teman. Dengan sigap dua teman Raka berhasil memotong serangan Bervan, memegangi dua lengan Bervan lalu membentangkan tubuh cowok itu tepat di depan Raka. Masih terlihat nyala api memburu di bola mata Bervan, bahkan ia berhasil terlepas beberapa kali dari pegangan dua teman Raka, tentunya dengan menghadiahi mereka tinju di pelipis pada akhirnya.

Pertikaian itu terjadi di depan Naraya, mengunci Naraya dalam lindungan meja yang bergerak ke kanan dan ke kiri. Tubuh Raka yang terpental hampir saja menabrak Naraya jika saja Bervan tidak segera menarik gadis itu menjauh dari dinding. Karena melindungi Naraya, fokus Bervan menjadi lengah, membuat Raka berhasil menendang betis Bervan hingga jatuh menekuk ke lantai.

"Pergi, Ra!" Perintah Bervan yang mulai dipaksa berdiri oleh dua teman Raka yang memegangi lengannya.

"Bangsat! Lo semua anak baru pada ga tahu diri," Umpat Raka mengusap ujung bibirnya yang robek dan mengeluarkan darah.

"Lo ga akan pernah aman lagi setelah ini. Gue pastiin lo bakalan jalan sambil nunduk selama di Sekolah. Gue ga akan pernah biarin lo hidup tenang setelah apa yang lo lakuin ke Nara!" Bervan memekik marah, seakan ada sulut api yang membakar dua bola matanya yang bergetar.

"Banyak omong lo," Raka menghujani perut Bervan dengan tinjunya, melemparkan Bervan ke area belakang hingga tubuhnya terbentur ke dinding.

Bervan masih berusaha bangkit saat tiga siswa mengeroyoknya. Naraya tidak tinggal diam tentu saja, ia berlari keluar dan menjerit sebisanya mencari bala bantuan, kerongkongannya terasa hampir patah kala menjerit meminta tolong sebelum Bervan kehilangan nyawa karena diinjak-injak tubuhnya.

Beberapa detik berlalu, ia melihat gerombolan OSIS berkerumun dari sisi kanan, sementara tim basket berlari dari sisi kiri. Naraya tidak bisa melihat siapa saja yang lari mendekat, namun jelas ia menangkap kehadiran Sekala dan Javero diantara rentetan siswa laki-laki yang berlari menghambur.

"Ra. Kenapa?" Javero datang paling pertama, matanya celingukan mencari arah kemana Naraya menunjuk.

Javero berlari ke dalam kelas setelah melihat Bervan yang sudah menjadi bola bagi kaki Raka dan temannya. Cowok dengan seragam yang sama dengan Raka itu bergerak menolong Bervan yang meringkuk kesakitan. Hanya butuh satu hentakan dan Raka berhasil terpelanting ke belakang. Semua siswa cowok lalu mengerubunginya, menahan langkah Raka yang hendak menyerang Javero.

Sementara di sisi lain, Sekala berhasil merengkuh Naraya. Menenggelamkan kepala gadis itu di tubuhnya. Isaknya tak berhenti bahkan setelah Sekala membawanya meringsut mundur.

"Gila lo, Ka?" Javero membantu Bervan berdiri, lalu berpaling mendorong bahu Raka kasar.

"Dia yang mulai!" Raka memberikan pembelaan.

Judes but love 「COMPLETED」Where stories live. Discover now