(15) Balas Budi

26 9 0
                                    

Hai apa kabar semua
Masih setia nemenin Bervan berjuang, kan?

(✿ ♡‿♡)
-----

Bervan benar-benar membuktikan ucapannya, dia tak segera membawa Naraya pulang setelah pulang dari Rumah Sakit, cowok itu dengan segala kenekatannya membawa Naraya untuk makan di salah satu restoran junk food yang lumayan terkenal dengan menu burger dan juga minuman sodanya.

Wajah Naraya masam, menatap hampa jendela di sampingnya, ada beberapa bunga mekar di atas rumput tinggi yang dipotong dengan bentuk hati. Bervan yang membawa nampan berisi dua burger, dua kentang goreng dan dua cola sampai dibuat bergantian menatap Naraya dan rumput sembari berusaha untuk duduk.

"Ra?" Bervan memecah lamunan cewek di depannya.
"Fokus banget lihat apa sih?"

Naraya menggeleng, perlahan kepalanya kembali lurus menatap Bervan.

"Lo masih terganggu sama omongan Elena tadi?" Bervan menyodorkan burger, kentang dan cola ke arah Naraya.

Naraya masih menggeleng, lalu kembali menatap rumput.

Bervan menggeser nampan yang ada di depannya, meraih dua tangan Naraya yang bertaut di atas meja.

"Ra..."

Naraya menatap Bervan yang kini menangkup dua tangannya.

"Selama ada gue, ga ada yang bisa sakiti hati lo."
"Jangan sedih lagi! Gue janji kalau semua orang jauhin lo, gue satu-satunya yang bakalan memihak lo, Ra."

Naraya mengerjap pelan. Dua tangan yang ada di genggaman Bervan ia pandang lekat-lekat.

"Gue kalau lagi sedih kelihatan banget, ya?" Tanyanya penuh rasa penasaran.

"Ya enggak lah," Bervan terkekeh, tangannya ia tarik kembali dari tangan Naraya.
"Cewek dingin ga ada ekspresi kaya lo tuh kalau lagi sedih ga ada yang sadar."

Naraya mendecak keras. Salah sekali ia mencoba serius dengan cowok modelan Bervan.

"Cuma orang-orang tertentu yang bisa baca raut muka lo, gue salah satunya."

"Pede sama kepedean bedanya tipis," Sahut Naraya ketus.

"Serius."

Naraya tak menjawab, ia sibuk melepaskan kertas yang membungkus burger. Beberapa kali nafasnya terdengar berat.

"Tapi gue ga lagi mikirin soal omongan Elena kok."

"Terus? Lo gak lagi berusaha mencegah rasa suka lo ke gue, kan?" Mulut Bervan sudah mengunyah potongan kecil burger setelah berhasil memilah dan memilih sisi mana yang bisa digigit untuk pertama kali.

"Bervan! Please deh."

Naraya bersungut-sungut sementara cowok di depannya terkekeh.

"Ya apa, Ra? Lo lagi mikirin apa?" Bervan tersenyum tenang.

"Soal..."

"Soal...?"

Naraya mendengus pelan.

"Kenapa sih Van lo harus bantuin gue waktu itu? Setidaknya lo ga akan kaya gini, dan Raka juga pasti ga akan apa-apain gue."

Bervan menaruh burgernya kembali, melipat dua tangannya di atas meja dengan pandangan intens ke arah Naraya.

"Yakin?"

"Yaaa ... Pasti Van, secara mereka kan pasti ga akan mau kalau posisinya di tim basket jadi kegeser, kan?"

Bervan terkekeh.

Judes but love 「COMPLETED」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang