(18) Siapa Diandra?

28 7 0
                                    


(。♡‿♡。)

Menjadi adik seorang Sekala yang nyaris tanpa cela membuat Naraya merasa bahwa hidupnya memang tertakdir menjadi bayangan. Semua hal yang ia lakukan tidak akan terlepas dari nama Sekala. Panggilan-panggilan atau sematan untuk dirinya tak pernah menanggalkan nama kakaknya, seperti ; "Adik ketos.", "Adik kak Sekala." Atau "Adik si juara umum."

Buruk sekali.

Seperti siang ini, hampir sepuluh ribu kali ia mendengar nama Sekala saat orang-orang melihatnya terduduk di kursi dekat pos scurity, menunggu kedatangan Sekala yang berjanji akan pulang cepat hari ini.

Tapi kenyataannya.

Naraya harus menunggu hampir setengah jam di kursi besi yang ada di bawah pohon kersen samping pos scurity ini.

Lalu lalang motor yang keluar dari area Sekolah hingga parkiran kosong menjadikan Naraya seakan seperti cctv. Miris sekali. Hingga kemudian sebuah tepukan pelan di pundak membuatnya terpaksa menoleh, mendongak kepada sosok yang berdiri di sampingnya dengan beberapa tumpuk kertas di tangan.

"Naraya, ya?" Ucapnya dengan seulas senyum. Dia orang pertama yang menyebut namanya dengan baik tanpa embel-embel nama Sekala dan segala kepopulerannya.

"Kak ... Diandra, ya?" Naraya bangkit mensejajari cewek dengan rambut yang bagian depannya selalu terlihat dijepit ke belakang.

"Iya, lo ngapain disini?" Diandra mengangguk pelan, di belakangnya tengah berdiri seorang cowok yang sibuk dengan panggilannya.

"Emmm, nunggu Kak Sekala."

Diandra tertegun.

"Loh dia belum pulang?" Tanyanya.

Naraya menggeleng, lalu diikuti dengusan kasar Diandra. Satu gerakan memutar dan Diandra berhasil memindahkan semua kertas ke tangan cowok yang ada di belakangnya.

"Jes, kamu duluan ya! Aku mau temenin Naraya ke ruang OSIS sebentar, please bawain kertas ini juga, nanti aku ambil ke rumah kamu!" Ucapnya terburu-buru. Ia langsung menggandeng tangan Naraya agar berjalan bersama menuju ruangan OSIS.
"Makasih ya, Jes." Cowok itu tak menjawab, selain kaget ia juga sepertinya tidak bisa meninggalkan panggilannya.

Naraya belum sempat berkata apa-apa saat lengannya disambar begitu saja oleh Diandra, diajak berlari melewati ruangan demi ruangan hingga berhenti di tempat yang dituju.

"Tuh kan pintunya masih kebuka, kayanya Sekala lupa kalau ada janji," Tukas Diandra masih dengan berusaha menata nafasnya.
"Dasar kebiasaan."

Ruangan itu memang masih terbuka sedikit pintunya, namun terasa dengan jelas bahwa di dalamnya tidak berpenghuni. Sepi, dingin dan sedikit suram. Setidaknya itu yang Naraya pikirkan hingga kemudian Diandra menyeretnya masuk, melewati pintu dengan buru-buru karena merasa terlalu akrab dengan ruangan itu.

Diandra terlihat begitu bersemangat, lalu pada akhirnya pemandangan di dalam ruangan langsung membuatnya memalingkan wajah. Naraya membelalakkan mata kaget atas apa yang dilihatnya, siapa pun pasti juga akan begitu jika berada di posisinya.

Sekala duduk di kursi paling depan, di sampingnya ada seorang cewek dengan rambut panjang tengah mencondongkan tubuh, kepalanya menutupi seluruh wajah Sekala yang nampak sedikit mendongak. Mereka seperti sedang ... Berciuman?

Dengan kasar Naraya menarik tangannya dari genggaman Diandra yang renggang, dengan langkah pasti ia mendekati Sekala, dengan wajah merah padam Naraya menarik tangan cewek di samping Sekala, memaksanya bangkit dan berdiri dari kursi.

Plak!

Suara yang begitu melengking itu membuat Diandra mengerjap pelan, tubuhnya ambruk di kursi terdekat. Sementara Sekala nampak begitu kaget, matanya membulat sempurna atas adegan yang baru saja dilakukan adiknya.

Judes but love 「COMPLETED」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang