(4) Walas galak

42 16 0
                                    

Hai apa kabar semuanya?...
Masih baca cerita ini, kan?
Makasih ya
Jangan lupa follow, vote dan komen ya :)



♡´・ᴗ・'♡
-----

Cuaca mendung menyelimuti hari Jum'at pagi, walaupun harus dibalut hoodie yang pagi-pagi sekali Sekala siapkan, tak urung membuat Naraya kehilangan pesonanya, gadis itu suka menggerai rambut lurusnya, dan tanpa sengaja memamerkannya rambut yang menjalankan fungsi sebagai mahkota kepala dengan begitu sempurna.

Sama seperti kemarin, Naraya dan Sekala berpisah di depan ruang guru, karena  di sana Sekala harus berbelok ke ruang OSIS sebelum menyapa ruang kelasnya sendiri, sementara Naraya akan berjalan menyusuri lorong deretan ruang kelas sebelas sendiri untuk sampai di kelasnya.

"Morning," Suara nyaring itu berhasil membuat beberapa siswa yang berada di kelas ikut menoleh. Bervan yang duduk di kursi Naraya dengan mata berbinar menyapa Naraya ketika gadis itu bahkan belum melangkahi perbatasan pintu.

Tidak ada yang tidak setuju tentang wajah ganteng Bervan. Rahang tegasnya berpadu indah dengan wajahnya yang terlihat maskulin dan cantik secara bersamaan. Jajaran bulu mata lentik yang menghiasi bola mata dengan kornea kecokelatan, kontras sekali dengan rambutnya yang hitam, namun tetap terlihat cocok dan sangat pantas untuk dipandang. Hanya saja cowok itu berisik sekali.

Ia menelan toa sebagai sarapan, makan siang dan malamnya. Itu keyakinan sebagian orang.

"Ini bangku gue," Naraya memegangi dua tali strap bahu tasnya, menahan diri agar tidak menampar orang pagi-pagi.

"Oh iya? Wah... Pantesan aja nyaman banget," Bervan bergerak aktif sekali pagi-pagi. Dua tangannya melingkar di meja lalu dijadikan sebagai bantal.

Naraya memutar bola matanya kesal.

"Bervan tolong pergi!"

"Oke, tapi lo harus terima roti cokelat ini dulu!" Bervan mengulurkan potongan bolu cokelat yang terbungkus dalam plastik kemasan. Dari penampakannya, ini adalah potongan bolu cokelat yang biasa dijual di toko roti.

"Dalam rangka apa kasih gue roti?" Naraya menyerah, memilih menyimpan tasnya di atas meja lalu duduk di bangku lain.

"Hmmm."
"Peresmian pertemanan kita," Ujar Bervan ceria. Naraya menangkap iri senyum sumringah itu, seakan ingin juga dapat sebahagia ini di tengah segala masalah yang menderanya.

Naraya menggeleng tak percaya, ia menoleh ke kanan dan ke kiri, menyapukan pandangan ke seluruh area kelas dan menemukan Tanu yang sibuk dengan ponselnya.

"Rotinya buat gue, kan?" Naraya bangkit, merampas roti itu dari tangan Bervan dan bergerak mendekati Tanu, tangannya terulur ke arah Tanu yang memandang Naraya dingin.

"Kok?__" Bervan ingin protes, tapi kalimatnya kembali dipotong Naraya.

"Kan udah punya gue, kan? Bebas dong mau dikasih ke siapa," Naraya menaruh roti itu di meja saat manusia es di depannya tak kunjung menerima roti yang terulur ke arahnya. Naraya bergegas pergi tanpa menjelaskan apa-apa.

"Kenapa sih itu orang," Desis Tanu menurunkan kaki yang semula terjulur bertengger di atas meja.

"Sekarang mendingan lo pergi ke tempat duduk lo sendiri!" Usir Naraya, dengan suara yang meninggi, membuat sebagian siswa menoleh.

Tak berperasaan sekali kamu, Naraya.

Bervan mengangguk, nyengir kuda dengan usiran itu tanpa merasa tersinggung sedikit pun. Malah hatinya semakin tertantang, entah itu sulit atau sangat sulit, Bervan yakin ia akan segera akrab dengan Naraya seperti Hanung, bahkan lebih.

Judes but love 「COMPLETED」Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt