(29) Bioskop

18 6 1
                                    


Mau minta maaf  boleh ga?
Maaf terlalu lama ga update
Aku update 2x minggu ini
buat gantinya deh
Jangan marah yaa











(⁠´⁠∩⁠。⁠•⁠ ⁠ᵕ⁠ ⁠•⁠。⁠∩⁠'⁠)





Bervan menarik kotak dalam lacinya, tersenyum bangga setelah melihat simpul pita yang kini memiliki bentuk berbeda dari sebelumnya, terlihat ... lebih manis? Perlahan Bervan mengurai simpulnya hingga ia bebas mengangkat bagian atas kotak dan menampilkan isinya. Ada yang hilang, jelas. Bahkan memang itu yang ia inginkan. Sebuah jepit rambut dengan hiasan tiga hati yang disusun dari beberapa mutiara, satu dari dua benda yang semula berada di dalam satu tempat kini berpindah ke kepala seorang gadis, tampak manis seperti yang Bervan bayangkan. Ia kembali menata barang yang tersisa bersama sebuah note yang ia sertakan bersama barangnya.

Keadaan kelas masih sepi, hanya ada dirinya bersama ruangan yang tertutup. Seharusnya Bervan tidak perlu khawatir saat kemudian ada murid lain yang datang, namun yang terjadi ia malah dibuat gelagapan oleh kehadiran orang yang belum siap untuk ia hadapi.

Naraya juga terperanjat, jelas dari gerakan tubuhnya ia kaget dengan kehadiran Bervan di dalam kelas. Geraknya berubah kikuk, ia ingin mundur namun langkahnya membawa Naraya semakin masuk ke dalam ruangan.

"Hai Nara," Bervan berdiri dari duduknya, melambai dengan gerakan berlebihan seperti biasa.

"Lo ... sendiri?"

Bervan tersenyum.
"Kan berdua sama lo."

Oh iya, ya. Tapi maksudnya bukan begitu.

"Tanu mana?"

Bervan mengangkat dua pundaknya lalu menggeleng memberi tanda ketidak tahuannya.

"Ga bareng sama lo?"

"Gue naik angkot."

Naraya mengangguk paham, ia berdiri cukup lama tanpa bersuara. Wajahnya sedikit bimbang lalu sesekali tangannya bergerak masuk ke dalam saku jaket.

"Ada yang mau diomongin?" Bervan membuat Naraya yang semula menunduk kembali menegakkan kepala, ia menggeleng kaku.
"Oh ... Lo mau sarapan bareng? Gue bawa nasi uduk bikinan teteh, kebetulan gue tadi berangkat pagi banget jadi ga sempet sarapan."

Bervan bergerak maju, hendak menggandeng Naraya yang tampak linglung berada di depan kelas untuk ikut duduk dan makan dengannya. Namun belum sampai berhasil, Naraya menarik tangannya kembali.

"Gue mau balikin ini," Jepitan dengan hiasan mutiara membentuk hati itu disodorkan, barang yang hilang dari kotak Bervan berada di tangan Naraya yang menjulur.

"Hah?"

"Gue ... kemarin ga sengaja buka kotak di laci lo, gue lihat ini dan ... Sumpah Bervan awalnya gue ga mau ambil ini tapi karena lo minta gue buktiin kalau gue ga suka sama Javero jadi gue balik dan ambil ini biar lo percaya kalau gue ... " Kalimatnya terjeda, Naraya terengah menjelaskan alasan sepanjang itu untuk hal yang bahkan tidak Bervan tanyakan.
"Gue ga suka sama dia."

Bervan terperangah tak terkondisikan, mungkin akan terlihat begitu kaget atau takjub yang berlebihan. Ia merasa spesial, sangat. Apalagi mendengar bagaimana effort Naraya dalam membuktikan sesuatu yang biasanya akan Naraya biarkan dan membuat Bervan pergi bersama pikiran negatifnya.

"Ah?" Bervan tersenyum, manis seperti kemarin. Deretan giginya rapi memberi pemandangan yang tak pernah membosankan dari wajahnya.
"Terus ... lo suka siapa?"

Lalu entah mengapa kini Naraya berdebar, apa-apaan ini? Situasi yang membuatnya tiba-tiba ingin berubah menjadi kursi.
"Ya ga suka siapa-siapa, gue cuma ga mau ada gosip menyebar soal gue sama Javero."

Judes but love 「COMPLETED」Donde viven las historias. Descúbrelo ahora