(7) Rebutan

36 11 0
                                    

Hai apa kabar semuanya?
Masih setia baca kan?

Hujani aku dengan komen dan vote ya!

🌧

♡´・ᴗ・'♡
-----

Pusing sekali kepala Naraya semenjak ia mengenal Bervan, apalagi setelah deklarasinya tadi pagi, Naraya merasa Bervan semakin berani mendekatinya, juga mendapat banyak dukungan suara menjadikan Bervan merasa jalannya menjadi 'selangkah lebih maju'.

Namun sepertinya, langkah Bervan kelebaran.

Cowok dengan tinggi 180 cm itu kini berjalan di samping Naraya, satu tangannya mengangkat tas Naraya yang padahal tengah berada dalam gendongannya. Itu adalah wujud bantuan Bervan setelah mendengar keluhan pusing yang Naraya lontarkan, tanpa tahu bahwa satu-satunya yang membuat Naraya sakit kepala adalah dirinya sendiri.

"Cie. Udahlah kalian pacaran aja! Ngapain segala calon-calonan?" Ucap Aretha yang memergoki Bervan dan Naraya berjalan beriringan. Di sampingnya ada Hanung yang sibuk dengan ponselnya.

"Sstt! Apaan sih, Ret?" Naraya merinding, bahkan hanya dengan membayangkan dirinya berpacaran dengan Bervan, sudah sangat menggelitiknya seperti ini.

"Nanti lo ga perlu tukar-tukar makan siang lagi sama gue," Tambah Hanung nyengir walaupun matanya tak lepas dari layar ponsel yang miring.

"Nanti gue pesenin lo ayam goreng setiap hari," Bervan ikut nimbrung.

"Tolong ya! Satu orang stres aja tuh gue udah kaya mau gila, jangan ikut-ikut stres deh!" Ujar Naraya jengkel, badannya digoyang-goyangkan agar tangan Bervan terlepas dari tasnya.

Langkah mereka terhenti saat melewati rombongan OSIS yang bergerombol masuk ke dalam ruangan. Bervan merasa ada dua mata yang intens menatapnya di antara banyak sekali para OSIS yang berjejalan, hingga kemudian sosok Sekala keluar dari kerumunan dan menghampirinya.

"Adik gue ga rematik kok," Ucapnya melihat Bervan menenteng tas Naraya yang ada di gendongannya.

"Halo Kak Sekala, ya ampun ganteng banget. Kakak mau rapat OSIS?" Bervan melepas pegangannya, menghampiri Sekala sembari berusaha SKSD (Sok Kenal Sok Dekat). Sementara Naraya hanya memandang geli.

Pemandangan luar biasa yang berhasil membuncah naluri muntahnya.

"Naraya, lo tunggu di gerbang ya! Lima menit gue ambil motor," Ujar Sekala hendak berbalik, namun sialnya ia malah menemukan tatap kosong dalam wajah sendu sebagai bingkai, berdiri tepat di belakangnya dengan tangan yang dipenuhi tumpukan kertas. Semuanya bergeming, termasuk Sekala yang masih kaget oleh kehadirannya.

"Ga mungkin rapat dimulai tanpa lo, Kal."

Siswi itu memaku pandangan Naraya, wajah yang tidak asing namun tidak ia kenal itu berhasil membuat Naraya menyapu area bajunya, mencari identitas lewat bordir nama yang tersemat di sisi kanan bagian dadanya.

Diandra Sania.

Tidak ada yang tidak menarik dari wajah kecil yang memiliki mahkota kepala sepanjang punggung yang lurus tanpa gelombang sedikitpun. Satu jepitan rambut sederhana yang menyingkap rambut bagian depan di puncak kepalanya terlihat seperti mahkota kecil tak bercahaya. Dengan hidung bangir dan dua mata yang memiliki bulu lentik, Diandra adalah gambaran sempurna dari gadis idaman semua laki-laki dari muda hingga tua.

"Masih ada Jesa. Dia cukup buat menggantikan segalanya, kan?" Tatap Sekala berubah tajam, namun hardiknya tidak ia tepatkan sasaran.

"Jesa sakit," Diandra menatap cowok di depannya dengan sorot menekan.

Judes but love 「COMPLETED」Where stories live. Discover now