(13) Acting

31 10 0
                                    

Hai apa kabar semua?
Udah makan? Udah ibadah?
Udah follow? Vote? Komen?🥺
Hujani aku dengan itu semua, bisa?
🌧️🌧️🌧️

♡´・ᴗ・'♡

-----


Entah kenapa pagi ini cerah sekali, sinaran mentari menembus sela-sela dedaunan yang rimbun menghiasi parkiran Sekolah, energi luar biasanya membuat hari ini terlihat seperti potongan kehidupan yang sempurna. Naraya berjalan sendiri melewati halaman, satu dua dan belasan siswa menatapnya penuh tuduh, ia juga masih mendengar banyak bisik yang mengaung-ngaungkan namanya.

Biarlah.

Dari kejauhan Naraya melihat Bervan yang bergerak turun dari motornya, melepas helm fullface warna hitam yang menurut ceritanya kala itu adalah helm kebanggaan semenjak SMP. Raut sumringahnya masih sama, dan tanpa Naraya sadari bibirnya ikut melengkung, menyambut insan yang membawa senyum indah itu mendekat.

Mungkin benar, bahagia itu nular.

"Hai," Sapa Bervan masih dengan susah payah melepaskan hoodie-nya.

"Lo udah masuk?" Naraya melacak raut wajah Bervan, menilik wajah tegas itu dengan semburat senangnya. Dan ia lega, sangat lega, karena semuanya masih sama. Bervan masih terlihat selalu menyejukkan.

Astaga apa-apaan kamu, Naraya?

"Lo kangen kan sama gue," Bervan membungkuk meneliti wajah ranum di depannya. Indah sekali gadis ini di pagi hari.

Naraya mendecih, ia menyesal sempat merasa begitu senang karena Bervan kembali setelah tiga hari absen dari pandangannya.

"Love yourself itu bagus, tapi lo kebanyakan."

Kaki Naraya membawanya berjalan melewati Bervan, walaupun ia tahu pada akhirnya cowok itu mengikuti, berjalan tak sampai satu meter di belakangnya. Aroma citrus khas Bervan yang segar membuat Naraya menghirup udara di depannya lebih dalam. Sejak kapan Bervan sewangi ini? Atau memang ia baru sadar bahwa Bervan memang sewangi ini?

"Kok ga sama Kak Sekala?" Bervan mensejajari, mengangkat ransel Naraya dengan satu tangan saat barang itu sempurna melekat di punggung Naraya. Seperti biasa, Naraya menerima perlakuan absurd itu dengan ikhlas hati.

"Dia ada rapat pagi-pagi, jadi gue naik ojek online tadi."

"Hih kenapa ga nelfon gue aja coba?"

"Ya mana gue tahu lo masuk hari ini?" Omel Naraya dengan wajah galak.

Bervan manggut-manggut. Benar juga.

"Gimana..." Naraya sengaja menjeda kalimatnya, sebenarnya ia terlalu malu menanyakan hal ini, namun Naraya juga ingin tahu.
"Keadaan lo sekarang?"

Hilang sudah image Naraya sebagai cewek yang anti dengan basa-basi.

"Barusan lo tanya kabar gue?" Bervan menunjuk dirinya sendiri. Dua bola matanya membelalak tak percaya dengan ucapan Naraya.

"Ga jadi!"

Bervan tersenyum.

"Gue baik, baik banget malah karena orang yang pertama kali gue lihat setelah sampai di Sekolah itu lo," Jawabnya tanpa melepaskan tangan dari tas Naraya.

Judes but love 「COMPLETED」Where stories live. Discover now