(6) Gosip

43 12 0
                                    

Hai apa kabar semuanya?
Jangan lupa follow, vote dan komen ya
Jangan bikin Naraya marah atau Bervan teriak-teriak

♡'・ᴗ・'♡
-----

Sudah seminggu semenjak anak kelas sepuluh menginjakkan kaki di SMA Negeri 53. Sudah seminggu juga Bervan harus mulai terbiasa bangun pagi setelah tiga tahun di Sekolah Menengah Pertama ia selalu dapat kelas siang.

Hari ini mungkin dibenci oleh sebagian orang, karena setelah libur di hari Minggu, pelajar dan pekerja harus menunggu satu pekan lagi untuk mengistirahatkan tubuhnya yang padahal baru saja diberi waktu untuk istirahat namun malah dipakai untuk jalan-jalan.

Tidak tahu diri sekali, mengeluh lelah tapi tetap ngayang.

Hal yang berbeda bagi Bervan. Senin adalah hari keberuntungannya, karena dengan begitu ia tidak akan berkutat dengan komputer di dalam kamar dan menahan lapar seharian demi tidak melihat Javero berkeliaran di lantai bawah. Bervan harus menunggu Teh Ning, asisten rumah tangga Bervan, yang kecil mungil khas cewek Sunda dambaan tukang bakso depan perumahan.

"Akhirnya pake seragam SMA," Ujar Bervan keluar dari kamar sembari mengangkat dua tangannya tinggi-tinggi untuk meregangkan badan.

Teh Ning hanya nyengir, asisten bawaan Tante Martha itu selalu menguncir rambutnya tinggi-tinggi, jadi sangat mudah mendeteksinya ketika sedang tersenyum atau cemberut.

"Teh, pesanan Bervan mana?"

"Ini Mas, nasi uduk tanpa kacang, kan?" Ujar Teteh, suaranya lembut sekali.

"Tumben lo sarapan," Tukas Javero yang sibuk memasukkan bola basket ke dalam tas mendapat lirikan tajam dari Bervan.

"Perut-perut gue, kan? Lo mau tanggung jawab kalau asam lambung gue naik?" Ketus Bervan.

Javero terkekeh.

"Berangkat bareng Kakak aja, ya!"

"Gimana-gimana? Kakak? Lo beneran harus lihat gue muntah dulu ya baru percaya gue punya asam lambung?"

"Ya daripada lo ngelamun nungguin motor di parkiran."

"Gue mendingan ngelamun sampe Sabtu daripada diboncengin sama motor lo yang bikin pegel itu."

Bervan menarik plastik nasi uduk yang ditata rapi oleh Teteh di lunch box dengan warna hijau pastel. Sementara Javero yang masih sibuk dengan jam tangannya nampak terkekeh melihat kelakuan adik tirinya.

"Teteh, Javero bikinin roti panggang selai kacang, ya!"

***

Jam sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi, Naraya mengamati kembali jadwal hari ini sembari menyisir rambutnya yang sepanjang punggung. Lunch box berisi sandwich sayur sudah ada di atas mejanya, berkat Bi Iin yang bangun kepagian, Naraya juga mendapatkan sandwich ini terlalu pagi.

Keheningan buyar begitu saja ketika Sekala masuk dengan ponsel menyala, tidak ada kata-kata yang keluar selama Sekala berada di ambang pintu, hingga satu tangannya terulur menyerahkan ponsel yang layarnya masih menyala.

"Kenapa?" Naraya menautkan alisnya bingung.

"Baca!" Sekala yang sudah berseragam lengkap menghampiri kasur Naraya dan mendaratkan tubuhnya untuk duduk disana. Sementara Naraya sibuk menggeser layar ponsel Sekala.
"Lo gak ingat nasehat Mama?"

"Nasehat? Emang gue ngapain sih, Kak?" Naraya melirik heran.

"Pacaran itu buang-buang waktu, Ra."

Naraya bergeming, tangannya meremas ponsel Sekala, seakan ponsel itulah sumber masalahnya.

Judes but love 「COMPLETED」Where stories live. Discover now