(21) Misi mencari Naraya

33 9 2
                                    

⊂⁠(⁠(⁠・⁠▽⁠・⁠)⁠)⁠⊃

Waktu baru saja menunjukkan pukul dua malam tepat. Dengan sisa kesadarannya Sekala mengusap mata kasar mengusir rasa kantuk dan lelah yang datang mendera. Tangannya erat mencengkeram kemudi, sesekali cowok itu meneleng mencari yang sudah pasti tidak akan ia temui di jalanan yang sepi ini.

Wajah lelah di samping kursi Sekala sudah menunduk-nunduk, tanda bahwa alam mimpi sudah hampir seluruhnya mengambil alih. Rambut panjangnya teruntai bebas, sesekali pemiliknya mendongak kaget lalu kembali hanyut dalam geliyutnya.

"Depan belok kiri atau lurus, Ndra?" Suara berat Sekala membuat Diandra menegakkan tubuh, ponsel dalam genggamnya kembali ia hidupkan. Beberapa detik cewek itu memutar-mutar menu, menarik bilah notifikasi lalu berakhir dengan masuk ke ruang google maps.

Sekala menyungging senyum kecil, masih tak habis pikir dengan Diandra yang tetap bingung dengan tampilan peta di layarnya.

"Sebentar. Emang lo nyuruh gue pegang maps, ya?" Memang sebenarnya tidak ada. Namun kenapa ia tetap menurut memelototi google maps sejak tadi?

"Kan gue nanya bukan nyuruh lo buka maps," Setidaknya kini baterai kesadaran Sekala bertambah satu garis berkat Diandra.

Keduanya nekat mencari Naraya sejak tadi malam, jam sepuluh yang nikmat bersama ranjang empuk harus Diandra lupakan demi memenuhi ajakan Sekala mencari adiknya yang kabur dengan alasan yang ... konyol.

"Javero masih di belakang?" Cowok itu menolak satu mobil dengan Sekala dan Diandra, katanya tidak ingin menjadi nyamuk. Padahal kalau Javero disini maka Diandra lah yang akan terabai oleh perdebatan keduanya.

"Masih," Diandra mantap menjawab setelah menoleh dan menemukan sorot lampu lain di belakang.
"Jadi ... tujuan kita sekarang kemana?"

"Kalau kata Javero ke Bogor."

"Kenapa Bogor? Kenapa nurut aja sama Javero?"

"Menurut lo setelah lo narik Naraya ke ruang OSIS dan bikin keributan ini gue harus dengerin saran lo?" Sekala memutar kemudinya saat melewati pertigaan. Atensinya selalu terbagi setiap kali ia melihat kedai makanan modern ataupun warung pinggir jalan, berharap menemukan tanda-tanda keberadaan adiknya di sana.

"Ya gue mana tahu kalau lo mau ciuman di sana? Lagipula lo tuh ya kenapa harus ciuman di ruang OSIS sih? Kehabisan banget tempat sepi di Sekolah?"

"Gue ga ciuman, Ndra."

"Gue lihat," Tak ingin kalau ngotot kali ini Diandra menggeser haluannya hingga hampir seluruh badannya menghadap ke arah Sekala.

"Lihat apa? Lo lihat gue cium cewek itu?" Dengan senyum miringnya, Sekala menggeleng. Kenapa menjadi Diandra yang meledak-ledak sekarang?

"Iya."

"Gimana? Gimana gue nyium dia?"

"Yaaa ... " Oke skakmat.

Laju kendaraan di depan Sekala perlahan berhenti karena lampu jalanan yang telah berganti warna, mau tidak mau mobil yang Sekala kemudikan juga harus ikut berhenti. lampu rem berwarna merah menyirami sebagian wajah Diandra yang kebingungan. Sekala bisa melihat mata cewek itu nanar seakan mencari alasan.

"Gimana? Katanya lo lihat kalau gue ciuman, kan?" Dua tangan Sekala merenggang, kaku sekali punggungnya karena menyetir sejak tadi.
"Susah banget gambarin orang ciuman? Belum pernah?"

Diandra mendongak kaget. Dua mata cowok di depannya sudah menatap tajam. Entah untuk alasan apa Sekala terus mendesaknya tapi yang jelas ia tidak suka terpojok seperti ini.

Judes but love 「COMPLETED」Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum