(32) Berubah

21 6 4
                                    





(⁠๑⁠´⁠•⁠.̫⁠ ⁠•⁠ ⁠'⁠๑⁠)

Sudah sepuluh menit semenjak Naraya memasuki ruang kelas yang kosong, hanya terdengar hembus nafasnya dan suara desir pendingin ruangan yang terlihat sama kesepian seperti dirinya. Tangannya bergerak memutar kotak berwarna coklat yang sudah ia siapkan sejak semalam. Naraya bukan orang yang pandai membungkus sesuatu hingga terlihat cantik atau setidaknya pantas, ia cukup puas melihat kotak bekas kado ulang tahunnya tahun lalu berpadu dengan tali sederhana yang mengaitkan setangkai dry flower dari kamar Mama.

Suara engsel pintu yang dibuka kasar membuat Naraya spontan menarik kotak di tangannya, menyembunyikannya di dalam tas yang berada tepat di atas meja. Ada sosok Tanu yang kemudian muncul, seperti biasa semua kancing bajunya terbuka, memperlihatkan kaos dengan tulisan band terkenal Nirvana, cowok itu mengalungkan charge ponsel di lehernya, memberi kesan berantakan yang menawan.

"Hai, Ra." Naraya tidak tahu sejak kapan ia menjadi begitu akrab dengan Tanu, yang jelas akhir-akhir ini cowok itu menjadi tujuan utama saat ia membutuhkan solusi.

"Hai," Naraya tersenyum kaku.

"Tegang banget muka lo," Tanu meletakkan sebuah paper bag berwarna hitam di atas meja, membuat atensi Naraya sepenuhnya teralih pada barang yang terlihat begitu asing saat bersebelahan dengan Tanu.

"Lo bawa apa?"

Tanu tersenyum, "Pertanyaan lo retorik."

"Serius!"

"Kado, " jawab Tanu singkat, tas yang sejak tadi berada di punggungnya ia gantungkan di senderan kursi.

"Buat siapa?" Naraya menarik ujung paper bag yang terbuka, mengintip sedikit isi dari tas kertas yang lebih mirip tas belanja daripada bingkisan kado.

"Buat orang yang semalem ngerayain ulang tahunnya bareng sama lo," Tanu menarik kursinya, duduk tepat di samping Naraya yang mendengus kesal, namun tak berniat mengelak. Ia menjauh dari paper bag yang masih terbuka, menyenderkan punggungnya di kursi sebelum akhirnya mendapati tatap Tanu yang intens ke arahnya dengan senyum curiga. "Kok ga ngebantah? Lo beneran jalan sama Bervan semalem?" ucapnya menutup mulut dengan ujung-ujung jari, menunjukkan gestur menggoda Naraya.

"Ah berisik tapir!" Naraya memukul pelan pundak Tanu dengan kepala tangan.

Suara engsel pintu kembali terdengar dibuka pelan, suara Aretha mengiringi cahaya yang menembus masuk lewat celah pintu. Hanung ada di sampingnya memeluk sebuah kotak besar dengan bungkus berwarna biru muda, dari ukurannya bisa dipastikan itu adalah kue. Aretha berjalan mendahului setelah melihat Naraya melambai, tangannya juga menenteng dua paper bag berwarna selaras, dua paper bag itu bergerak saling menabrak saat Aretha mempercepat langkah.

"Kalian udah bawa yang gue suruh semalem?" Tanyanya antusias.

"Udah," Tanu mengangkat dua buah party popper dari paper bag nya.

Naraya melongo, "Hah? Bawa apa? Kapan nyuruh?"

"Lo ga baca grup?" Aretha menyeret langkahnya mendekat, meraih ponsel Naraya yang ada di atas meja, menekan angka sandi, jarinya langsung menemukan aplikasi chat dan membukanya tanpa permisi.

"Ga lucu banget," Naraya menoleh satu persatu manusia di depannya.

"Astaga, salah masukin."

"Hah?" Hanung merogoh ponselnya di saku celana. "Anjir yang dimasukin malah Bervan," ucapnya setelah mengecek.

Judes but love 「COMPLETED」Where stories live. Discover now