(28) Nasi Padang

26 6 2
                                    

(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)





Hingga detik dimana Naraya selesai mengepak beberapa kotak makan, ia masih tidak mengerti kenapa harus repot-repot seperti ini. Bahkan ia memilih tidak tidur demi memasak rendang daging, walaupun sejujurnya ia hanya memeriksa sesekali dan selebihnya memilih mengandalkan Bi Iin.

Naraya beruntung karena masih ada sisa kotak makan sekali pakai milik Mama yang digunakan untuk acara bagi takjil setahun yang lalu, jadi ia tidak perlu lebih susah payah lagi mencari kotak makan di hari yang bahkan matahari pun sama sekali belum terlihat ingin muncul. Naraya tidak merasa menyiapkan apa-apa, namun kini rendang daging lengkap dengan nasi, sayur, sambal dan rebusan daun singkong sudah tertata rapi dalam kotak makan di atas meja.

Alasan kenapa Naraya mencintai Bi Iin lebih dari dirinya sendiri. Salah satunya adalah ini.

Bi Iin adalah orang yang suka memasak, kadang ia akan menyiapkan jamuan lengkap di atas meja dengan tidak kurang dari lima piring lauk yang berbeda hanya untuk Naraya dan Sekala. Seringkali akhirnya Bi Iin kecewa karena nasi dan makanan di meja masih terlihat utuh dan mau tak mau harus membagikan semuanya. Dan saat tadi pagi-pagi sekali Naraya memintanya membuat rendang, Bi Iin seperti sama sekali tak keberatan.
"Udah lama ga ngasah talenta," Katanya.

Naraya pikir kini satu-satunya yang harus ia pikirkan adalah Sekala, bagaimana ia melewati kakaknya, beralasan apa ia pagi-pagi sudah menenteng banyak sekali barang seperti akan hajatan, namun kenyataannya cowok itu turun dari kamarnya, mandi, bersiap tanpa mengeluarkan sepatah kata dan memilih diam selama Naraya sibuk dengan nasi padang box nya.

Semuanya baik-baik saja, bahkan setelah ia sampai di Sekolah, menjadi salah satu dari beberapa murid OSIS yang datang pagi-pagi sekali, tidak ada yang benar-benar mengganggunya.

Keadaan terlalu aman untuk Naraya yang sedang keluar dari zona nyaman.

Naraya menjadi yang pertama di kelas, ia belum menaruh tasnya, kakinya melangkah mendekati mejanya dan Tanu, menaruh nasi kotak di laci bangku Tanu yang hampir penuh oleh buku. Naraya kembali berjalan, mendekati meja Hanung melakukan hal yang sama di laci mejanya lalu melanjutkan langkah ke arah meja Aretha dan berakhir di meja Bervan. Naraya berhenti disana cukup lama, ia menyentuh permukaan meja Bervan yang di ukir entah menggunakan apa, mungkin pisau, atau sejenis paku? Ada nama Naraya di sana dengan kedalaman yang lumayan, mungkin Bervan menggosoknya dengan permukaan lancip berkali-kali. Senyumnya mengembang, baru kali ini ia melihat namanya ditulis dengan cara yang menggemaskan.

Naraya menaruh box itu di laci meja Bervan, namun sulit. Ada yang mengganjal, memenuhi seluruh bagian laci, tangan Naraya menusuk masuk, ada kotak yang memiliki cekung di sana, ada renda lalu seperti ... pita?

Naraya menarik benda yang entah apa, ada warna merah dari kotak bersudut runcing dan memiliki dua lengkung di atasnya, ada pita berwarna hijau pastel dan bunga edelweis kering yang ditempel asal. Melihat betapa warna itu saling bertabrakan, sudah bisa dipastikan Bervan mendekorbkotak ini sendiri. Naraya membuka tutup kotak setelah menaruh box nasi ke dalam laci.  Ia menemukan kertas ucapan berisi tulisan, cukup rapi dengan tinta berwarna biru.

Untuk : Naraya Calista

Halo, jangan lupa senyum! Bye-bye.

Wah, sebait kata yang sangat indah bukan?

Naraya kembali menaruh kertas ke dalam kotak, menemukan satu barang lagi di dalamnya, ada beberapa mutiara yang mengisi tiga simbol hati. Lucu tapi bukan tipe Naraya sekali.

Judes but love 「COMPLETED」Onde histórias criam vida. Descubra agora