Part 2

832 90 38
                                    

Jeslyn mengeluarkan motor ninjanya dari garasi. Ia memakai pakaian serba hitam dari kaus, jaket kulit, celana jins panjang, sepatu boot, serta helm full face yang sudah terpasang di kepala. Ia butuh pelarian di malam yang buruk ini. Ia akan ikut balap liar bersama teman-teman komunitasnya.

Sementara itu, orang tuanya masih berkumpul di rumah Devon, termasuk Lyandra. Tadi, ia tidak berpamitan saat keluar. Lagipula, mau ia pergi atau tidak, mereka tidak akan peduli. Mau ia baik atau buruk, papanya akan selalu memandang dirinya salah lalu membandingkannya dengan Lyandra. Kadang Jeslyn bingung, sebenarnya siapa anak kandung papanya? Lyandra yang jelas-jelas keponakan bawaan Sandra, sangat disayang dan dipuji-puji. Semua fasilitas perempuan itu dipenuhi, bahkan sampai dibelikan apartemen secara cuma-cuma. Sedangkan dengan dirinya, meminta satu motor ninja saja susahnya minta ampun.

Sebelum melajukan motornya, Jeslyn refleks mengarahkan pandangan ke balkon kamar Devon, ia melihat lelaki itu berdiri di sana, sendiri. Entah apa yang dilakukan dan lelaki itu menatap dirinya dalam diam. Seharusnya Devon menemani sang kekasih yang dicintainya di bawah. Bukankah mereka sedang membicarakan tunangan? Namun, baru saja bertanya-tanya pada dirinya sendiri, Jeslyn dibuat panas lagi ketika Lyandra tiba-tiba datang. Perempuan itu langsung memeluk Devon dari belakang, sangat mesra. Ia juga bisa melihat Lyandra tersenyum lebar, mulutnya kumat-kamit, dan dibalas senyum lebar oleh Devon. Tampak sekali mereka sedang berbahagia. Atau mungkin memang sengaja memperlihatkan kemesraannya di hadapan dirinya? Jeslyn benar-benar geram. Devon tidak ada akhlak!

Tidak kuat melihat pemandangan di atas, Jeslyn langsung melajukan motor dengan kecepatan tinggi. Kompleks perumahannya sepi, jalanannya lurus dan lebar, cukup jauh untuk sampai tikungan menuju jalan raya. Ya, ia bersyukur atas hal itu.

Sementara itu, pandangan Devon tak lepas dari Jeslyn sampai gadis itu tak terlihat.

"Besok aku ingin mengenalkanmu ke teman-teman. Kalau dijam makan siang bagaimana?" Lyandra menatap Devon dari samping. Dagunya ia tumpukan di bahu lelaki itu.

Devon mengusap-usap lengan Lyandra yang melingkar di perutnya. Ia mengangguk. "Boleh. Besok aku ke bengkel otomotifku dulu, ingin melihat perkembangan yang di sana."

"Oke." Lyandra manggut-manggut. "Besok aku kabarin ke teman-temanku. Sepertinya hotel Mandala cocok untuk melakukan pertemuan di sana. Kamu setuju? Nanti aku booking ke pihak restorannya."

"Aku ngikut kamu saja," balas Devon santai. "Besok aku menjemputmu jam setengah satu."

"Oke, Sayang." Lyandra tersenyum lebar. Wangi maskulin dari tubuh lelaki itu membuatnya menghangat. Dan dengan beraninya, ia mencium leher Devon sambil memejamkan mata. Menghirup dalam-dalam aroma parfumnya.

"Kamu tahu Jeslyn akan ke mana?"

Pertanyaan Devon membuat Lyandra menjauhkan kepala dari leher lelaki itu. Senyumnya memudar. "Dia gadis liar. Sering keluar malam, kadang pulangnya pagi-pagi sekali, kadang juga enggak pulang. Padahal kami sudah memberitahu kalau kelakuannya itu tidak bagus sebagai perempuan, tapi Jeslyn tidak mau dengar. Trouble maker banget."

'Apa yang sudah aku lewatkan tentang gadis itu?' tanya Devon dalam hati. Ekspresinya tampak berpikir sesuatu. 'Shit! Saking sibuknya di Amerika, aku sampai lupa memberi perhatian kepadanya. Jeslyn juga tidak bercerita tentang pergaulannya di sini,' batinnya lagi.

"Kamu tahu dia akan ke mana?" Devon mengulang pertanyaannya lagi.

"Yang aku dengar dari Tante Mira, Jeslyn ikut komunitas motor ninja. Mungkin dia akan berkumpul di sana. Oh, ya. Aku ingat juga. Dulu dia pernah ketangkap polisi karena balapan liar."

"Balapan liar?!" Devon memekik, kaget mendengarnya.

"Iya." Lyandra manggut-manggut. "Dulu Om Jo enggak mau jadi jaminannya, ingin membuat gadis itu jera. Tapi, Papa kamu yang kasihan dengan gadis liar itu, datang ke polisi menjadi jaminannya. Kami pikir dia akan kapok, ternyata gak ada kapoknya sampai sekarang. Mungkin terpengaruh dari pergaulannya di luar. Dia juga kerja di bengkel otomotif Papa kamu, 'kan? Suka kumpul-kumpul sama cowok." Ia menjeda ucapannya sejenak, menarik napas panjang lalu diembuskan kasar.

IMPOSSIBLE (REVISI)Where stories live. Discover now