Part 24

604 33 14
                                    

"Beraninya kamu mencium suamiku!" seru Sandra tak terima. Ia beranjak, langsung mengusap bekas kecupan di pipi Jonathan menggunakan tisu. "Menjijikkan. Sekali lagi mencium suamiku, awas kamu, Anak Pembawa Sial." Ia melototi Jeslyn.

Sedangkan gadis yang duduk bersandar sambil bersedekap santai, menikmati pemandangan di hadapannya. "Uuuuh, takut kaliii aku," katanya dramatis seraya menahan senyum masam yang pastinya tidak akan diterima baik oleh Sandra.

"Anyway, Tante, tidak perlu khawatir. Yang aku cium itu Papaku. Bukan orang lain. Dan di tubuhku ini, ada darah Papa yang mengalir. Bukan begitu, Pa?" Jeslyn beralih menatap Jonathan. Senyum masamnya berganti menjadi senyum manis. Sedangkan lelaki itu hanya menatapnya dingin, tanpa membalas sepatah kata pun. Oke, tak apa. Mungkin Papa masih shock melihat tingkah gue yang tiba-tiba datang dan menciumnya, pikirnya.

Namun, lain halnya dengan Jonathan yang membatin, Tak ada setitik pun darahku yang mengalir di tubuhmu, Jeslyn.

"Benar yang dikatakan Sandra, jangan lagi mencium Papa. Kulit Papa sensitif," ujar Jonathan terkesan kasar, setelah cukup lama terdiam. Lantas, melanjutkan makannya lagi.

Jeslyn manggut-manggut paham dengan bibir merapat membentuk garis lurus. Papanya baru saja menolak dirinya. Itu artinya, papa tidak ingin ia menciumnya lagi. Meskipun ada perasaan tercubit yang menyadarkan dirinya, Jeslyn berusaha terlihat biasa saja. Tatapan masih terfokus kepada papanya. Lalu, ia menarik napas dalam-dalam dan diembuskan kasar, sebelum akhirnya menarik kedua sudut bibir ke atas membentuk sebuah senyuman manis.

"Kamu dengar sendiri, Anak Pembawa Sial? Papamu saja tidak sudi menerima ciuman darimu." Sandra berkata tajam.

Jeslyn menegakkan punggung serta mengangkat dagu untuk menatap dua perempuan di hadapannya. Lalu, ia tersenyum sinis dengan sorot matanya menajam. "Sayangnya, aku tidak akan peduli lagi. Mau Papa menerima atau tidak, aku akan terus melakukan. Dan mulai hari ini, sudah waktunya aku memperbaiki hubunganku dengan Papa yang sudah rusak. Jadi, jangan kaget kalau aku akan terus memberikan kecupan kasih sayang untuk Papaku yang tampan ini." Nada suaranya terdengar angkuh dan berani. Saat Sandra akan membuka suara, ia lebih dulu bersuara, "Dia Papaku. Dan aku ... akan memperjuangkan hakku yang sudah kalian rampas. Paham?"

"Aku tidak pernah merampas apa pun darimu." Suara Lyandra terdengar tertahan sambil melototi Jeslyn. "Om Jo lebih perhatian ke aku, karena dia tahu, akulah yang lebih baik darimu." Ia agak menjeda ucapannya, lalu melanjutkan lagi. "Justru kamu yang merampas apa pun yang aku punya. Termasuk Devon. Tapi, sayang, Devon juga lebih memilihku daripada kamu yang memang tidak pantas bersanding dengannya."

"Lalu, lo pikir, gue masih mau sama lelaki bekasan lo itu?" Jeslyn terkekeh lirih lalu tersenyum smirk. "Sorry, masih banyak lelaki di luaran sana. Dan gue enggak mau stuck di satu lelaki saja. Kalau lo mau Devon, ambil. Makan sekalian. Gue enggak akan mati tanpa dia."

"Dasar anak kurang ajar. Tidak bermoral. Angkuh sekali ucapanmu," desis Sandra, sangat geram.

"Kenapa, Tan? Tidak usah emosi begitu, ah! Nanti cepet peyot mukanya. Tapi, lebih bagus, sih. Jadi, Papa bisa cari istri yang lebih muda dan cantik lagi." Jeslyn mengulas senyum paksa. Melihat Bi Minah datang ke ruang makan, ia mengalihkan perhatian ke perempuan paruh baya itu. "Bi, aku minta piring, ya. Mau sarapan di sini sekalian."

Bi Minah mengangguk sekali seraya berkata, "baik, Non." Lantas, ia segera berlalu ke dapur lagi.

Sementara, Sandra semakin terbakar emosi mendengar ucapan Jeslyn. "Tidak ada yang mengizinkanmu sarapan di sini. Makanannya tidak akan cukup untuk kami."

"Kalau begitu, kalian saja yang pergi. Tidak usah ikut sarapan di sini. Biarkan aku dan Papa yang sarapan di sini. Tidak perlu dibikin repot."

Jonathan yang sedari tadi diam dan bersikap tak acuh, menegakkan punggung lalu menatap Jeslyn dan Sandra bergantian. "Makan seadanya. Biarkan dia ikut sarapan di sini."

IMPOSSIBLE (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang