Part 31

532 29 13
                                    

Ada rasa tak tenang dalam hati Jonathan, setelah meninggalkan Jeslyn dan pergi dari rumahnya. Malam itu, masih dalam kondisi dikuasai emosi yang membuncah, ia, Sandra, dan Lyandra memang langsung membuat keputusan bersama--mengusir Jeslyn, pergi dari rumahnya dan tinggal di apartemen Lyandra untuk sementara, juga memutuskan akan menjual rumah tersebut. Alih-alih untuk melupakan dan membuang Jeslyn serta memberi hukuman yang setimpal, justru kini dirinya lah yang dilanda keresahan. Separuh jiwanya seperti ada yang hilang, membuat hatinya terasa bak tercabik, sakit bercampur perih namun tak ada luka yang membekas. 

Seharusnya ia sudah tenang karena tidak lagi melihat gadis pengacau di kehidupannya langsung di depan matanya. Gadis pembawa malu keluarga, bahkan bukan anak kandungnya. Akan tetapi, setiap mengingat Jeslyn, jauh dalam lubuk hatinya terasa mencelus. Dalam dua hari ini sering kali ia melamun, memikirkan Jeslyn yang seharusnya tidak perlu dipikirkan.

"Sayang, aku datang. Membawakan makan siang untukmu."

Mendengar suara Sandra dari ambang pintu ruang kerjanya di kantor, mengalihkan perhatian Jonathan yang sedang melamun sambil menghadap dinding kaca pembatas luar. Ia memutar kursi kebesarannya, dan tersenyum lebar menyambut kedatangan sang istri.

"Terima kasih," ucap Jonathan, bertepatan dengan Sandra menaruh bekal makan siang di meja kerja kayu berlapis kaca. Dan perempuan itu langsung duduk di pangkuan dirinya.

"Kamu pasti lagi ngelamunin anak pembawa sial itu? Untuk apa lagi dipikirkan, hum?" Sandra mengalungkan kedua lengannya di leher Jonathan.

Sementara, Jonathan menyunggingkan senyum sambil menggeleng. "Tentu saja tidak. Untuk apa memikirkan dia yang sudah membuat malu kita? Aku lagi berpikir tentang rumah baru yang akan kita beli. Aku ingin konsep yang berbeda dari rumah yang dulu."

"Bagus kalau seperti itu. Kamu memang tidak perlu memikirkannya lagi. Terserah dia mau hidup luntang-lantung di jalanan, atau dipungut Miranda dan Richard. Paling sekarang sudah leluasa bercinta dengan Devon. Itu 'kan, maunya dia? Ngerusak hubungan Devon dan Lyandra dengan menyerahkan tubuh polosnya."

"Ya. Anak tidak tahu diuntung dan suka kebebasan. Biarkan bertingkah sesuka hatinya. Aku sudah tidak mau ikut campur. Bukan darah dagingku juga."

Sandra tersenyum senang mendengarnya. Akhirnya, Jonathan benar-benar membenci gadis pengacau itu. Biarkan Lyandra tidak jadi menikah dengan Devon. Asalkan, Jonathan sudah berhasil ia kuasai. Lagi pula, Lyandra masih muda, cantik, cerdas, pintar, memiliki karier bagus, sangat mudah mendapatkan gantinya.

"Nanti kita cari-cari rumah yang sesuai dengan konsep impianmu. Aku ngikut saja. Karena aku tahu, seleramu lebih tinggi dibandingkan seleraku."

"Kita cari yang sesuai keinginan kita berdua." Jonathan menyelipkan rambut Sandra yang menjuntai di keningnya ke belakang telinga. "Mungkin, bisa ngikutin selera Lyandra juga."

"Ya. Aku setuju." Sandra manggut-manggut seraya tersenyum lebar. "Lalu, kapan kita akan mengungkapkan rahasia kepada Lyandra? Aku rasa sekarang sudah waktunya."

"Apa dia tidak akan kecewa setelah kita mengatakan kebenarannya?"

Sandra menggeleng. "Kita beri penjelasan yang logis. Dia pasti akan memahaminya. Dan akan mengerti kenapa selama ini kamu terus melindungi dan perhatian kepadanya."

"Baiklah. Nanti malam kita bicarakan ini kepadanya."

"Oke." Sandra manggut-manggut. "Semoga kita bisa mengobati luka hatinya setelah mengungkapkan rahasia ini."

"Ya." Jonathan mengangguk, lantas mengecup bibir sang istri. Tak lama perhatiannya teralih ke tas bekal di atas meja. "Kamu masak sendiri atau Bibi yang masak?"

IMPOSSIBLE (REVISI)Where stories live. Discover now