Part 34

369 19 5
                                    

"Apa Anda bisa datang ke bengkel hari ini, Pak?"

Sambil menyetir, Devon mendengarkan suara dari earphone bluetooth. Ilyas--salah satu karyawannya di bengkel menelepon. "Saya harus ke showroom. Ada pertemuan dengan kolega bisnis di sana siang ini," ucapnya.

"Ah, begitu. Di sini juga ada klien yang ingin bertemu dengan, Bapak. Ingin membicarakan persoalan aksesoris untuk mobil sportnya. Kemarin beliau sudah menaruh mobilnya di sini, untuk diservice dulu."

Masih di tengah kemacetan kendaraan yang mengular, Devon tampak berpikir. Lalu, ia mengecek arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Masih jam sembilan, sedangkan meeting di kantor showroom jam dua siang. Masih ada waktu luang banyak, pikirnya.

"Baiklah. Saya akan ke bengkel sekarang. Tolong infokan kepada klien yang bersangkutan, untuk menemui saya di bengkel jam sepuluh."

"Baik, Pak."

Setelah telepon terputus, pelan-pelan Devon mengambil lajur kiri untuk menuju arah bengkelnya. Tidak berselang lama mobil yang dikendarainya pun berbelok ke jalan arah kiri keluar dari kemacetan yang cukup padat.

Dan beberapa menit kemudian, ia pun sampai tempat tujuan. Dibuat terkejut di sana, oleh kehadiran montir cantik berpakaian jumpsuit biru dongker dengan rambutnya diikat kuda. Gadis itu terlihat sangat serius mengotak-atik mesin mobil yang sedang digarapnya, sampai tidak sadar akan kehadiran dirinya yang memasuki area service kendaraan.

Berdiri di jarak tiga meter dari gadis yang menungging membelakanginya dengan setengah badan mencondong masuk ke kap mobil yang dibuka, Devon bersedekap seraya memerhatikannya secara saksama. Ia menyunggingkan senyum tipis. Bahagia rasanya melihat Jeslyn kembali bekerja di bengkel, setelah berhenti sejak ia membuat kesalahan besar waktu lalu. Ia pikir, Jeslyn benar-benar tidak akan menginjakkan kakinya lagi di tempat kerja yang sangat dicintainya.

Perlahan melangkah mendekati Jeslyn, lalu Devon berdiri di sampingnya seraya menyandarkan bokong di kap mobil yang terbuka. Tindakannya berhasil mengejutkan gadis yang menampilkan wajah datar saat menoleh ke arah dirinya.

"Tahu kamu ke sini, kita bisa berangkat bareng, Jeslyn," ucap Devon santai sambil mengamati wajah Jeslyn yang terlihat salah tingkah, namun sangat kesal.

"Tidak butuh tumpangan dari elo," balas Jeslyn ketus, agak menghindar dari Devon dan berpura-pura mencari kunci lain di lantai.

Devon mendesah lega. Akhirnya, ia bisa mendengar suara Jeslyn yang membalas ucapannya.

"Untuk menebus kesalahan Kakak kepadamu, apa yang harus Kakak lakukan, Jeslyn?" tanya Devon seraya menatap sendu gadis itu. Sangat berharap mendapat kesempatan untuk berbaikan.

"Cukup jauh-jauh saja dari gue."

"Untuk itu Kakak tidak bisa, Jeslyn. Yang ada Kakak akan selalu dihantui rasa bersalah kepadamu."

"Kalau gitu jangan ganggu gue. Tolong pergi sekarang."

"Jes--."

"Pergi sekarang," pinta Jeslyn geregetan. Ia berdiri, lalu menghadap Devon sambil mengatupkan bibirnya rapat-rapat serta menatapnya tajam. Kunci yang tergenggam di tangan kanannya diremas kuat-kuat untuk melampiaskan emosinya yang tertahan.

Setelah saling pandang dan terdiam, beberapa menit kemudian Jeslyn berkata lagi, "Gue masih banyak kerjaan dan jangan ganggu. Lo juga pasti banyak kerjaan. Jangan buang-buang waktu untuk berbicara sama gue, karena gue udah muak denger suara elo, Devon." Suaranya terdengar datar dan dalam.

Devon masih terdiam di tempatnya, tanpa memutuskan pandangan lekatnya kepada Jeslyn. Gadis yang dulu mengejarnya dan bersikap asyik kepada dirinya, sekarang benar-benar sudah berubah. Sangat susah didekati dan menjadi sangat dingin. Asing. Lagi dan lagi, Devon ditampar kenyataan bahwa perubahan sikap Jeslyn karena dirinya sendiri.

IMPOSSIBLE (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang