Part 30

492 22 14
                                    

"Ternyata saudara gue sangat temperamental," ujar Afdhal sambil terkekeh sinis yang sudah diamankan oleh mamanya.

Sementara, Devon sudah dalam tahanan Richard agar tidak semakin brutal menghajar sepupunya.

"Berani ngambil Jeslyn dariku, nyawamu melayang, Dhal." Devon melotot sambil mengetatkan rahang.

"Kenapa tidak dari dulu sadar dengan pikiran dan perasaan lo, Dev? Pantaskah lo memiliki Jeslyn sekarang, sedangkan lo sudah menyakiti dia sampai ke tulang rusuknya?"

"Tahu apa kamu tentang kami?"

"Sudah-sudah! Hentikan keributan kalian! Bikin suasana makin panas saja!" Richard menarik Devon menuju sofa dan mendudukkannya. Lalu, ia mendaratkan bokong di sebelah sang anak.

"Jangan bikin pecah persaudaraan kalian. Yang ada akan menambah beban pikiran Jeslyn dan membuatnya merasa bersalah melihat pertikaian kalian ini," ucap Richard, di tengah emosinya yang membara karena Jonathan dan kini bertambah perkelahian dari anak dan keponakannya. "Dan kamu, Devon! Jangan dulu mendekati Jeslyn! Papa sangat yakin dia sudah muak melihat wajahmu!"

"Pa!" Mendengarnya Devon tidak terima.

"Kamu tidak lihat semua barang-barang itu?! Keributan ini tidak akan terjadi kalau kamu tidak meninggalkan acara pertunanganmu dan membawa Jeslyn pergi," hardik Richard bernada tinggi.

"Aku sudah menjelaskan alasannya semalam. Dan mungkin tidak akan terjadi kalau Jeslyn---."

"Menyalahkan dia, hah?" sahut Afdhal, memotong ucapan Devon. Dan langsung mendapat teguran dari mamanya yang duduk di sebelahnya.

"Kalau Jeslyn apa? Kalau Jeslyn tidak datang?! Berarti kamu menyalahkan kehadirannya atas keputusanmu menggagalkan pertunangan?!"

"Tidak seperti itu."

"Lalu apa?!" Richard agak mencondongkan tubuh agar bisa menatap wajah sang anak.

"Karena aku sadar tidak bisa meninggalkannya, Pa. Aku sadar kalau aku sangat mencintainya."

"Terlambat, Dev! Terlambat! Percuma kamu sadar dengan perasaanmu yang mencintai Jeslyn." Suara Richard tak terkontrol lagi, terus bernada tinggi. "Papa dan Mama sudah berulang kali mempertanyakan keseriusanmu bertunangan dengan Lyandra, dan kamu selalu menjawab serius. Serius berhubungan dengan Lyandra dan akan menikahinya. Tapi, apa nyatanya? Kamu seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru, dan mengabaikan segalanya. Dampaknya sekarang ke siapa? Jeslyn! Dasar anak bodoh tak punya otak!" maki Richard, diakhiri toyoran ke kepala Devon.

"Umur sudah dewasa, tapi tingkahnya masih anak balita. Dan Papa sangat setuju Afdhal menikahi Jeslyn. Jika bersamamu akan terus menderita hidupnya. Ingat-ingat sebelumnya, kesalahan apa saja yang kamu perbuat? Sampai berakibat fatal, Jeslyn akan mengakhiri hidup! Memang kamu ini tidak punya otak!" lanjut Richard.

"Terlalu plin-plan dia, Om," sahut Afdhal lagi. Dan mendapat tabokan dari mamanya lagi.

Perhatian mereka pun beralih ke tangga, terlihat Miranda dan Jeslyn berjalan turun--masih mengenakan pakaian tidur. Suasana yang tadinya ramai, seperkian detik langsung berubah senyap. Hening begitu saja. Diliputi rasa kegelisahan dan kebingungan, membuat orang-orang yang berkumpul saling pandang satu sama lain. Pemikiran mereka tampak searah, bagaimana cara menjelaskan kepada gadis itu yang sudah diusir oleh papanya dan rumahnya akan dijual.

Semakin kasihan lagi begitu melihat kondisi Jeslyn yang teramat memprihatinkan. Wajahnya sangat pucat, matanya membengkak, juga tenaganya yang tak seberapa saat berjalan. Dan penuh perhatian Miranda menuntunnya dengan mendekapnya dari samping.

"Aku mendengar ada keributan di sini," ucap Miranda sambil melangkah menuju sofa. Tatapannya fokus tertuju kepada orang-orang yang berkumpul duduk di sofa. Dan terkejut saat Jeslyn menghentikan langkahnya secara tiba-tiba.

IMPOSSIBLE (REVISI)Where stories live. Discover now