Part 21

451 24 16
                                    

Setelah menjalani perawatan selama empat hari di rumah sakit, hari ini Jeslyn memutuskan pulang karena menurutnya ia sudah lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Mulai bisa menerima kenyataan yang ada dan berhasil berdamai dengan dirinya sendiri, pun perasaan hatinya sudah lebih lega yang setiap hari mendapat motivasi hidup dari Dokter Reygan.

Dari penilaian Miranda, kedekatan Jeslyn dengan Dokter Reygan pun terlihat semakin akrab, layaknya kedekatan Jeslyn dengan teman-temannya yang lain. Bahkan, keduanya telah bertukar nomor telepon dengan Dokter Reygan mengatakan kepada Jeslyn, harus bercerita jika ada masalah yang mengganggu mentalnya lagi.

"Ternyata Dokter Reygan belum memiliki pasangan waktu Mama tanya dia sudah berkeluarga atau belum," ucap Miranda, sambil menuntun Jeslyn menuju mobil yang menjemputnya telah terparkir di pelataran rumah sakit.

"Mama tanya seperti itu? Kapan?" Terkejut mendengarnya, gadis ber-dress putih bermotif, tak berlengan, dengan panjang selutut itu bertanya was-was. Jangan sampai Miranda memiliki pikiran ingin menjodohkan dirinya dengan Dokter Reygan.

"Kemarin. Waktu Mama bertemu sama dia di kantin. Sambil jalan keluar dari kantin, Mama ngajak ngobrol dia. Terus enggak tahu kenapa jiwa kepo Mama tentang asmara Dokter Reygan meronta ingin disampaikan. Jadi Mama tanya ke dia sudah berkeluarga atau belum. Dan ternyata belum, juga belum punya kekasih."

Keduanya sampai di mobil. Sang sopir membukakan pintu jok belakang, lantas mempersilakan majikannya masuk.

"Makasih, Pak," ucap Jeslyn. Ia masuk lebih dulu, lalu beringsut agar Miranda bisa duduk. "Mama tidak ada niatan untuk menjodohkan Jes ke Dokter Reygan, 'kan? Jes harap enggak, sih," katanya sambil menatap Miranda mendaratkan bokong ke jok.

"Sebenarnya ingin. Dokter Reygan tampan, masih muda, dan sepertinya lelaki baik-baik juga. Kalau kamu sama dia, mungkin bisa ngilangin perasaan kamu ke Devon, Sayang," balas perempuan itu seraya menutup pintu.

"Enggak, deh. Jes mau ngikutin saran Dokter Reygan saja, enggak mau mikir cinta-cintaan dulu. Mau ngebahagiain diri dulu. Pokoknya mau ngebebasin diri dari hal-hal yang bikin pening pikiran."

"Iya, juga, sih." Miranda mengangguk setuju. "Tapi, Mama seneng saja lihat Dokter Reygan, Sayang. Rasanya seperti menemukan calon mantu yang cocok."

"Kata Dokter Reygan, kalau ingin memulai hubungan dengan orang baru, selesaikan dulu perasaannya dari orang masa lalunya. Karena kalau masih terikat perasaan dengan orang masa lalunya, akan menimbulkan masalah di hubungan barunya. Dan di sini, Jes tidak ingin melibatkan orang lain untuk menyembuhkan hati Jes yang sudah hancur ini, Ma."

Mobil dilajukan oleh sang sopir. Sedangkan dua perempuan yang duduk di jok belakangnya saling bersitatap. Ada rasa bangga merayap dalam hati Miranda mendengar pemikiran Jeslyn lebih terbuka sekarang.

"Benar, Sayang." Miranda manggut-manggut sambil mengulas senyum lebar. Lalu, Jeslyn merebahkan kepala ke bahu kanannya sambil merengkuh salah satu lengannya erat. 

"Jes lebih nyaman berteman sama Dokter Reygan, Ma. Dan Jes sudah capek mencintai seseorang. Mungkin, Jes enggak akan buka hati untuk laki-laki dulu sampai hati Jes benar-benar sembuh dan puzzle-puzzle yang rusak di hati Jes bisa tertata rapi kembali."

"Iya, Sayang. Apa pun keputusan kamu, Mama akan dukung." Miranda menangkup sebelah pipi Jeslyn, mengusapnya lembut sambil melirik menatap wajahnya.

"Makasih, Ma." Jeslyn mengulas senyum sambil terpejam. Agak mendusel mencari posisi nyaman. "Jes tidur, ya. Nanti bangunin kalau sudah sampai rumah."

Mendapat anggukan dari Miranda.

Sampainya di rumah setelah melakukan perjalanan setengah jam-an, Miranda membangunkan Jeslyn yang terlelap cukup pulas. Gadis itu mengerjap, sedikit menguap sambil memerhatikan sekitar yang ternyata mobil sudah terparkir di depan rumah Miranda.

IMPOSSIBLE (REVISI)Where stories live. Discover now