Part 32

407 20 22
                                    

Hallo, kami datang lagi setelah sibuk di dunia nyata yang cukup menyita waktu.

Masih ada yang menunggu?

Atau sudah lupa sama mereka?😂

Happy reading and enjoy!

****

Dokter itu lagi.

Devon mengembuskan napas berat begitu kaki menginjak lantai dasar dan melihat Dokter Reygan duduk di sofa bersama mamanya juga Afdhal dan Farah. Dan lelaki itu mengulas senyum memukau kepada Jeslyn yang datang menghampiri.

'Sok kecakepan,' batin Devon lagi seraya menahan kesal.

"Sudah siap?"

Sambil berjalan santai akan melewati sofa, Devon tak melepaskan tatapannya dari Dokter Reygan yang melemparkan pertanyaan kepada Jeslyn. Senyum lelaki itu tak pudar dari bibirnya, justru semakin lebar dengan tatapan penuh terpesona. Dan mendapat anggukan dari gadis yang memakai celana jeans panjang hitam serta jaket kulit hitam, dilengkapi dengan boots hitam. Itu penampilan Jeslyn yang asli, sebelum beberapa hari lalu lebih sering berpenampilan anggun dengan dress yang menempel di tubuhnya.

"Sudah." Jeslyn membalasnya sambil mengibaskan rambut ikalnya yang digerai ke belakang, memperlihatkan kalung hitam yang melingkar ketat di leher jenjangnya.

'Mau ke mana mereka?' Devon membatin lagi sambil melewati mereka. Sejenak ia menoleh, menatap dingin Dokter Reygan yang berdiri lantas menghampiri Jeslyn.

Meskipun tampak tak acuh, tetapi Devon merasakan hatinya sangat dongkol. Suhu panas di ruangan pun terasa meningkat drastis, membuat seluruh tubuhnya gerah disertai dada yang bergemuruh kencang. Untuk meredam amarahnya yang meluap, ia mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Lantas berjalan cepat menuju dapur.

Setelah lelaki itu agak jauh, Jeslyn pun meliriknya sejenak. Lalu, perhatiannya tersita lagi kepada Dokter Reygan yang berpamitan kepada Miranda.

"Jangan malam-malam pulangnya, ya," pesan Miranda, dan diangguki Jeslyn serta Dokter Reygan.

"Jes, Kakak ikut dong," pinta Afdhal lagi sambil menampilkan wajah penuh harap.

Tidak ingin memperpanjang, akhirnya Jeslyn mengangguk. "Oke."

"Yes!" Afdhal bersorak saking senangnya. Dengan cepat ia beranjak dari duduknya, lantas menghampiri Jeslyn dan Dokter Reygan. 

"Let's gooo!" Afdhal menarik lengan Jeslyn, membawanya jalan lebih dulu. Sedangkan, Dokter Reygan yang di belakangnya hanya geleng-geleng sambil tersenyum simpul.

"Selamat bersenang-senang, Sayang!" seru Miranda, setelah ketiganya memasuki ruang tamu.

Sementara di dapur, Devon membuka kulkas dengan kasar. Diambilnya botol berisi air mineral, lantas cepat-cepat membuka penutupnya dan meneguk air dingin tersebut sampai tandas seperti orang kesetanan. Tubuhnya butuh cairan pendingin, tapi nyatanya air mineral tersebut tak mampu menyejukkan tubuhnya yang terbakar api cemburu.

"Shit!" umpatnya kesal sambil menggebrakkan botol ke meja secara kasar.

Devon berkacak pinggang. Teringat Dokter Reygan menatap Jeslyn penuh kelembutan dan terpesona, ia mengacak rambutnya kasar. Sialnya, sekarang mereka pergi bersama. Pasti sedang kencan, pikirnya.

"Tenang, Dev. Tenang. Jaga emosimu. Jangan bikin Jeslyn semakin benci ke dirimu," ucap Devon lirih, pada dirinya sendiri sambil mengatur pernapasannya yang memburu.

Setelah agak tenang, ia menyandarkan bokong di pinggiran meja konter. Menunduk dan terpejam, salah satu tangannya memijit pangkal hidung, sedangkan satu tangannya lagi masih berkacak pinggang. Dalam diamnya ia berpikir harus melakukan apa sekarang, untuk memperbaiki hubungannya dengan Jeslyn yang sudah rusak.

IMPOSSIBLE (REVISI)Where stories live. Discover now