Part 20

540 24 17
                                    

"Pa, tolong katakan, di rumah sakit mana Jeslyn dirawat?" Sedari tadi, Devon terus mengikuti papanya ke mana pun kaki itu melangkah, persis seperti buntut. Sambil memohon agar diberitahu keberadaan Jeslyn dirawat, tapi lelaki paruh baya itu tetap saja bungkam.

"Pa, aku harus melihat kondisinya?"

Berjalan dari dapur dan kini telah sampai di depan pintu kamarnya, Richard berhenti dan berbalik badan. "Untuk apa, Dev? Untuk menyakitinya lagi?" tanyanya bersuara tenang. "Biarkan adikmu tenang. Jeslyn butuh waktu untuk menstabilkan emosinya setelah perasaannya dibikin hancur oleh kalian semua. Dan pesan Jeslyn ke Papa, kamu tidak boleh menemuinya selama masih dalam perawatan. Jelas, Dev?"

"Tidak, Pa." Devon menggeleng. "Aku harus melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, untuk memastikan kalau dia baik-baik saja."

"Dia baik-baik saja. Dan akan lebih baik jika kamu, Jonathan, Lyandra, dan Sandra, tidak muncul di hadapannya."

Devon mengusap wajahnya gusar. Frustasi. Benar-benar kesal rasanya. "Pa, kalau Jeslyn marah karena aku sudah menyingkirkan motornya. Yang aku lakukan itu untuk kebaikan dia agar tidak kelayapan malam-malam. Aku peduli kepadanya. Kakak mana yang bisa diam saja melihat adik perempuannya berkumpul dengan banyak lelaki di tengah malam dan melakukan balapan motor?"

"Papa paham maksudmu itu baik. Dan Jeslyn tidak akan melakukan itu jika lingkungan keluarganya baik-baik saja. Kamu tidak pernah tahu alasan kenapa Jeslyn selalu ikut balapan motor, Dev. Dia akan melakukan itu jika suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja, dan itu didapatkan dari ulah Jonathan. Karena dengan balapan motor, dia bisa melampiaskan emosinya yang terpendam. Berkumpul dengan teman-teman lelakinya, karena dia ingin menjadi pribadi yang tegar dan tangguh untuk menutupi kerapuhan hatinya. Dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan semua orang," jelas Richard, membuat Devon terdiam mematung mencerna ucapannya.

"Papa pesan sekali lagi, jangan temui Jeslyn dalam waktu dekat sebelum dia sendiri yang sudah siap menemui kalian. Dia masih dalam proses penyembuhan. Jangan bikin mentalnya hancur lagi," lanjut Richard. Lantas, ia memutuskan masuk kamar. Semua barang kebutuhan istrinya telah selesai disiapkan oleh sang ART. Pun dengan ponsel milik Jeslyn yang sudah diambilkan oleh BI Minah, atas perintahnya.

Sementara Jonathan, lelaki itu lebih memilih menyendiri di ruang kerjanya sejak tadi. Perasaan hatinya sangat berkecamuk setelah melakukan perdebatan dengan Richard. Juga memikirkan kondisi Jeslyn yang mencoba mengakhiri hidup. Dari lubuk hatinya, ada rasa ingin melihat gadis itu, sekadar memastikan jika kondisinya baik-baik saja. Namun, di sisi lain, egonya masih terlalu tinggi yang menganggap Jeslyn bukan hal penting untuk dipikirkan. Anak itu hanya memalukan dirinya saja. Terlebih sekarang telah berani melakukan percobaan bunuh diri untuk mencari simpati orang. Sengaja untuk memperlihatkan keburukan dirinya di mata semua orang.

Memikirkan itu, emosi Jonathan semakin menggebu. Ia sangat menyesal membiarkan Jeslyn tumbuh dalam rahim Wina. Membiarkan anak itu tinggal dengannya selama ini, yang pada akhirnya akan merugikan dirinya.

Seharusnya.

Ya, seharusnya ia mencari kekasih Wina yang telah menghamilinya, dan memberikan Jeslyn kepada lelaki itu. Namun, sialnya, ia tidak tahu di mana keberadaan lelaki itu.

"Aku hamil anakmu! Aku tidak pernah berhubungan badan dengannya! Dan anak dalam kandunganku ini anakmu, Jo! Anakmu!" Wina berseru lantang sambil terisak, ketika Jonathan selalu menuduh anak yang dikandungnya adalah anak Oky, kekasihnya.

"Bohong! Aku sering melihatmu jalan dengan lelaki itu. Kamu pikir aku tidak tahu, hah?! Dan sekarang kamu hamil anaknya, lalu memintaku yang bertanggung jawab atas anak itu?! Gila kamu, Win!"

IMPOSSIBLE (REVISI)Where stories live. Discover now