Part 12

671 91 35
                                    

"Devon kenapa, Lyan?" tanya Miranda, saat melihat Lyandra memasuki rumahnya sambil menuntun sang anak. Devon tampak tak berdaya dengan wajah pucat pasi.

"Ini gara-gara Jeslyn, Tante. Dia yang membuat Devon jadi seperti ini," adu Lyandra.

"Ya, sudah. Ayo, bawa duduk dulu." Miranda terlihat cemas. Ia membantu menuntun Devon, membawanya ke sofa.

Devon langsung merebahkan diri, salah satu lengannya ia gunakan untuk menutup mata. Rasa mual, pusing, serta kepala yang masih terasa berputar-putar, membuat dirinya meradang sakit.

Lyandra berjongkok tepat di samping kepala Devon. Ia menggenggam salah satu tangan lelaki itu, sambil menatapnya cemas.

"Kenapa bisa jadi seperti ini?" tanya Miranda lagi.

Richard yang sedang menonton TV di ruang keluarga, beranjak keluar ketika mendengar suara obrolan kekhawatiran. Ia bergabung untuk melihat kondisi Devon, anaknya tepar di sofa.

"Tadi Jeslyn membawa Devon ke tempat drift. Sepertinya dia sengaja ngerjain Devon, Om, Tante. Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri Jeslyn ngedriftnya ugal-ugalan."

Bukannya marah dan khawatir, Richard justru terbahak mendengar penjelasan Lyandra. Pun, dengan Miranda yang mengulum senyum.

"Om sama Tante, enggak khawatir sama kondisi Devon? Kenapa malah nertawain?" Lyandra mengernyit bingung. Merasa aneh dengan orang tua Devon.

"Dev ... Dev ... masak kalah sama permainan Jeslyn." Richard geleng-geleng sambil mengulum senyum.

"Enggak tahu kalau akan seperti ini, Pa," balas Devon lirih. Ia masih memejamkan mata.

"Makanya jangan memandang remeh adikmu. Gitu-gitu dia kuat mental dan fisik," ucap Richard memuji Jeslyn.

"Om, Jeslyn juga memakai kendaraan di sini sembarangan. Mana yang mahal pula. Nanti kalau rusak bagaimana?" adu Lyandra, berusaha menjatuhkan Jeslyn di hadapan orang tua Devon.

"Enggak apa-apa. Di showroom masih banyak. Yang penting dia bahagia, Lyan," balas Miranda santai.

Lyandra melongo. Sebaik itukah orang tua Devon ke Jeslyn? Ia benar-benar tak habis pikir. Bahkan dengan barang mahal pun, mereka tak perhitungan.

"Om sama Tante, baiknya kebangetan sama Jeslyn. Lyan takutnya kalau dia manfaatin kebaikan, Om dan Tante. Mana teman-temannya juga berandalan semua, pasti ada niat terselubung. Om dan Tante, harus hati-hati."

Miranda mengernyit. "Tante kenal Jeslyn sejak kecil, Lyan. Dia bukan orang seperti itu. Tante tahu, kalian berdua saling tidak cocok, tapi jangan saling menjatuhkan. Tidak enak didengarnya," ucap Miranda terlihat tak suka.

"Maaf, Tante." Lyandra langsung diam. Ia salah bicara. Ia kelepasan. Gara-gara Jeslyn, emosinya benar-benar tak terkontrol.

Tidak berselang lama, Jeslyn dan beberapa anak komunitasnya datang. Mereka ikut khawatir dengan kondisi Devon, terlebih Jeslyn yang merasa tak enak hati.

"Kak Devon bagaimana, Ma?" tanya Jeslyn, melihat Devon terkapar. Di sebelahnya Kevin berdiri, anak-anak yang lain berkerumun di belakangnya.

"Baik, Sayang. Kakakmu belum terbiasa saja dengan permainanmu itu. Payah sekali anak cowok," jawab Richard, mengejek anak lelakinya.

"Syukurlah. Lagian tadi maksa banget mau ikut Jes. Ya, Jes ajak aja. Daripada nangis, 'kan?" kata Jeslyn santai. Rasa khawatir hilang sudah.

Sementara itu, Lyandra melemparkan tatapan permusuhan kepada Jeslyn. Tamparan tadi belum seberapa. Kemudian, ia duduk memangku kepala Devon. Mengusap-usap puncak kepala lelaki itu dengan perhatian. "Lain kali jangan ikut Jeslyn lagi, Sayang. Sudah tahu, 'kan, mainan dia sangat membahayakan."

IMPOSSIBLE (REVISI)Where stories live. Discover now