Part 35

492 23 6
                                    

Jeslyn memasuki ruang ganti langsung melepas jumpsuitnya dengan gerakan tergesa, lantas dilipat asal dan dimasukkan ke loker miliknya. Sambil mengambil jaket yang tergantung di hanger dan diikatkan ke pinggang, mulutnya tak berhenti menggerutu mengutarakan apa pun yang membuatnya kesal hari ini.

"Uuuft! Jeslyn, uuuft! Terlalu banyak kejutan di hidup lo! Mending kalau kejutannya yang baik-baik. Lah, ini, buruuuk semua!" Ia mengentakkan salah satu kaki sambil menggeram.

Tas punggung Gucci pemberian dari Miranda yang sudah menantinya untuk diambil, juga dijadikan sebagai pelampiasan amarahnya. "Coba bilang, panggilan apa yang pantas untuk Jonathan? Dajjal? Setan? Atau pria yang bertanggung jawab?"

"Ah, pria yang bertanggung jawab? No, no, no! Dajjal pantasnya. Ya, Dajjal!" Ia manggut-manggut mantap. Sedetik kemudian, ia mendesah. "Aiish! Tapi, terdengar sangat kasar. Gue takut kualat sama pria itu kalau memang benar dia Papa kandung gue!" lanjutnya seraya meraih tas punggung dan dikaitkan ke salah satu bahunya.

Lantas, ia melangkah cepat berpindah ke depan cermin untuk melihat penampilannya. Rambut yang masih terkuncir satu, ikatannya ia tarik lalu rambutnya diacak kasar dan disisir menggunakan jari-jari tangan, dirapikan.

"Pokoknya gue harus minta penjelasan dari Jonathan sedetail-detailnya, kenapa Lyandra bisa jadi anak kandungnya. Sebenarnya siapa yang selingkuh? Dia ... atau Mama? Aargh! Membingungkan!" ucapnya geram sambil menatap dirinya dalam cermin.

Setelah puas melihat penampilannya yang cukup rapi, ia keluar dari ruang ganti. Kaki jenjangnya melangkah cepat menuju tempat service, menghampiri beberapa temannya yang masih sibuk di sana.

"Gue izin keluar dulu, ya," pinta Jeslyn, membuat teman-temannya menoleh kompak.

"Mau ke mana?" tanya salah satunya.

"Ada urusan penting. Nanti gue ke sini lagi kalau urusannya sudah selesai," jawab Jeslyn sambil berjalan terburu-buru keluar bengkel.

"Okee, Cantik! Hati-hati di jalan!" seru Huda, dan mendapat acungan jempol dari Jeslyn.

Sampainya di depan bengkel, gadis itu sangat sabar menunggu taksi lewat. Beberapa kali ia melambaikan tangan ketika ada taksi melintas, dan selalunya tidak beruntung karena membawa penumpang.

"Aiih! Ayolah, taksi! Ada yang lewat dan kosong," gerutunya.

Jeslyn mengulurkan tangan lagi begitu melihat taksi akan melintasi dan masih agak jauh. Kali ini tidak berakhir sia-sia. Taksi itu berhenti tepat di hadapannya dan dengan cepat ia memasukinya.

"Ke gedung Benedict Corp, Pak."

"Baik, Non."

***

"Aku minta maaf atas perlakuan Jeslyn tadi. Tapi, aku juga berharap kamu tidak berkata yang menyinggung perasaannya lagi," ucap Devon sambil berjalan melewati koridor menuju ruang utama kantor, setelah selesai meeting bersama Tamara. Ia juga telah mengganti montir lain yang akan memegang mobil perempuan itu.

"Iya, Dev." Akan tetapi, Tamara tidak janji tidak berkata yang menyinggung perasaan Jeslyn lagi. Gadis itu sudah tidak sopan kepada dirinya. Sangat arogan. "Aku juga minta maaf karena ucapanku yang tidak mengenakkan ke Jeslyn tadi," ucapnya pura-pura.

"Ya." Devon manggut-manggut.

Lalu, keduanya berhenti melangkah sampainya di teras kantor.

Sambil menyelipkan kedua tangannya ke saku celana, Devon menghadap Tamara dan berkata, "Terima kasih sudah meluangkan waktunya datang kemari."

Mendapat anggukan dari Tamara. Perempuan itu pun mengulas senyum seraya menatap wajah Devon penuh kagum. "Kalau gitu ... aku permisi dulu. Sampai jumpa di lain waktu, Dev," ucapnya sambil berlalu dan melambaikan tangan.

IMPOSSIBLE (REVISI)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora