Part 5

770 91 47
                                    

"Jadi, kalian akan tunangan bulan depan?" tanya Desi.

Lyandra yang sedang memotong daging steak, mengangguk. Ia melahap potongan daging itu, mengunyah pelan, merasakan tekstur dagingnya yang empuk terpadu dengan saus barbeque lada hitam. Kemudian, ia menelannya dan berkata, "Iya. Kata para orang tua, lebih cepat lebih bagus. Kita sih, ikut bagaimana baiknya saja. Iya, 'kan, Dev?" Ia menatap Devon.

Lelaki itu mengangguk mengiyakan. Lalu, menyunggingkan senyum simpul.

"Bagus kalau gitu. Tidak bagus ditunda terlalu lama kalau sudah saling cocok. Hubungan kalian sudah berjalan satu tahun, 'kan?" Sarah menimpali.

"Satu tahun lebih. Walaupun sebelumnya LDR, tapi hubungan kami tetap lancar," balas Lyandra kalem.

"Devon beruntung banget dapat Lyan. Dan sebaliknya, Lyan juga beruntung banget dapetin Devon. Kalian sama-sama cantik dan tampan, juga sama-sama sukses di usia muda."

Devon mengembangkan senyum mendengar ucapan Riri. Ia mengangguk. "Yang penting saling mengerti pasangan satu sama lain, hubungan akan berjalan baik."

'Yang penting saling mengerti pasangan satu sama lain.' Dalam hati Jeslyn menirukan ucapan Devon. 'Tapi, kamu sendiri tidak pernah mengerti perasaanku, Devon, brengsek! Sok-sokan bijak lo.'

Sambil memotong grill salmon, Jeslyn melampiaskan rasa geramnya. Ia menganggap salmon itu Lyandra dan teman-temannya. Kemudian, ia melahap potongan salmon itu dengan rasa gemas, mengunyahnya cepat sambil membayangkan jika Devon yang ada di dalam mulut.

Menurut dirinya, semua orang yang duduk mengitari meja tempatnya, sangat menjengkelkan. Obrolan mereka benar-benar membuat hati dan telinganya memanas. Devon iya-iya saja menanggapinya, bahkan ia diabaikan lagi.

Jeslyn tidak menghabiskan grill salmon-nya. Ia berdiri. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia meninggalkan meja itu.

Devon yang melihat langsung ikut berdiri. Ia meraih tangan Jeslyn dengan cepat. "Mau ke mana? Makananmu belum habis."

Jeslyn menatap tajam Devon. Ia menghempaskan tangan lelaki itu. "Pergi," jawabnya singkat.

"Kamu pulang sama Kakak. Tadi, Kakak yang membawamu ke sini."

"Untuk menonton dan mendengar obrolan kalian yang enggak penting? Panas telingaku. Dan ... makasih sudah menambah lukaku lagi." Jeslyn meninggalkan Devon. Ia melangkah ke meja Kevin, lalu mengajak cowok itu pergi.

Devon akan mengejar, tetapi dicegah Lyandra. "Biarin, sih. Dia bisa mengacaukan makan siang kita lagi nanti."

"Tidak bisa. Aku yang membawanya ke sini. Dia harus pulang denganku." Devon berlalu dari restoran. Ia berlari melewati lobi, lantas keluar hotel.

"Shit!" umpat Devon, sambil mengusap gusar wajahnya. Ia terlambat. Jeslyn sudah pergi berboncengan dengan cowok tadi, cowok yang sempat ia lihat semalam di area balapan liar.

"Devon kenapa? Dia terlihat khawatir sekali dengan gadis urakan tadi?" tanya Shanaz kepada Lyandra.

"Dia memang seperti itu dengan Jeslyn. Dan aku tidak menyukainya. Perlakuannya sangat berlebihan untuk dibilang adik-kakak tak sedarah," balas Lyandra malas.

"Maksudmu?" Mela yang duduk di sebelah kanan Lyandra bertanya. Ia tampak bingung.

"Seperti yang sudah aku ceritakan ke kalian, rumah kami tetanggaan. Lebih tepatnya rumah Om Jo dan Om Richard, otomatis Devon dan Jeslyn dekat sejak kecil. Mereka selalu bersama, sudah seperti adik-kakak kandung. Sangat dekat. Kata Tante Mira, Devon sangat overprotective dengan Jeslyn."

IMPOSSIBLE (REVISI)Where stories live. Discover now