Part 4

697 82 19
                                    

Jeslyn duduk di jok samping kemudi, menunggu Devon di dalam klinik kecantikan, menjemput Lyandra. Sudah lebih sepuluh menit dari perhitungan dirinya, lelaki itu belum juga keluar. Jeslyn mulai bosan, ia mengirim pesan singkat kepada Kevin. Tidak sampai satu menit, pesannya terbalas. Ia menulis pesan lagi, kedua ibu jarinya menari-nari cepat di keyboard.

Jeslyn
Pokoknya lihat aja nanti. Gue bakal ngerusuh di acara dia. Gue bakal ngelihatin ke teman-teman si ular kalau Kak Devon milik gue.


Kevin
Gue dukung. Semangat berjuang, Sayaaaang, hahaha.

Jeslyn
Emang sohib terbaik lo.

Kevin
Nanti kagak didukung, nangis kejer lo. Gue kasihan.

Jeslyn
Aseem emang lo ya. Dah dulu. Mereka sudah datang. Sampai ketemu nanti malem di basecamp.

Jeslyn menatap Devon dan Lyandra berjalan menuju mobil. Keduanya bergandengan tangan, bercengkerama sambil tertawa. Ia kesal sendiri melihat itu. Devon benar-benar mengabaikan perasaan dirinya, tapi bodohnya ia tidak bisa membenci lelaki itu. Masih berusaha mengejar, meskipun ia tahu hasilnya akan mustahil. Dan ia tidak tahu sampai kapan hatinya kuat. Setidaknya, selama ia masih mampu bertahan, ia akan tetap mempertahankan. Akan pergi jauh jika Devon yang menyuruh.

Devon membukakan pintu belakang untuk Lyandra. Perempuan itu mengernyit melihat Jeslyn ada di jok depan. "Kenapa Jeslyn ikut?" tanyanya.

"Aku yang mengajak. Lagian, sudah waktunya istirahat juga. Sekalian dia makan siang."

"Kamu tidak bilang dulu padaku." Lyandra merasa keberatan.

"Dia juga sepupumu, 'kan? Tidak masalah seharusnya."

Lyandra mendengkus. Ia belum masuk mobil. "Kalau gitu aku yang duduk di depan. Suruh dia pindah ke belakang, ya."

Jeslyn mendengar itu. Tanpa menoleh keluar dan sibuk memainkan ponselnya, ia berseru, "Enggak! Aku udah PW di sini. Kamu aja yang duduk di belakang."

"Sayang, gak bisa gitu, dong. Aku kekasihmu. Seharusnya aku yang duduk di depan, di sampingmu. Dia loh, hanya adik angkatmu. Enggak punya hak lebih atas dirimu," ucap Lyandra memperlihatkan wajah memelas bercampur kesal kepada Devon.

Lelaki itu bingung sendiri. Dua perempuan itu sama-sama penting untuk dirinya. Jeslyn jelas adik yang ia cintai, sedangkan Lyandra kekasih yang ia pilih. Setelah menimang-nimang keputusan, Devon membuka pintu depan. "Jeslyn, pindah dulu, ya, ke belakang," katanya.

Gadis itu melongo. Ia heran dengan keputusan Devon. Katanya, lelaki itu lebih sayang dirinya daripada Lyandra. Tapi, lihat, Devon menuruti kemauan perempuan itu. Berpihak padanya.

Dengan perasaan kesal, Jeslyn keluar. Ia melempar tatapan tajam kepada Devon dan Lyandra. Tanpa mengucapkan sepatah-kata pun, gadis itu masuk ke jok belakang. Ia menutup pintunya agak membanting sampai menimbulkan suara bedebum keras.

Devon merasa tidak enak hati. Ia memandang Jeslyn dalam diam. Nanti ia akan membawa gadis itu jalan-jalan sebagai gantinya. Ya, agar gadis itu tidak marah.

"Ayo, masuk," pinta Devon kepada Lyandra.

Perempuan itu mengangguk. Senyumnya mengembang lebar. "Terima kasih, Sayang." Ia mengecup pipi kanan Devon, lantas masuk.

IMPOSSIBLE (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang