Part 28

440 24 19
                                    

"Jelaskan, Devon. Kenapa kamu membawa Jeslyn pergi dan meninggalkan pertunanganmu dengan Lyandra?" tanya Jonathan sambil menahan geram.

Mereka sudah berkumpul di ruang tamu, dengan Devon duduk di antara kedua orang tuanya dan Jeslyn duduk di sebelah Miranda. Sedangkan, Jonathan, Lyandra, dan Sandra, duduk di satu sofa yang sama. Lainnya berdiri, sebagian ada yang duduk untuk mendengarkan penjelasan Devon secara saksama.

"Maaf," balas Devon singkat sambil menunduk. Lalu, ia mengangkat kepala untuk menatap orang-orang di hadapannya. "Aku tidak bisa melanjutkan," tegasnya.

"Kenapa, Devon?! Kamu tidak bisa seenak jidat menyudahi pertunangannya dengan Lyandra. Hubungan kalian sudah sangat serius dan sudah terjalin sangat lama!" sentak Sandra, emosi semakin meluap tak keruan. Seluruh tubuh gerah rasanya.

"Dev! Kamu tidak bisa mempermainkan aku seperti ini! Kamu yang membawa hubungan kita sampai sejauh ini. Terus dengan seenaknya kamu menyudahi semua?! Pasti Jeslyn yang sudah menghasutmu, 'kan?" Tak terima mendengar keputusan Devon, Lyandra mencercanya sampai suara terdengar menggema di penjuru ruangan.

Hal itu membuat Jonathan semakin naik pitam, lantas beranjak dan menghampiri Devon melewati Richard. Tanpa ba-bi-bu, ia menghantamkan bogeman mentah ke rahang Devon, tepat di bekas pukulan Kevin.

"Jangan pakai kekerasan. Aku tahu anakku salah, tapi aku tidak setuju jika menyelesaikan masalah dengan cara kekerasan." Richard beranjak, menahan Jonathan yang akan meninju Devon lagi.

Sementara, Devon hanya pasrah mendapat bogeman mentah dari Jonathan. Ia menyadari kesalahannya yang sudah di luar batas.

"Biarkan aku menghabisi anakmu yang sudah sangat keterlaluan, Ri!"

"Hanya aku yang boleh menghukumnya dengan cara kekerasan!"

Jonathan semakin geram. Dengan seluruh emosi yang terkumpul, ia mencerca Devon, "Bajingan kamu, Devon! Kamu yang membawa Lyandra terbang, lalu diempaskan begitu saja! Memalukan! Kalau hanya ingin mempermainkannya, untuk apa kamu mempertahankan hubungan! Kamu sendiri yang mengajak dan merencanakan pertunangan! Lalu kamu juga yang menghancurkan!"

"Sampai segitunya, Papa, membela Lyan? Kenapa kalau aku yang disakiti, Papa, sangat mendukung dan menikmatinya?" timpal Jeslyn sambil menahan nyeri dalam dada. Luruhan air mata tak hentinya berderai. Namun, ia masih mampu terkekeh dan terdengar miris.

"Diam kamu, Jeslyn! Ini semua gara-gara kamu yang datang ke acara! Apa kurang jelas peringatan dari kami untuk melarangmu datang?!" sergah Sandra, menatap Jeslyn tajam.

"Dan dia lebih sakit diperlakukan seperti ini, Jeslyn! Dipermalukan di depan umum dan sekarang dibuang begitu saja oleh Devon! Mau taruh di mana muka kami yang sudah dipermalukan sekeji ini?!"

Jeslyn beranjak berdiri, menghadap papanya sambil mengepalkan kedua tangan. "Pa! Lebih sakit mana dari aku yang dibuang dan tidak dianggap anak oleh Papanya sendiri?! Lebih sakit siapa yang setiap kali di rumah selalu disalah-salahkan oleh kalian, dihina, dan direndahkan. Selalu dianggap anak pembawa sial, padahal aku tidak pernah membuat kesialan untuk kalian?! Lalu sekarang, Papa, membicarakan malu di hadapan semua orang karena kegagalan pertunangan Devon dan Lyandra? Ke mana malunya, Papa, yang bertahun-tahun mengabaikan anaknya sendiri, tapi lebih peduli sama anak orang lain yang tidak ada hubungan darah di keluarga kita sedikit pun?!"

"Jadi, ini caramu balas dendam terhadapku, Jeslyn? Karena kamu iri melihat bagaimana aku diperlakukan baik oleh Om Jo? Jahat sekali caramu, Jeslyn. Sangat licik. Apa salah jika Om Jo bersikap baik kepadaku, yang notabene aku keponakan dari istrinya? Aku juga sudah menjadi bagian dari keluarga kalian."

"Dengan mencuci otak Papa agar semakin membeciku, bukan? Lo dan Tante lo itu sama. Sama-sama ular berbisa."

"Jeslyn, aku tidak sejahat itu kepadamu. Tapi, kamu sendiri yang jahat terhadap kami, dari pertama kedatangan kami di rumah Om Jo. Dan aku tahu, sebenarnya Devon tidak mencintaimu. Sama sekali tidak tertarik kepadamu. Tapi, kamu yang terus merayunya, mencari perhatian kepadanya. Kamu yang terlalu obsesi dan ambisi untuk memilikinya. Seharusnya kamu malu karena selalu ditolak oleh Devon. Tapi, aku tidak tahu apa yang membuat Devon begitu cepat berbalik arah dariku malam ini, tepat di hari pertunangan kami. Ah, apa kamu baru saja menyerahkan tubuhmu untuk mengambil hatinya dan menghasut otaknya agar meninggalkanku?" Dengan terisak-isak dan bersuara rendah, Lyandra terus mencecar Jeslyn sambil menatapnya nyalang. Raut wajahnya dibuat sesedih mungkin untuk menarik simpati orang-orang di sekelilingnya.

IMPOSSIBLE (REVISI)Where stories live. Discover now