Part 14

380 20 2
                                    

Hallo, semuaaa.

Aku mau ngasih tahu kalau di part 14 ini isinya beda sama yang dulu. Dan ke depannya juga akan ada perbedaan.

Jangan lupa vote dan komennya ya 😘😘

***

"Ah! Capitannya resek, gak bisa diajak kompromi!" ucap Jeslyn kesal. Sudah berkali-kali ia dan Kevin bermain mesin pencapit boneka di Timezone, tetapi tidak ada satu pun yang berhasil.

"Main yang lain aja. Emang belum rejeki kita kali, belum dapat itu boneka," balas Kevin, diangguki oleh Jeslyn.

"Kuylah. Main basket aja. Kita taruhan, siapa yang paling banyak scoresnya, dia yang menang. Dan yang kalah traktir makanan," ucap gadis itu semangat.

"Ayo! Siapa takut. Lo bakal kalah, Jes," kata Kevin meremehkan.

Keduanya berlari kecil ke tempat bola basket.

"Belum dimulai, anjir. Kita lihat saja nanti," balas Jeslyn, diselingi tawa.

Keduanya sudah berada di tempat bola basket. Menunggu antrean sesaat, tidak berselang lama mereka mendapat giliran. Jeslyn dan Kevin mulai memasukkan bola-bola basket ke ring, bergerak cepat sambil tertawa riang. Scores unggulan pertama milik Kevin. Cowok itu bergerak lebih cepat dari Jeslyn.

"Lo kalah, Jes! Wohoho, punya gue udah banyak scoresnya. Lo traktir gue," ucap Kevin bangga.

Jeslyn tidak terima. "Masih ada waktu, Kepin! Jangan senang dulu!" Ia menambah kecepatan tangan melempar bola. Sangat fokus, tidak menghiraukan sekitar. Hingga batas waktu terakhir, ia mendapatkan scores terbanyak. Selisih sepuluh poin dari Kevin.

"Yes! Gue menang!" Jeslyn berseru gembira. "Lo traktir gue, Kep." Ia tertawa riang.

Kevin pura-pura menampilkan wajah sedih dan loyo. "Oke, deh, oke. Mau makan apa? Sultan siap membelikan makanan termahal di mall ini."

"Ah, gayaan, lo." Jeslyn menyikut Kevin sambil tertawa. "Tapi, benar juga, ya. Bokap-nyokap lo, 'kan, sultan."

Keduanya melangkah riang keluar dari Timezone. Buruannya saat ini food court di mall itu.

"Kev, tunggu bentar." Jeslyn menarik kemeja Kevin ketika akan menaiki escalator. Ia melihat papanya, Lyandra, dan Sandra. Mereka berjalan membelakangi dengan Lyandra direngkuh sang papa dari samping kiri, sedangkan Sandra berjalan di kanan papanya sambil bergandengan tangan. Mereka terlihat seperti keluarga harmonis dan sangat romantis. Di salah satu tangan Sandra dan Lyandra, mereka menenteng beberapa paper bag.

"Gue mau ngikutin mereka." Jeslyn akan berlalu, tapi Kevin menahannya.

"Jangan. Akan nambahin luka lo doang nanti. Mending kita cari makan. Niat kita ke sini happy-happy, 'kan?"

"Gue penasaran."

"Simpan rasa penasaran elo."

"Gue gak pernah kayak gitu sama Papa, Kev." Suara Jeslyn bergetar, rasa iri semakin menggerogoti hati.

"Gak perlu sama Papa lo, lo ngrasain gitu. Dia itu pria asing, cuma statusnya saja bokap lo." Kevin menjeda ucapannya, lalu ia berkata lagi. "Kita cari makan ke tempat lain. Di luar mall ini."

Kevin menarik Jeslyn meninggalkan tempat itu. Keduanya menuju basement, lantas berlalu dari mall setelah mengendarai motornya.

Jeslyn menambah kecepatan laju begitu memasuki jalan raya. Dengan gerakan mahir, ia melenggak-lenggokkan setang untuk menyalip setiap kendaraan yang berada di hadapan. Sama sekali tidak memedulikan keselamatan dirinya yang benar-benar sedang diselimuti emosi. Andai pun ia kecelakaan dan mati di tempat, mungkin Papa dan Devon akan kesenangan. Bernapas lega karena sudah tidak ada benalu yang merecoki kehidupannya lagi. Lalu, Lyandra dan Sandra akan semakin berkuasa, merasa menang karena dirinya telah lenyap.

IMPOSSIBLE (REVISI)Where stories live. Discover now