17

203K 8.2K 432
                                    

Naraka memasuki kamar ia melihat Linka yang masih terlelap, pemuda itu mendekat duduk disebelah Linka, matanya teralih melihat perut yang masih rata tersebut.

Tangan Naraka terulur memegang perut tersebut, hatinya berdesir kegilaan ini akan semakin berlanjut. Ia belum pernah merasakan hal seperti ini, kemana sifat tak berperasaannya? Ia mengusap beberapa kali perut tersebut.

Padahal ia biasanya tak pernah berperasaan pada korbannya. Beberapa kali menyangkal perasaanya membohongi dirinya sendiri untuk mengacuhkan Linka namun tak bisa.

Linka mengerjapkan mata, lengannya terasa berat matanya menemukan Naraka yang tertidur dalam posisi duduk dengan lengan mereka yang saling bersautan.

Kenapa, pemuda itu menjadi sedikit baik saat ini. Linka menatap langit kamar tanpa melepas tautan mereka. Naraka mengeliat mengangkat kepala dan menemukan Linka yang sudah bangun.

"Lo udah bangun?"

Linka hanya diam menatap tak minat pada Naraka, pemuda itu tau Linka masih marah padanya. Memang tak mudah mengobati luka yang sudah menganga.

"Kita turun makan ya, lo harus isi tenaga dari siang belom makan" bujuk Naraka.

"Aku gak laper"

"Linka inget kondisi kamu, jangan siksa kamu sama calon anak kita" Naraka terus menekan amarahnya agar tak menyembur. Mood ibu hamil memang suka naik turun bukan.

"Apa peduli kamu, bagus dong kalo aku cepet mati" balas Linka mengalihkan pandangannya. Ia tak bisa menatap terlalu lama Naraka karna keberaniannya memang tak sebanyak itu.

"Linka jaga bicara lo. Gue gak suka lo bercanda soal kematian. Gak akan ada satupun diantara kalian yang akan pergi ninggalin gue. Gue pastiin itu" balas Naraka geram. Ia tak akan mengijinkan baik Linka maupun calon anak mereka pergi meninggalkannya.

"Kamu selalu bertindak semau mu Naraka tanpa mikirin aku. Aku benci kamu" teriak Linka

"Lo boleh benci gue asal jangan anak kita Linka"

Teriakan mereka terdengar hingga luar. Diana yang akan menemui menantunya buru-buru membuka kamar Naraka takut anaknya berbuat kasar pada menantunya.

"Cukup Naraka jangan bentak calon istrimu" ucap Diana memukul anaknya. Linka melihat wanita asing yang memarahi Naraka. Ia menatap sedikit tak nyaman karna memikirkan pandangan orang-orang pada dirinya yang sekarang. Dipandang sebagai wanita hina karna dengan suka rela bermain dengan Naraka hingga hamil. Ia sungguh takut dan alasan itulah membuatnya ingin menggugurkan anaknya. Mendengar bisikan yang memintanya untuk mengakhiri penderitaan ini hingga melupakan segalanya.

"Ma...."

"Mama gak butuh pembelaan kosong mu. Sekarang keluar biar mama yang bicara" perintah Diana, dengan malas Naraka keluar dari kamar membiarkan mama dan Linka berbicara berdua.

Diana duduk disebelah Linka. Meraih tangan Linka lalu mengusapnya.

"Maafin anak mama ya sayang. Karna dia kamu jadi menderita seperti ini. Mama sungguh memohon maaf padamu. Harusnya mama lebih ketat dan tegas mendidik Naraka" air matanya menetes mengingat perlakuan putranya. Menyakiti wanita seperti Linka, dalam sekali lihat saja ia tau Linka adalah perempuan baik-baik dan tulus namun putra bodohnya itu malah merusaknya.

Tangan Linka terulur ia mengusap air mata Diana. Linka tak tahan melihat seorang ibu yang memohon maaf padanya hingga menangis.

"Ini bukan salah tante" gumam Linka.

Diana semakin menangis. Ia mengecup tangan Linka memohon maaf atas segala dosa putranya.

"Mama panggil mama sayang. Kamu akan segera jadi bagian keluarga kita. Maafkan Naraka ya, karna perbuatannya kamu jadi begini. Hingga hamil anaknya, tapi tenang Naraka akan bertanggung jawab sayang"

Naraka's (Revisi)Where stories live. Discover now