36

88.1K 4.8K 267
                                    

Linka mengerjapkan mata, kepalanya sedikit pusing karna memikirkan Naraka. Ia turun dari ranjang kakinya melangkah perlahan menuju pintu yang sejak tadi terkunci.

Linka keluar dari kamar, menatap sekitar yang seperti biasa sepi. Ia tak menemukan keberadaan Naraka di lantai bawah.

"Nona mau makan? Biar saya siapkan." Tanya maid yang sedang bekerja di dapur.

"Boleh." Balasnya kemudian duduk di meja makan.

Maid mulai meletakkan beberapa makanan di depan Linka. "Naraka kemana?"

"Tuan muda tadi keluar. Saya undur diri, jika nona butuh sesuatu bisa panggil saya." Pamitnya.

Linka hanya menganggguk, lagipula itu kebebasan Naraka. Akhir-akhir ini terasa tak nyaman untuknya. Benar ternyata Naraka tak cukup dengan dirinya saja. Lagipun ia hanya perempuan biasa, sudah hal lumrah bukan jika pria kaya suka bermain dengan yang lain.

Linka mulai memasukkan makanannya mengunyah dengan perlahan meski sulit, makanan terasa hambar karna Naraka. Ia sedikit memukul kepalanya karna terasa sakit. Hingga kepalan tangannya tertahan oleh lengan lain.

"Jangan dipukul kepalanya." Ucap pemuda yang berdiri disebelahnya. Linka mengalihkan pandangannya dari makanan menuju sosok itu. Naraka pemuda yang tengah menahan lengannya tadi. Bahkan Linka sampai tak menyadari jika Naraka berjalan mendekatinya tadi

Usapan kepala kini Naraka berikan, hingga rasa sakitnya kini berangsur membaik. "Masih sakit?"

Linka hanya menggeleng, ia menyingkirkan sentuhan Naraka dari tubuhnya. Kemudian berjalan menjauhi Naraka.

"Linka kita perlu bicara." Tawar Naraka yang mengikuti langkah Linka dari belakang.

"Apa lagi? Kamu mau bilang kalo kamu selingkuh huh?" Cerca Linka.

"Engga Linka, aku gak selingkuh." Balasnya menahan lengan Linka mengajaknya untuk duduk dan dituruti oleh wanita tersebut.

"Terus apa? Kamu mau buktiin pake cara apa Naraka. Aku tau aku gak secantik mereka dan pernikahan ini karna paksaan. Tapi bisa gak kamu hargai aku." Ucapnya dengan sesak. Ia terlalu banyak berfikir hingga terasa sakit kembali menyerang kepalanya.

Naraka turun bersimpuh dihadapan Linka menggenggam tangan Linka. Menatap dengan permohonan, kedua kalinya pemuda itu merendahkan diri demi Linka.

 Menatap dengan permohonan, kedua kalinya pemuda itu merendahkan diri demi Linka

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Engga Linka. Aku berani bersumpah.."

"Jangan bawa sumpah dalam tindakan busuk mu. Kalo kamu gak mau terima aku biarin aku pergi aja, aku gak akan pernah muncul dan meminta pertanggung jawaban lagi. Kamu bisa bebas bermain dengan seribu wanita." Air mata bahkan sudah berjatuhan, ia sangat sesak mengetahui perbuatan Naraka yang entah apa itu dirinya tak mau berpikir lebih jauh karna terlalu menyakitkan.

"Linka please, dengerin aku dulu. Aku minta maaf aku gak main dibelakang setelah sama kamu. Aku berani bersumpah, semalam aku pergi sama anak-anak buat perayaan keberhasilan pekerjaan kita di club maaf buat tempatnya mereka yang atur. Pas aku mau pulang aku nolongin cewe yang lagi dalam masalah dan pas udah selesai aku gak tau lagi terus pas bangun mobilku udah ada di pinggiran kota tadi pagi. Please percaya sama aku, aku gak bohongin kamu." Jelas Naraka, tangannya terulur mengusap lelehan yang terjadi karnanya.

Naraka's (Revisi)Onde histórias criam vida. Descubra agora