33

88.5K 4.3K 346
                                    

Mereka baru keluar dari ruang periksa, Linka bulan ini akan berhenti sekolah dan melanjutkan home schooling. Naraka menarik Linka membawanya agar berjalan disisinya. Mereka menuju mobil, kemudian melajukannya meninggalkan rumah sakit. Linka tak henti memandang hasil usg janinnya, senyum merekah menikmati momen kehamilan pertamanya.

"Nanti kalo lahir babynya mau dikasih nama apa?" Tanya Linka pada Naraka yang tengah fokus pada jalanan dan hanya jalanan yang ada.

"Heaven?" Tawar Naraka.

"Apa karna nama kamu Naraka yang plesetan dari Hell terus kamu kasih nama anak kita Heaven yang artinya surga? Ihh gak kreatif banget." Kesal Linka.

Naraka hanya terkekeh ia tadi hanya asal menjawab, menurutnya masih terlalu dini memikirkan nama. Biar nanti saja kalo anaknya sudah lahir ia akan memberikan nama yang indah.

"Tadi kamu yang minta saran, lagian aku juga belum kepikiran nama buat baby." Balas Naraka.

"Ahh terserah kamu. Gak asik." Kesalnya. Sang suami yang tidak asik karna asal menjawab. Linka memilih acuh, ia tak lagi mau berbicara dengan Naraka. Sementara kini mobil melaju lurus dan tak berbelok menuju rumah mereka.

"Kita mau kemana?" Tanya Linka yang melihat jalan jauh dari area rumahnya.

"Jalan" balas Naraka, Linka hanya mengangguk, sebenarnya masih ada sisa waktu 1 minggu sebelum cuti yang Naraka ajukan tapi karna ia yang sudah mulai lelah akhirnya memilih untuk lebih cepat di rumah saja.

Naraka masih membebaskan Linka bepergian dan dua sahabatnya untuk main di rumah. Mereka memasuki sebuah taman bunga, Linka yang melihat pintu masuk sudah berbinar. Mobil baru saja berhenti parkir dan wanita hamil muda tersebut sudah berlari keluar. Naraka yang kaget langsung menyusul Linka, "pelan-pelan sayang." Teriak Naraka.

Kemudian langkahnya memelan Naraka segera menyusul, "kamu lupa atau gimana hah kalo diperut kamu ada anak kita kalo kamu kenapa-napa gimana, kalo bayinya sampai kram gimana, kamu gak mikir sampai sana." Bentak Naraka. Linka yang mendengar tuduhan itu merasa teremas.

Ia tadi hanya terlalu antusias untuk segera melihat berbagai jenis bunga namun Naraka malah memarahinya karna terlalu cepat berlari, ia tau jika dirinya salah namun tak perlu sampai membentaknya seperti ini apalagi ditempat umum.

"Maaf..." Cicit Linka menunduk meremas dressnya.

Naraka menyadari dengan nada suaranya yang terlalu keras kemudian ia menarik Linka mengusap kepala istrinya, "jangan diulangi lagi, kamu lupa tadi dokter bilang kalo kandungan mu sedikit rentan"

Ya dokter tadi memang mengatakan agar lebih waspada mengenai janin Linka, faktor yang mempengaruhi kehamilannya yang rentan adalah usianya yang terlalu muda, fisik yang masih belia mengakibatkan lemahnya imun janin meski sudah memasuki trimester kedua awal.

"Maaf..." Ucap Linka kembali.

"Kita lanjut jalan ya." Balas Naraka mengurai pelukannya, ia menarik Linka untuk masuk ke taman bunga setelah mereka membeli tiket masuk.

Mereka memasuki taman bunga, Linka akan melepas gandengannya namun ditahan oleh Naraka, akhirnya ia pasrah berjalan dengan Naraka yang terus menggandengnya.

Linka tersenyum senang tangannya akan memetik salah satu mawar merah namun ditepis dengan cepat oleh Naraka.

"Jangan pakai tangan kosong nanti berdarah."

Linka menarik tangannya kemudian kembali berjalan, hari ini mood Naraka sangat buruk ia terlalu melarang Linka dan tanpa sadar selalu menaikkan nada bicaranya.

"Kita pulang aja ya." Usul Linka setengah hati karna Naraka yang terlihat sangat keruh wajahnya. Dan sialnya langsung disetujui oleh pemuda itu. Padahal mereka baru 15 menit disini dan Naraka dengan enteng mengiyakan kepulangan mereka tanpa bertanya lagi.

Naraka's (Revisi)Where stories live. Discover now