42

58.2K 3.7K 377
                                    

"Tembak Linka sendiri atau lo lihat kita semua yang akan menembak istri tercinta lo secara brutal." Ucap William yang mereka semua telah siaga dengan pistol.

Linka menggeleng, wajahnya telah pucat. Ia sudah tak bisa berharap apapun inikah ajalnya yang akan segera datang.

"Gue milih lo yang mati." Geram Naraka, lalu terdengar suara riuh tembakan yang mengenai bawahan William. Naraka dengan cepat menembak lengan William hingga pistol yang digenggam pemuda tersebut lepas.

"Aakkkhhhh.... Sialan lo Naraka." Teriaknya yang terjatuh memegang lengan kanannya.

Bughhhh....

Sebuah pukulan melayang Naraka berikan pada William hingga tak sadarkan diri. Kalian bisa tebak sekuat apa pemuda tersebut.

"Untung gue sama yang lain datang tepat waktu." Ucap Alran menepuk bahu Naraka. Yap pemuda itu membawa kelompoknya untuk membantu Naraka.

"Terserah. Bawa dia ke tempat eksekusi." Perintah Naraka yang langsung dilaksanakan oleh Alran, sebelum itu ia mencari kunci yang ada di badan William.

Pemuda itu segera menghampiri Linka yang sudah lemas. "Maaf..." Ucap Linka.

"Kamu gak salah sayang." Ucap Naraka mulai melepas rantai yang mengikat kaki dan tangan Linka. Ia segera membawa Linka dalam pelukannya. Mengucap syukur berulang kali karna berhasil menemukan istrinya.

"Harusnya... Aku... Gak... Ceroboh... Dan... Bodohnya.... Pergi.... Dari... Rumah... Tanpa... Mendengar... Penjelasan.... Kamu..." Ucap Linka dengan terputus-putus. Naraka mengusap wajah Linka yang berkeringat.

"Sayang... Kamu gak salah.. kita ke rumah sakit ya.." ajak Naraka yang baru saja akan mengangkat Linka namun tertahan saat menyadari rembesan darah yang berada didekat kaki istrinya.

"Linka, apa perutmu sakit?" Gumam Naraka.

"Aku gak tau, aku pusing tolong angkat aku ya. Tolong selamatkan baby terlebih dahulu jika terjadi apapun kedepannya." Balasnya yang mulai memejamkan matanya. Linka memang sudah tak merasakan apapun badannya seolah mati rasa karna tekanan dan siksaan yang baru dialaminya.

"Bertahan sayang, jangan tutup matamu." Ucap Naraka mengangkat badan Linka dan benar saja dibawah tubuh yang Linka duduki sudah banyak rembesan darah yang keluar. Ia segera berlari menuju luar gedung.

Ia segera berlari menuju mobilnya, "ke rumah sakit sekarang." Teriak Naraka yang segera dijalankan oleh Elios yang baru tiba setelah membantu membereskan tugas Naraka.

Mobil melaju dengan kecepatan yang bisa dibilang gila namun tenang saja Elios adalah pembalap malam. Naraka mengumpat karna lokasi mereka yang jauh dari kota dan pusat kesehatan.

Ia mengusap wajah istrinya yang menutup mata, pucat dan hampir dingin. "Cepetan Elios."

Mereka tiba di rumah sakit, Naraka mengangkat Linka menuju ruang igd dan langsung dibantu suster untuk meletakkan Linka pada brangkar.

"Tuan bisa tunggu didepan." Perintahnya.

Naraka menatap tangannya yang terdapat darah Linka yang mengering. Ia menatap lurus andai ia lebih cepat menemukan Linka hal ini tak akan terjadi.

"Tuan bisa ke ruang dokter sebentar kami butuh persetujuan dari anda." Ucap perawat yang entah sejak kapan berdiri didepan Naraka. Pemuda itu berjalan tergesa memasuki ruang dokter.

"Begini tuan kami butuh persetujuan anda. Maka kami akan melakukan tindakan operasi pelahiran pada janin karna kondisi nyonya Linka yang cukup riskan dan membahayakan bagi nyawa ibu dan anak anda harus memilih prioritas dari salah satu. Kami memang akan berusaha semaksimal mungkin namun kita harus memilih prioritas dari salah satunya. Saya tahu ini berat namun kami akan memberi anda waktu untuk berpikir." Ucap dokter tersebut saat Naraka baru saja duduk didepannya.

Naraka's (Revisi)Where stories live. Discover now