30

124K 5.2K 368
                                    


Minggu pagi surganya para manusia pemalas. Begitu juga dengan Linka yang masih bergelut dalam selimut. Naraka baru saja memasuki mansion dengan peluh yang membanjiri dahinya serta kaos dan celana yang melekat pada badannya.

Ia mengusap keringat dengan handuk kecil yang dibawanya tadi. Naraka baru menyelesaikan beberapa putaran mengelilingi taman kompleknya. Salah satu morning person yang tak pemalas seperti istrinya.

"Linka sudah bangun?" Tanya Naraka pada salah satu maid yang menyiapkan sarapan.

"Belum Tuan Muda" balasnya.

Naraka mengambil segelas air mineral lalu meminumnya. Kemudian pergi menuju kamar mereka, benar saja ia melihat Linka masih bergelung dengan selimut.

Pemuda itu memilih berlalu ke kamar mandi untuk menyegarkan diri. Naraka keluar dengan pakaian santai dan membiarkan rambutnya yang setengah basah.

Kakinya berjalan mendekati Linka yang masih terlelap. Ia duduk disebelah Linka, tangannya terulur mengusap pipi Linka. Sensasi dingin pada tangan Naraka mengusik kenyamanan wanita tersebut.

"Bangun, kamu harus sarapan dulu sayang" ucap lembut Naraka, suara selembut pantat bayi.

Bukannya terbangun Linka malah mengangkat tangan menarik jemari Naraka yang ada di pipinya kemudian membawanya sebagai bantalan. Linka sedikit sadar memakai tangan Naraka sebagai bantalan namun karna kantuk ia melanjutkan saja tidurnya.

Naraka hanya pasrah membiarkan Linka kembali bermimpi, ia kemudian mengambil benda pipih untuk menghubungi maid dibawah agar mengantar makanan untuk mereka.

Suara pintu diketuk setelah dipersilahkan masuk muncullah sosok maid dengan nampan berisi sarapan. Setelah meletakkan ia kemudian pamit keluar. Naraka menatap Linka yang masih nyaman menghalau rasa kesemutan pada tangannya.

Tiga puluh menit berlalu, mau tak mau Naraka harus membangunkan Linka karna waktu sarapan sudah hampir terlewat. Ia mengusap perut Linka yang sedikit mulai mengembung terdapat kecebong miliknya disana. Naraka berdesir merasakan hangat di hatinya yang segera akan menjadi young papa asek.

"Bangun sayang. Baby harus makan dulu" ucap Naraka kembali.

Linka mulai mengeliat membuka perlahan matanya, tangan Naraka terbebas dari beban sekarang menyisakan warna memerah disana. Linka duduk dibantu oleh Naraka, ia menyandarkan kepalanya pada bahu Naraka.

Pemuda itu mengambil tisu basah untuk menyegarkan wajah Linka. Mengusap dengan perlahan memberi kenyamanan. Setelah dirasa cukup, Linka hanya menikmati perlakuan tersebut hingga setelah mendapatkan kesadaran sepenuhnya, matanya melihat bekas merah pada tangan Naraka ia merasa tak enak pasti tangan pemuda itu terasa kebas.

Jemari Linka mengusap tangan Naraka "Maaf tangan kamu jadi merah gini"

"Gak papa, yang penting kamu nyaman. Aku gak enak bangunin kamu" lihat semua bagaimana Link tak melting jika diperlakukan dengan manis dan lembut terus menerus.

"Sekarang makan dulu ya" lanjut Naraka menarik tangannya kemudian mengambil sarapan mereka. Ia menyuapi Linka yang diterima dengan senang hati, adegan tersebut bergantian sebuah sendok menuju mulut Naraka dan Linka hingga makanan habis tak bersisa.

"Udah kenyang babynya" ucap Linka.

Naraka meletakkan piringnya pada nampan, mengusap perut Linka yang terasa kenyang tadi.

"Sehat terus ya anak daddy jangan buat mommy capek" ucap Naraka.

Cukup Linka tak sanggup lagi, rasa panas menjalar di pipinya melihat adegan Naraka yang mengajak kecebongnya berinteraksi.

Naraka's (Revisi)Where stories live. Discover now