41

56.7K 3.6K 217
                                    

Linka telah menyelesaikan makannya entah itu ada obat ataupun tidak tapi ia percaya makanan tersebut aman. Ia mencoba mendekati jendela berharap bisa keluar dari sana namun sial saat menyibak tirai ternyata jendela tersebut terdapat jeruji yang mengamankannya. Dan ia baru sadar jika kamar ini berada dilantai atas. Terlihat jarak antara halaman bertanah sangat jauh.

Kakinya melangkah menuju pintu dan ternyata kamar mandi juga sama tanpa lubang untuk kabur. Ia mendesah kembali duduk di ranjang sambil memikirkan ide apa yang akan ia lakukan untuk kabur.

Sebuah ide kini bersarang pada otak Linka, ia menggigit bibirnya jika hal ini tak berhasil maka hilang sudah kesempatan terakhir Linka. Ia tak bisa hanya mengandalkan dan menyusahkan Naraka.

Pertama-tama Linka masuk ke kamar mandi lalu membasahi mukanya agar terlihat berkeringat. Kemudian ia menuju pintu utama, tangannya menggedor berulang kali tak lupa ekspresi kesakitan dan ringisan suara ia ucapkan.

Brak.... Brak.... Brakk....

"William tolonggg akhhh...."

Brak.... Brak.... Brak....

"Akhhh.... William perut aku sakit..." Teriak Linka. Lalu ia mendengar suara langkah yang mendekat dan bunyi kunci yang dibuka. Ia yang langsung duduk bersandar di dinding sebelah kanan pintu jadi ia tak akan terdorong oleh benda keras tersebut.

Terbukalah pintu tersebut William pemuda itu ikut berjongkok menatap Linka yang tengah meringis sambil memegang perutnya.

"Linka lo kenapa." Tanyanya.

"William please perut aku sakit.." Linka memegang baju William meremasnya menatap dengan wajah yang penuh kesakitan.

"Kita ke rumah sakit. Lo gak boleh kenapa-napa untuk saat ini sebelum Naraka dateng buat lihat lo yang gue siksa." Ucap William mulai mengangkat Linka, jantung wanita tersebut berdetak kencang merasakan adrenalinnya yang terpacu. Ia meremas lengan William dan terus berakting meringis.

"Sst.... Sakit Will..." Desis Linka.

Ia melirik sekita dan sial banyak sekali bodyguard yang berjaga disekitar. Hingga mereka keluar menuju mobil, Linka dimasukkan perjalanan terus berlanjut Linka masih saja berpura-pura meringis hingga ia mendengar suara tawa menggelegar pemuda disebelahnya.

"Hahahhaha.... Lo pikir gue percaya dengan akting murahan lo Linka." William menatap Linka dengan tajam membuatnya meneguk ludah kasar. Ia ketahuan saat ini rencana yang akan kabur saat tiba di rumah sakit pupus sudah.

"Kita menuju ke tempat eksekusi." Perintah William pada supir yang dibalas anggukan.

Linka mencoba memohon kembali berharap belas kasih dari pria tersebut. "William lepasin aku." Teriak Linka.

"DIAM LINKA." Bentak William, telinganya terasa sakit mendengar suara memohon Linka.

Wanita tersebut bungkam, ia menatap keluar jendela mereka semakin jauh ke arah hutan, entah bagian wilayah mana William akan mengeksekusinya.

Tangannya mengusap perutnya yang terasa tak nyaman, koneksi antara ibu dan anak memang kuat. Dalam hati terus berkata agar sang buah hati tenang dan percaya pasti ada pertolongan meski hal itu hanya 0.1%.

Mobil berhenti di sebuah bangunan tua, bahkan kesan horor di sekitanya sudah terlihat. William menyeret Linka tanpa perasaan menuju dalam gedung.

"Akhh...." Teriak William mengibaskan tangannya yang digigit oleh Linka. Wanita tersebut segera berlari menjauhi Willian.

"Kejar wanita sialan itu." Perintah William.

Linka terus berlari meski agak susah menuju jalan ia berharap ada mobil untuknya menumpang, dibelakang sana terlihat para orang William yang mengejarnya.

Naraka's (Revisi)Where stories live. Discover now