67. AKHIR

41.4K 2.6K 203
                                    

VOTE SEBELUM BACA PLEASE 😉

Sudah 2 minggu Erlangga berada di LA dan saat ini ia dalam perjalanan kembali ke Indonesia. Erlangga tidak sabar segera sampai di mansion. Ia ingin melihat keadaan Deby yang tidak bisa ia pantau lewat CCTV mansion yang bermasalah. Ia merasa kesal karena Mike lambat dan banyak alasan perihal perbaikan CCTV. Padahal sudah 2 minggu, tapi masih belum selesai.

"Lo nggak tidur?" tanya Bryan yang baru selesai mengganti pakaiannya dengan setelan santai.

Erlangga menggeleng samar, ia tidak bisa tidur. Ia hampir tidak pernah merasakan tidur nyenyak setelah kejadian itu.

"Kalau lo gini terus, lo bisa sakit Lang! Lo terlalu memaksakan diri, sementara tubuh lo juga butuh istirahat" tegas Bryan.

Ia khawatir karena Erlangga terlihat kurang sehat. Opa bilang kemaren malam Erlangga demam. Tapi Erlangga bersikukuh pulang hari ini juga.

Padahal Opa sengaja menyuruh mereka selalu pulang dengan jet pribadi supaya mereka bisa istirahat dengan nyaman. Tapi selama perjalanan Erlangga malah tidak tidur. Ia yang baru bangun tidur aja masih merasa lelah. Apalagi Erlangga yang sedang sakit begini.

"Kalau Deby tau, dia bakalan marah sama lo!" sindir Bryan.

"Gue berharap itu terjadi, meskipun dia marah sama gue" gumam Erlangga membuat Bryan terdiam dan memilih duduk di sofa yang berseberangan dengan Erlangga.

Bryan memperhatikan sepupunya itu dengan tatapan penuh arti. Dari luar Erlangga memang terlihat tegas, keras dan kuat. Tapi di dalam begitu rapuh. Matanya yang selalu memancarkan aura dingin itu akan berubah saat ia sendirian. Hanya ada duka, harapan dan kesedihan yang terpancar. Seperti saat ini. Tatapan itu tampak sudah lelah, tapi harapan itu membuatnya bertahan.

Bryan memilih berbaring, 1 jam lagi mereka akan sampai. Ia masih mengantuk meski sudah tidur selama perjalanan.

Erlangga menatap cincin yang tak pernah lepas dari jari manisnya itu. Tangannya bergerak membuka kancing paling atas kemeja hitam yang melekat ditubuhnya. Ia menyentuh kalung yang ada dilehernya. Kalung dengan bandul cincin kecil. Erlangga menatap kedua cincin itu bergantian. Cincin milik Deby waktu kecil dan cincin pertunangan mereka.

Kedua mata Erlangga memerah, hatinya terasa sakit. Pernah terbesit dihatinya untuk merelakan Deby karena sudah memaksa Deby terus bertahan. Ditambah lagi omongan semua orang yang sudah lebih dulu merelakan Deby. Mereka seolah mematahkan harapan yang ia pertahankan. Semua orang seakan menekannya untuk melepas Deby. Membiarkan gadis itu pergi. Bagaimana bisa ia melakukan itu disaat hatinya begitu yakin jika Deby akan bangun suatu hari nanti.

1 jam berlalu...

Erlangga dan Bryan dalam perjalanan menuju mansion. Mereka tadi landing tepat pukul 9 pagi.

Bryan melirik Erlangga yang duduk disampingnya. Sepupunya itu terlihat menahan marah.

"Mungkin Mike sibuk" ucap Bryan.

"Mike sibuk gue bakalan ngerti! Tapi Gue ngerasa ada yang aneh, CCTV mansion rusak! Telfon rumah juga rusak! Bunda sama Ayah nggak bisa gue hubungin dari kemaren! Lo pikir itu hanya kebetulan?!" tekan Erlangga marah.

Bryan menelan ludahnya saat melihat kemarahan Erlangga. Bahkan suhu tubuh Erlangga yang panas bisa ia rasakan. Bryan khawatir, beberapa kali Erlangga menekan pelipisnya.

"Apa begitu sulit bagi kalian memperbaiki hal sekecil itu?! Kalian semua ngapain aja huh?!" tanya Erlangga kepada kedua bodyguard nya yang duduk di bangku depan.

"Maaf Tuan, semuanya masih dalam proses perbaikan" jawab salah satu bodyguard nya sopan.

"Apa yang kalian tutupi?! Jawab?!" tanya Erlangga dingin membuat mereka berkeringat dingin termasuk Bryan.

YOU KNOW? I'M BAD GIRL Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora