68. MINE

46.1K 2.5K 142
                                    

VOTE SEBELUM BACA PLEASE 😉

"Bunda ayo kita pulang" rengek Deon tidak nyaman dengan tempat yang mereka kunjungi saat ini.

Pemakaman umum.

"Sebentar lagi ya sayang" jawab Deby terus menatap nisan didepannya.

'Tiana Raisa'

Ya, Tiana sudah meninggal beberapa bulan yang lalu. Tiana dihantui rasa bersalahnya hingga kehilangan semangat hidup. Kesehatannya semakin memburuk dan sempat dirawat intensif dirumah sakit. Tapi tidak ada kemajuan, kondisinya semakin menurun sampai dinyatakan meninggal.

"Kenapa sampai gini? Jika tante ngerasa bersalah kenapa nggak bertahan dan temui aku..kita mulai lagi semuanya dari awal..kenapa tante memilih pergi..mungkin ini sudah terlambat..setelah apa yang terjadi sedikitpun aku nggak ada perasaan benci sama tante..jadi tante yang tenang ya disana.." batin Deby.

Deby kembali berdiri dan menggenggam tangan Deon.

"Ayo bunda" rengek Deon menarik Deby yang masih menatap gundukan tanah didepannya.

Deby tersenyum sekilas dan mengikuti langkah Deon.

"Mike, kita langsung kekantor Erlangga ya?"

Mike menghentikan langkahnya.

"Nona sudah beritahu tuan?" tanya Mike ragu jika Erlangga sedang meeting dan Deby akan menunggu lama nanti.

"Belum, biar kejutan" jawab Deby.

"Iya, jangan beri tau ayah ya paman! Deon sama Bunda mau temenin ayah makan siang di kantor" timpal Deon semangat.

Mike sekarang mengerti kenapa tadi Deby membawa rantang. Ia segera membuka pintu mobil untuk mereka dan pergi dari sana.

Setelah beberapa menit mobil yang dibawa Mike tiba di depan bangunan bertingkat itu.

Deby menggenggam tangan Deon, tangannya yang lain membawa rantang yang sudah ia siapkan.

"Bilang apa sama paman?" tanya Deby pada Deon.

"Terima kasih paman udah anterin Deon sama nunda" jawab Deon tersenyum lebar pada Mike.

"Sama-sama" jawab Mike tersenyum kecil.

Mike meminta Deby untuk duluan ke lobi, ia akan parkir mobil terlebih dahulu.

Deby menatap ragu gedung dihadapannya. Ini pertama kalinya ia datang ke kantor Erlangga.

"Ayo bunda kita masuk" ajak Deon menarik Deby masuk kedalam gedung itu.

"Pelan-pelan sayang" ucap Deby takut Deon jatuh.

Deby menghampiri resepsionis dan tersenyum ramah.

"Permisi?" sapa Deby mengalihkan perhatian ketiga resepsionis wanita itu.

"Iya, ada yang bisa kami bantu?" tanya salah satu resepsionis itu menatap aneh Deby.

"Saya mau bertemu dengan Erlangga, bisakah--"

"Tidak bisa! Silahkan keluar atau kami akan panggilkan satpam" ucap Resepsionis bernama 'Stefani' itu ketus.

Deby cukup terkejut mendengar respon mereka yang terdengar sinis.

"Mbak, mbak ini masih begitu muda dan cantik. Jangan buang waktu dan berharap bisa menarik perhatian pak Erlangga. Percuma secantik apapun nggak bakal dilirik. Dia udah punya tunangan, jadi pergilah! Jangan bikin rusuh disini!" usir wanita di samping Stefani tegas.

"Tante! Tante Kenapa marahin bunda?!" teriak Deon membuat ketiga resepsionis itu terkejut dan mencondongkan tubuh mereka ke depan.

Mereka tidak menyadari keberadaan Deon karena meja resepsionis yang cukup tinggi untuk tubuh mungil Deon.

YOU KNOW? I'M BAD GIRL Where stories live. Discover now