03. Hai Janu, Janji Ya?

60 17 0
                                    

Derapan langkah yang semakin lama semakin kencang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Derapan langkah yang semakin lama semakin kencang. Hingga tubuhnya telah berada di tempat tujuan. Telunjuknya mengetuk kaca jendela membuat beberapa orang di dalam sana menoleh.

Anjani menyapa Renjanu dengan lambaian tangan super hebohnya. Ini bukan kelas Renjanu, melainkan ruang OSIS. Dimana Renjanu sedang rapat penting bersama beberapa senior.

Wajah Anjani tertekuk kesal. Bukan Renjanu yang menghampirinya. Melainkan Riana, jika ditanya siapa dia? Jawabannya adalah kakak kandung dari Renjanu selain itu dia juga menjabat sebagai sekretaris OSIS.

"Ngapain?" tanya Riana, meski memiliki wajah yang tergolong judes. Aslinya Riani itu orang yang baik. Tak seperti kelihatannya, memang benar kalimat 'Don't judge book by it's cover'.

"Hehehe." Cengiran Anjani dibarengi dengan gerakan menggoyangkan badan seperti anak kecil yang tengah meminta permen. "Mau Janu," jawabnya enteng.

Gelengan pelan kepala Riana menjadi pertanda bahwa ia tidak bisa membawa kabur Renjanu sekarang. "Nanti Pak Komandan marah," bisik Riana agar orang di dalam sana tak mendengar obrolannya.

Anjani langsung mengangguk mengerti. Dalam sekejap wajah Riana langsung berubah serius lagi. Sebelah tangannya menyelipkan selembar kertas pada tangan Anjani.

"Jajan aja dulu, bentar lagi Janu pulang." Anjani langsung girang kala melihat selembar uang berwarna hijau telah berada di tangannya. Memang tidak ada kakak seloyal Riana.

"Makasih Kakak," pamitnya langsung lari menuju kantin.

Makanan kantin yang tergolong murah, paling mahal tidak sampai sepuluh ribu. Tentu saja uang berwarna hijau itu cukup mengenyangkan perut Anjani.

Langkah riangnya membawa Anjani sampai ke kantin. Beberapa dari mereka sudah tutup, untung saja Pak Agus belum menutup kantinnya. Tentu saja karena anak OSIS yang sebagian besar berlangganan dengan Pak Agus. Makannya Pak Agus belum menutup warungnya meski bel pulang sudah berbunyi.

"Pak Agus," sapa Anjani sembari menghampiri Pak Agus yang tengah sibuk mengemas beberapa barang. "Kok udah mau tutup, kan anak OSIS masih rapat?" tanyanya heran.

"Belum, ini nanti biar cepet kalau mau pulang," jawab Pak Agus. "Mau pesan apa, Mbak Jani?"

"Bakso kosongannya satu."

"Mangkoknya doang, Mbak Jani?" goda Pak Agus. Memang seperti itu lah Pak Agus, orangnya super ramah. Suka bercanda dengan pelanggannya. Salah satunya Anjani, gadis yang tak pernah absen makan bakso Pak Agus.

"Jani gak mau ikut debus ya, Pak Agus," jawab Anjani yang langsung disambut tawa oleh Pak Agus. Kemudian Anjani memilih tempat duduk. Memang semua bangku telah kosong, siapa juga yang akan pergi ke kantin setelah bel pulang?

Anjani duduk sembari memangku tangan. Menunggu kedatangan bakso tanpa mie atau pun sawi, hanya bakso dengan kuah ditambah beberapa tetelan yang meningkatkan cita rasa baksonya. Membayangkannya saja sudah mampu membuat perut Anjani keroncongan.

Hai Janu || Enerwon ||Where stories live. Discover now