20. Hai Janu, Itu Namanya Cemburu

28 11 1
                                    

"Jani suka ya sama Taraka?" Renjanu menyindir dengan raut misterius di wajahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jani suka ya sama Taraka?" Renjanu menyindir dengan raut misterius di wajahnya.

Mata Anjani membulat sempurna. Bahkan, hampir saja dia tersedak dengan minuman yang tengah dinikmatinya. Kepalanya menggeleng dengan kuat, berusaha mengatasi rasa kaget yang melandanya.

"Terus kenapa Jani perhatian banget sama Taraka?" Renjanu menambahkan, matanya melirik sungguh menanti jawaban Anjani.

Anjani meraba-raba jawaban terbaik untuk pertanyaan yang dihadapi. Sudah pasti dia tidak menyukai Taraka, tapi bagaimana caranya memberikan penjelasan tanpa memperlihatkan keterlibatannya dalam urusan Taraka? Hanya saja, Anjani merasa bahwa dia harus membantu Taraka, meski tak sepenuhnya terkait dengan perasaan romantis.

Helaan napas kesal Renjanu terasa mengisi ruangan. Gejolak aneh memenuhi hatinya sejak kemarin, dan ia merasa sulit untuk menahan rasa tersebut. "Udah berapa kali Jani cari Taraka hari ini?" tanya Renjanu, mencoba memahami.

Anjani terdiam, mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan. Lagi-lagi, ia merasa sulit untuk memberikan jawaban pasti pada Renjanu. Hari ini, sejak pagi, dirinya memang terus mencari sosok Taraka. "Janu cemburu ya?" godaannya muncul, menciptakan nuansa bercampur antara kebingungan dan kejutan dalam ruangan.

Pertanyaan tajam Anjani membuat Renjanu terjebak dalam kebingungannya. Matanya tak mampu menatap sosok Anjani yang berada di hadapannya. Mulutnya sulit untuk membuka, apalagi berkata tidak. Dirinya hanya bisa terdiam tanpa suara, mencari kata-kata yang sesuai.

Anjani semakin yakin untuk menggoda Renjanu. Toh, menurut pengetahuan masa depannya, Renjanu adalah kekasihnya. "Janu ngaku aja," godaannya diiringi dengan gerakan naik-turun alis.

Renjanu menundukkan kepala dalam-dalam, mencoba menghindari kontak mata dengan Anjani. "Ngga," ucapnya lirih, suara penuh penegasan, tetapi juga terdengar ragu di benaknya.

"Ketauan banget kalau bohong," cibir Anjani. Raut mukanya penuh mengejek Renjanu.

Sementara lelaki itu masih tak berani menatap Anjani. Entahlah, ada gejolak aneh yang terasa di dalam dadanya. Ini sesuatu yang berbeda dengan saat Anjani sibuk mencari Taraka.

Gadis itu menghela napas pelan. Ia tertawa kecil melihat tingkah Renjanu. "Taraka itu sendirian, Janu," ujarnya.

Selama Anjani mengenal Taraka. Tak pernah sekalipun ia melihat Taraka berinteraksi dengan orang lain. Lelaki itu terlalu sibuk mengejar tujuannya hingga tak punya kehidupan sosial.

Renjanu tak bisa menyangkal hal itu. Dengan besar hati ia mengesampingkan gejolak aneh itu. Membuang emosi marahnya jauh-jauh dan mencoba berpikir rasional.

"Terus Jani mau apa?" Kini Renjanu kembali menatap Anjani.

Suasana kantin tak ramai kala itu. Namun, pikiran Anjani cukup ricuh untuk memikirkan apa yang akan ia lakukan kedepannya. Sedikit penyesalan Anjani, kembali ke tempat ini dengan terburu-buru tanpa rencana apapun.

Hai Janu || Enerwon ||Where stories live. Discover now