41. Hai Janu, Jani Mau Ke Masa Depan?

19 6 0
                                    

"Jani ngga pake sambel lagi?" Renjanu menatap heran seporsi bakso Anjani dengan kuah bening. Entah sudah kali ke berapa gadis itu selalu melakukan hal itu.

Anjani berbalik menatap Renjanu. "Ini juga enak kok, Jani suka," jawabnya. Sebenarnya tak ada hal khusus untuknya mengapa tidak memakai sambal pada baksonya. Anjani hanya ingin mencoba melakukan apa yang Renjanu suka.

Renjanu masih tak percaya dengan gadis itu. "Jani sehat, kan?" Sudah berulang kali Renjanu mempertanyakan hal yang sama.

Kantin terasa makin hidup dan riuh. Suasana penuh dengan tawa, cerita, dan percakapan antarpara siswa. Bau makanan yang lezat menyelip ke hidung, menggoda selera. Anjani menyengir begitu lebar.

"Jani seratus persen sehat," ujarnya. Ia rasa Renjanu terlalu mengkhawatirkannya.

Entahlah, Renjanu sendiri tidak bisa mempercayai ucapan Anjani. Banyak hal mencurigakan yang terjadi pada gadis itu. Seperti kepribadian gadis itu yang mulai berubah. Anjani yang biasanya cerewet belakang ini menjadi lebih banyak diam.

Sementara Anjani mencoba makan bakso tanpa sambal dengan senyum manisnya, Renjanu masih memendam kekhawatiran di matanya. Ia merasa bahwa ada sesuatu yang berubah dalam diri Anjani, tapi belum tahu pasti apa itu.

"Jani, yakin nggak ada yang mau diceritain?" Renjanu bertanya dengan lembut. Ia ingin memastikan bahwa Anjani baik-baik saja, terutama karena perubahan-perubahan aneh yang terjadi pada gadis itu.

Anjani tersenyum, mencoba menenangkan Renjanu. "Janu ngga usah khawatir. Semua baik-baik saja." Namun, meskipun ia berkata begitu, sebenarnya ada sesuatu yang telah mengubahnya, dan Anjani tahu hal itu. Hanya saja, dia tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Renjanu.

Apakah Renjanu saat ini akan percaya padanya seperti Renjanu masa depan? Apakah Renjanu akan marah jika dia tau bahwa Anjani datang dari masa depan.

Sudah banyak hal yang Jani ubah di sini. Jika kali ini gagal, Anjani tak yakin akan mencobanya lagi. Tubuhnya saja sudah terasa sangat lelah.

Renjanu mengangguk, tetapi matanya masih penuh dengan kekhawatiran. Ia merasa bahwa ada sesuatu yang Anjani sembunyikan, dan itu membebani hatinya.

Anjani merasakan dilema yang dalam. Ia tidak ingin berbohong pada Renjanu, tetapi juga tidak tahu bagaimana menjelaskan semua perubahan yang terjadi pada dirinya tanpa membuat lelaki itu semakin bingung atau bahkan takut. Kegelisahan dan perasaan bersalah terus menyelimuti hatinya.

Sambil menyesap minumannya, Anjani mencoba memasang raut yang cukup meyakinkan Renjanu. Ia ingin Renjanu tetap ada di sampingnya, tanpa rasa takut atau kebingungan. Mungkin, akan ada saat yang tepat untuk mengungkapkan rahasia yang selama ini dia sembunyikan.

"Pulang mau beli nasi goreng gila?" tawar Renjanu. Menu favorit yang tak mungkin Anjani tolak.

Gadis itu mengangguk dengan penuh semangat. Ia melanjutkan makannya, sampai suasana kantin kian sepi. Hampir dari mereka telah menyelesaikan agenda makannya, tak tau kemana tujuan mereka selanjutnya.

Renjanu tersenyum gembira melihat reaksi antusias Anjani. Tangan Renjanu terulur, mengusak rambut Anjani. "Kalau ada apa-apa cerita ke Janu, ya?" tanya sekali lagi ingin memastikan Anjani baik-baik saja.

Senyum Anjani tak pernah pudar sejak bersama Renjanu. Gadis itu terus memasang senyum lebarnya. Mengangguk dengan antusias. Ia ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Renjanu.

🅷🅰🅸 🅹🅰🅽🆄

Perut Anjani terasa ingin meledak karena kekenyangan. Porsi nasi goreng gila lebih banyak dari yang ia makan di masa depan. Para pengunjung lain yang juga menikmati nasi goreng gila di sekitar mereka terdengar tertawa dan bercanda, menciptakan suasana yang riang di sekitar warung. Aroma nasi goreng gila yang gurih dan pedas masih tercium di udara, menggoda siapa pun yang berada di sana.

Anjani dan Renjanu duduk bersebelahan di sebuah meja sederhana dengan piring-piring kosong di depan mereka. Mereka saling tersenyum, merasa puas setelah menyantap hidangan lezat itu. Suasana yang hangat dan nyaman di warung nasi goreng gila ini selalu membuat mereka merasa seperti di rumah.

"Mau langsung pulang?" Tentu pertanyaan Renjanu mendapat respon gelengan dari Anjani.

Jika ini kesempatan terakhirnya bersama Renjanu. Maka ia ingin menghabiskan seluruh waktunya dengan lelaki itu.

"Terus mau kemana?" Anjani tidak memberikan respon. Kemanapun Janu pergi ia akan dengan senang hati mengikuti. Sedangkan Renjanu malah semakin dibuat bingung.

Daripada mempertanyakan apakan Anjani baik-baik saja sekarang, Renjanu memilih mmemikirkan tempat yang pas untuk mereka kunjungi.

Anjani dan Renjanu melaju di malam yang sunyi dengan motor Renjanu. Mereka memotong angin seiring dengan cahaya lampu jalan yang melewati mereka. Suara mesin motor menggema di antara keheningan malam.

Di samping jalan, pepohonan dan bangunan bergantian terlewatkan, memberikan bayangan-bayangan gelap yang misterius di sepanjang perjalanan. Langit gelap dipenuhi oleh bintang-bintang yang berkilau, menciptakan pemandangan yang begitu memesona di malam ini.

Angin malam yang sejuk dan kebersamaan antara Anjani dan Renjanu menciptakan suasana yang intim. Mereka tidak membutuhkan kata-kata untuk merasakan ikatan yang kuat di antara mereka. Hanya suara hembusan angin dan gemerisik mesin motor yang mengisi keheningan malam ini.

Mereka melanjutkan perjalanan, Renjanu sendiri tidak yakin akan membawa Anjani ke tempat ini. Hingga ia sampai di sebuah perpustakaan. Tempatnya penuh orang, tetapi suasana hening terasa kental di sana.

Mereka berdua berjalan pelan di antara rak-rak buku yang menjulang tinggi. Cahaya kecil dari lampu meja membentuk lingkaran terang, menerangi buku-buku di sekitarnya. Anjani merasa kagum dengan atmosfir perpustakaan yang selalu membuatnya merasa tenang.

Buku-buku yang Anjani ambil merupakan buku misteri, perjalanan waktu, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan itu. Hal itu sukses membuat Renjanu menggeleng heran.

Anjani nampak sangat antusias. Ia berharap buku itu akan membantu perjalanannya. Sedangkan Renjanu makin dibuat bingung, Anjani tidak terlalu suka tempat seperti ini. Banyak alasan yang akan dia katakan. Membaca membuat ngantuk lah, membaca membosankan lah, tetapi mata Renjanu kini menangkap Anjani yang sibuk memilih buku.

Anjani benar-benar terlihat sangat antusias saat memilih buku-buku tentang misteri, perjalanan waktu, dan hal-hal lain yang berhubungan dengannya. Renjanu merasa bingung, melihat Anjani yang biasanya kurang antusias tentang membaca kini dengan semangat memilih buku-buku di perpustakaan.

Mata Renjanu yang tajam mencermati Anjani. Ia tidak yakin mengapa gadis itu menjadi begitu bersemangat tentang buku-buku ini. Renjanu sendiri kurang tertarik pada jenis buku-buku tersebut. Baginya, dunia nyata telah cukup menarik dan misterius. Namun, ia tahu bahwa Anjani memiliki alasan tersendiri untuk memilih buku-buku itu.

Gadis itu terus melangkah riang. Bahkan membaca buku-buku itu dengan semangat. Renjanu terus memperhatikan gadis itu. Ia menopang dagunya, menatap Anjani intens. "Jani mau pergi ke masa depan?"

Hai Janu || Enerwon ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang