16. Hai Janu, Kenapa Taraka?

21 8 0
                                    

Renjanu menatap Anjani penuh dengan rasa bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjanu menatap Anjani penuh dengan rasa bingung. Setelah hasil pemeriksaan dokter yang menyatakan bahwa Anjani baik-baik saja dan tidak ada benturan atau apapun itu yang bisa membuat gadis itu kehilangan ingatannya. Namun, mengapa Anjani melupakan kejadian itu?

"Hal itu bisa terjadi karena traumanya," jelas dokter itu pada Renjanu.

Kejadian itu memang menjadi trauma menakutkan untuk Anjani. Meski sekarang gadis itu sudah melupakan hal yang terjadi. Apa ini hal yang buruk? Atau Renjanu biarkan saja agar Anjani tak merasa bersalah lagi?

Anjani menatap Renjanu penuh harap saat lelaki itu memasuki biliknya. "Kata dokter gimana?" tanyanya. Ia sangat ingin keluar dari tempat ini. Tidur di ranjangnya jauh lebih menenangkan.

"Boleh pulang hari ini," jawab Renjanu dengan senyum manis. Ia menyembunyikan semua rasa khawatir.

Tangan Renjanu mengusap lembut kepala Anjani. Tatapan matanya sayu, ia yakin sekarang Anjani tidak baik-baik saja. Bagaimana jika Anjani mengingat hal itu kembali?

Gadis itu memekik senang. "Ayo pulang sekarang," ujarnya penuh semangat.

"Hari ini langsung pulang, ya? Takut mama khawatir." Meski mereka hari ini punya agenda menonton film horror keluaran terbaru di bioskop, harus ditunda lebih dulu demi kebaikan Anjani.

Rautnya nampak kecewa. Ia ingin sekali menonton film itu. Namun, tak apa masih ada hari esok dan Anjani yakin bahwa Renjanu ini nyata. Ia tak akan takut jika terbangun. Dirinya akan tetap berada di tempat ini. Menghabiskan waktu lebih lama lagi dengan Renjanu.

Mereka berkemas dan siap untuk pulang. Perjalanan pun tidak memakan waktu lama. Di perjalanan Anjani juga tidak mengucapkan sepatah kata apapun. Dia juga tidak mengulang pertanyaan itu. Gadis itu hanya menyandarkan kepalanya di bahu Renjanu, mencari kenyamanan.

"Jani, ya ampun sayang. Jani baik-baik aja, kan?" ucap Mama Anjani panik saat anaknya tiba di rumah. Menyusur seluruh sisi tubuh Anjani, memastikan anaknya tidak kenapa-napa.

Mamanya memeluk dengan sangat erat. Hingga ia kesulitan bernapas. "Mama Jani baik-baik aja," jawabnya dengan nada sesak.

"Mama khawatir banget sama Jani," air mata mamanya menetes membasahi kedua pipinya. Bagaimana tidak khawatir? Mendengar kabar anak semata wayangnya yang tiba-tiba tak sadarkan diri.

"Jani tadi cuma pusing aja kok, Ma." Anjani mencoba menenangkan ibunya. "Buktinya Anjani langsung dibolehin pulang sama dokter," ujarnya dengan senyum cerah.

"Ya udah sekarang istirahat ya." Mama Anjani membopongnya ke  kamar.

Kemudian Mama Anjani dan Renjanu duduk di ruang tamu. Keduanya saling melempar raut penuh tanya.

Hai Janu || Enerwon ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang