07. Hai Janu, Ini Taraka

37 12 0
                                    

Taraka benar-benar menepati janjinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Taraka benar-benar menepati janjinya. Kini mereka berdua sudah berada di kantin. Dengan dua prosi bakso Pak Agus yang telah tersaji di atas meja. Tak lupa Anjani meracik bakso itu dengan sambalnya.

Siapapun pasti terkejut dengan cara makan Anjani. Pasalnya gadis itu tak hanya membubuhkan sambal pada bakso. Melainkan mengguyurnya hingga kuah kaldu itu berubah memerah.

"Lo gak bakal mati kan?" Taraka melihatnya sambil bergidik ngeri. Memang dirinya juga penikmat pedas. Namun, jika level kepedasan sudah seperti Anjani. Kemungkinan besar Taraka tak akan menyentuh makanan itu.

Anjani melirik Taraka sekilas kemudian mengaduk baksonya agar kuah tercampur merata dengan sambalnya. "Nggak akan, dari dulu Jani makan bakso juga begini," jawabnya. Sejak mengenal enaknya sambal dan nikmatnya rasa pedas. Dia selalu menikmati bakso dengan cara seperti itu. Dan dirinya masih hidup sampai sekarang.

"Jani!" Hal berbahaya dari makanan pedas bukanlah sakit perut tapi pemilik dari suara ini. Renjanu sudah datang dengan raut marahnya. "Jani bilang kemarin mau ngurangin makan pedes, kan?" Renjanu bersedekap dada sembari menatap mangkok bakso dan Anjani bergantian.

Sedangkan manusia yang sedang dimarahi itu malah tersenyum seolah tak berbuat salah. "Sekali ini aja, ya?" pintanya sembari mengedip-ngedipkan mata.

Kepala Renjanu menggeleng kuat. "Nggak ada, pasti besok bakal diulangin lagi." Renjanu pergi setelah mengatakan itu. Dia berjalan menuju warung Pak Agus.

Anjani hanya menatap punggung Renjanu yang mulai menjauh. Tak ada niatan menyusul lelaki itu. Entahlah Anjani sediri tak tau pasti apa yang tengah Renjanu lakukan. Dia berbincang sebentar dengan Pak Agus tak lama kemudian kembali dengan membawa dua mangkok.

"Sini baksonya, Jani!" Renjanu mencoba meraih mangkok bakso yang sengaja Anjani jauhkan dari jangkauan Renjanu.

Masih sama, Anjani dengan wajah memelasnya mencoba membujuk Renjanu. Namun, kali ini Renjanu tidak termakan rayuannya. Lelaki itu tetap kekeh meminta bakso milik Anjani.

"Jani," panggil Renjanu dengan suara yang lembut. Jika menggunakan pemaksaan Renjanu tak akan mungkin bisa mendapatkan benda itu. "Sini baksonya biar Janu ganti."

Helaan napas panjang keluar dari mulut Anjani. Gadis itu perlahan menyerahkan seporsi bakso yang bahkan belum ia makan itu pada Renjanu. Dengan sigap lelaki itu memindahkan bakso dari kuah merah itu menuju kuah kaldu bening di mangkok yang berbeda. "Ini udah cukup pedes karena baksonya." Kuah kaldu itu juga sedikit memerah sebab terkena bakso Anjani sebelumnya.

Raut kecewa Anjani terpampang jelas menatap kuah merahnya yang dibawa pergi oleh Renjanu. "Yah! Baksoku." Ia mencebikkan bibirnya tak ikhlas kuah racikannya terbuang begitu saja.

"Padahal kan Jani udah jarang makan pedes," keluhnya.

"Mana ada, kemarin Jani makan bakso Pak Agus pakai sambel segitu banyak," sangkal Renjanu yang kini sudah duduk di samping Anjani.

Hai Janu || Enerwon ||Where stories live. Discover now