05. Hai Janu, Jangan Bohong Ya?

58 15 0
                                    

Suara derapan langkah semakin kencang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara derapan langkah semakin kencang. Orang itu tidak berjalan, melainkan berlari menyusul sosok lelaki yang tengah melangkah dengan tenang.

"Anjani, sudah berapa kali Janu bilang?" lelaki itu berbalik badan sembari bersedekap dada. "Jangan lari-lari di koridor." Alisnya bertaut marah tapi tak membuat Anjani merasa takut.

Gadis dengan rambut berkepang dua itu meringis lebar. "Kalau gak lari nanti ditinggal, Janu," jawabnya dengan polos ditambah mata bulat yang menatap Renjanu penuh.

"Mana mungkin," sahut Renjanu dengan nada tinggi. Renjanu sungguh marah, di sepanjang hidupnya tak pernah sekalipun ia berpikir akan meninggalkan Anjani.

Tatapan mata Anjani berubah sayu. Seolah Renjanu benar-benar akan meninggalkan gadis itu suatu saat nanti dan membiarkan gadis itu sendirian.

Renjanu tau ada yang aneh dengan gadis di hadapannya ini. Tangannya terulur mengusap pelan kepala Anjani. "Janu gak akan pergi kemana-kemana. Semua tempat yang Janu tau pasti Jani juga tau, kan?" ucapnya menenangkan.

Namun, itu tidak berlaku pada Anjani. Sorot mata gadis itu makin sayu. Netranya yang indah itu mulai berkaca-kaca. Berkedip saja sudah mampu membuat gadis itu menitikan air mata.

Sekali lagi, Renjanu mengusap kepala Anjani. Dalam benak Renjanu saat ini Anjani terlihat sangat lucu. "Kalau Janu pergi, Jani bisa minta Janu kembali. Lalu dengan kekuatan Flash, Janu sampai di depan Jani." Senyum manis Renjanu menjadi penutup di dalam kalimatnya.

"Gak mau," jawab Anjani dengan ketus. "Janu gak boleh pergi!" Sentak Anjani dengan air mata yang sudah mulai turun.

Jujur untuk kali ini Renjanu tidak bisa menahan tawanya. Ia terkekeh sebelum satu tangannya mencubit pipi Anjani dengan gemas. "Iya, Janu gak akan pergi."

Renjanu mengacungkan jari kelingkingnya di depan Anjani. Badannya membungkuk untuk menyamakan tinggi dengan gadis itu. Gadis itu mengikat jari kelingkingnya pada milik Renjanu.

"Bohong," putus Anjani tanpa basa-basi menyisakan raut bingung di wajah Renjanu.

Baru saja berjanji, mengapa tiba-tiba Anjani mengecapnya sebagai pembohong. "Janu gak pernah bohong ke Jani, kan?" tanyanya. Sebab memang Renjanu tak pernah sekali pun berbohong pada gadis itu.

Mimik Anjani nampak tak tenang. Seperti ada rasa marah begitu dalam dirinya. "Bohong, Janu bohong. Janu sering bohong ke Jani!" sentaknya.

Renjanu memegang erat kedua pundak Anjani mencoba menenangkan gadis yang tengah mengamuk itu. Renjanu tidak mengatakan apa-apa, hanya terdiam menatap wajah Anjani. Hingga amukan gadis itu mulai mereda. Napasnya yang memburu mulai tenang. Raut marahnya juga mulai menghilang.

Kini Anjani dengan wajah sendunya. Sorot mata yang begitu teduh. "Janu bohong soal perasaan Janu sendiri," ujar Anjani dan sepersekian detik Renjanu langsung mengalihkan tatapan matanya.

Hai Janu || Enerwon ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang