56. Hai Janu, Anjani dan Rencana

20 4 0
                                    

Bu ayu masih menatap Anjani penuh bingung. Anjani menghela napas lega karena Bu Ayu memberinya kesempatan untuk bicara. Dia merasa harus segera mengungkapkan semua yang terjadi dalam hatinya. "Bu, sebenarnya Jani lagi menghadapi situasi yang aneh, Jani..." Anjani mencoba menjelaskan semua yang terjadi, termasuk perjalanan waktunya, pertemuan dengan Renjanu, dan Taraka.

Bu Ayu mendengarkan dengan cermat. Ekspresi wajahnya berubah-ubah dari kaget hingga penasaran. Setelah Anjani selesai bercerita, Bu Ayu menggeleng pelan. "Anjani, kamu tidak bohong, kan?"

Anjani mengangguk cepat. "Jani tahu ini terdengar tidak masuk akal, Bu. Tapi Jani yakin ini benar. Jani tidak tahu apa yang harus saya lakukan sekarang. Jani takut kehilangan Renjanu."

Bu Ayu merenung sejenak. "Anjani, mari kita bicarakan lebih lanjut. Saya akan mencoba membantu. Tapi ingat, saat ini saya belum sepenuhnya memahami apa yang kamu alami."

Anjani merasa sedikit lega mendapatkan dukungan dari Bu Ayu. Mereka akan berusaha mencari jalan keluar dari situasi yang rumit ini.

Bu Ayu membawa Anjani masuk ke dalam ruang Bimbingan Konseling. Tentu Bu Ayu masih ingin mencoba memahami maksud Anjani. Meski gadis itu memang murid yang termasuk bandel, tapi Bu Ayu tau bahwa Anjani tidak akan bercanda jika itu berurusan dengan Renjanu.

Di ruang Bimbingan Konseling, Bu Ayu dan Anjani duduk berhadapan. Bu Ayu dengan serius bertanya, "Anjani, apa yang sebenarnya terjadi? Saya ingin mendengar ceritamu dengan lebih jelas. Mengapa kamu merasa Taraka bisa membahayakan Renjanu?"

Anjani menghela napas dan mencoba menjelaskan semuanya dengan sebaik mungkin. Dia berbicara tentang perjalanan waktunya, catatan Renjanu, dan bagaimana semua ini berkaitan. Ia menjelaskan bahwa Taraka telah membunuh Renjanu di masa depan dan bagaimana Renjanu harus merubah rencananya agar tidak terbunuh.

Bu Ayu mendengarkan dengan serius. Ia mencoba memahami situasi yang rumit ini. "Anjani, apa yang kamu ceritakan sangat sulit dipercaya. Ini terdengar seperti cerita fiksi."

Anjani mengangguk, mengerti keraguan yang mungkin timbul. "Jani tahu ini terdengar tidak masuk akal, Bu. Tetapi Jani sangat yakin bahwa Renjanu dalam bahaya. Jani takut apa yang akan terjadi padanya jika kita tidak melakukan sesuatu."

Bu Ayu merenung sejenak. "Kita harus mencari cara untuk menjaga Renjanu tetap aman, jika memang situasinya seperti yang kamu katakan. Mari kita bicarakan ini dengan kepala sekolah dan orang-orang yang dapat membantu. Kami akan mencoba mencari solusi yang terbaik."

Kepala Anjani menggeleng. Semua ceritanya terdengar tidak masuk akal. Bagaimana jika orang-orang mendengar ceritanya dan tidak percaya? Mereka pasti akan menganggapnya berbohong atau gila.

"Kalau kamu tidak mau orang lain tau, bagaimana saya bisa membantumu Anjani?" tanya Bu Ayu. Ia menatap Anjani penuh tanda tanya.

"Bu Ayu bisa manggil pemadam kebakaran, buat bikin proteksi di tempat Janu jatuh?" tanya Anjani dengan semangat setelah menemukan sebuah solusi.

Bu Ayu masih menatapnya bingung. Tidak semudah itu memanggil pemadam kebakaran. Alasan Anjani saja masih terdengar tidak masuk akal.

Bu Ayu mencoba menjelaskan dengan sabar, "Anjani, kita harus mencari cara yang lebih masuk akal untuk melindungi Renjanu. Menghubungi pemadam kebakaran tidak akan membantu dalam situasi ini. Kita perlu berpikir lebih rinci dan realistis."

Anjani terdiam sejenak, kemudian berkata, "Bagaimana kalau Jani pindah kasur UKS ke tempat Janu jatuh? Jani tahu pasti dimana Janu nanti akan jatuh," ujarnya. "Tapi Jani boleh minta tolong lagi tidak, Bu Ayu?" Gadis itu memasang wajah memelasnya.

"Bisakah Bu Ayu nanti memindah kasurnya kalau sudah melihat Janu di tepi atap?" tanyanya.

Kepala Bu Ayu mengangguk setuju. Sepertinya itu solusi yang lebih masuk akal daripada memanggil pemadam kebakaran.

"Jani yakin kalau Janu akan jatuh dari sana?" Bu Ayu masih menyimpan rasa tidak percaya.

Anjani menjawab, "Jani tidak yakin sepenuhnya, Bu Ayu, tapi ini adalah usaha terbaik yang bisa Jani lakukan untuk melindungi Janu. Jika ada kemungkinan dia akan jatuh, maka Jani harus mencoba untuk mencegahnya."

Bu Ayu mengangguk dan menunjukkan pengertian. "Tentu, Anjani. Saya akan membantu kamu. Saya akan melihat apakah bisa mengatur kasur Renjanu di tempat yang lebih aman."

Anjani tersenyum lega. "Terima kasih banyak, Bu Ayu. Ini sangat penting bagi saya."

Mereka mulai merencanakan langkah-langkah berikutnya untuk melindungi Renjanu. Anjani bergegas pergi ke UKS.

Semua yang ia lakukan sekarang memang terlihat tidak masuk akal. Untungnya ia tau Bu Ayu akan percaya. Bahkan Bu Ayu membantunya sekarang.

Beberapa matras Anjani letakkan di sekitar tempat Renjanu akan jatuh. Anjani sangat ingat sekali tempat itu. Bahkan itu juga menjadi tempat Taraka mengakhiri hidupnya.

Anjani melihat hasil kerjanya dengan harapan bahwa langkah ini akan berhasil. Setidaknya, ia telah berusaha sekuat tenaga untuk mencegah kejadian tragis yang dialami Renjanu. Semua matras yang diletakkan di sekitar tempat itu adalah usahanya untuk menghindarkan Renjanu dari bahaya.

Setelah semuanya selesai, Anjani kembali merenungkan apakah ada langkah-langkah lain yang perlu diambil untuk melindungi Renjanu. Ia berharap semoga rencana ini berhasil dan Renjanu tetap aman.

"Terimakasih Bu Ayu." Anjani memasang senyum lebar pada Bu Ayu. Meski sekarang napasnya tersengal-sengal sebab membawa matras dari UKS ke tempat itu.

Anjani dan Bu Ayu sama-sama berharap bahwa upaya mereka akan membuahkan hasil dan Renjanu dapat terhindar dari bahaya yang mengancamnya. Anjani merasa lega karena Bu Ayu telah membantunya dalam rencana penyelamatan ini.

"Anjani hati-hati," ucap Bu Ayu sesaat sebelum Anjani pergi.

Gadis itu masih harus mencari Renjanu. Jika dia bisa mencegah Renjanu tidak pergi ke atap, maka ia tidak akan melihat Renjanu jatuh kan? Persiapannya memang sudah matang. Namun, Anjani tetap ingin mencegah Renjanu.

Perjalanan Anjani tidak semulus itu. Entah kesalahan apa yang ia lakukan pada Paramita. Gadis itu menghadang langkahnya. Membuat Anjani terjatuh sebab tersandung kaki gadis itu.

Anjani menatap heran pada Paramita. "Mita kalau mau ganggu jangan sekarang deh," ujarnya kesal sembari merapikan roknya.

Paramita tidak menggubris ucapan Anjani. Gadis itu tetap menghalangi Anjani. "Lo mau ketemu Janu kan?" tanyanya sinis.

Kalau bukan Janu siapa lagi yang ingin Anjani temui? Dia? Kan tidak mungkin. "Itu kan bukan urusan Mita," ucap Anjani ketus.

Emosi Paramita terpancing sebab jawaban ketus Anjani. "Lo ga usah cari masalah," sentaknya.

Bahkan sejak tadi dia sendiri yang mencari masalah. Malah Anjani yang kena semprot. "Kalau mau berantem besok aja deh," ujar Anjani. Daripada berdebat dengan Paramita, mencari Renjanu jauh lebih penting.

Paramita mencekal tangan Anjani lalu mendorong kasar gadis itu hingga terduduk di lantai. "Jauhin Renjanu!"

Hai Janu || Enerwon ||Where stories live. Discover now