BAB 7

7.5K 315 3
                                    

Bila ada typo mohon dimaklumi 🙏

HAPPY READING
.
.
.
.
.

DUBRAKK

Suara dobrakan pintu terdengar jelas ditelinga Nathala. Nathala terjatuh bersamaan dengan itu pandangannya mulai menggelap.

Samar - samar ia mendengar seorang pria memanggilnya.

" nona "

" nona bangun "

Sudah dua jam lamanya Nathala belum juga terbangun dari pingsannya. Sudah dua jam pula seorang pria memandangi Nathala dengan raut takut serta khawatir.

Drrttt

Suara dering telepon membuyarkan kesunyian ruang rumah sakit. Dengan segera pria itu mengalihkan fokusnya pada telepon genggamnya. Rasa takut pria itu semakin menjadi ketika ia tau siapa penelepon itu.

" ha - " belum sempat pria itu menjawab umpatan dan amukan ia dapat dari sang tuan.

" fu*k tak berguna kau apakan gadisku hah?!! " marah sang tuan.

" maaf tuan tapi nona melukai dirinya sendiri " jelasnya.

" fu*k siapa yang menaruh pisau itu?! " tanyanya marah.

" para maid mengantarkan makanan dan-"

" arghh dasar bodoh tak berguna " setelahnya sambungan pun terputus sepihak.

" huuhhh "

Haris menghela napasnya ntah apa yang akan terjadi setelahnya ia akan pasrah akan tuannya itu. Pasalnya tuanya telah marah besar dan pasti akan terjadi sesuatu setelah ini.

" mungkin aku akan mati setelah ini " ucap Haris yang tak lain adalah tangan kanan Harlan.

🍷🍷🍷

Sedangkan Harlan menatap tajam semua orang dihadapannya. Ia sangat marah dan ingin sekali membunuh seseorang.

" arghh bodoh!! Pekerjaan semudah itu kau tak bisa?!! " marahnya menatap anak buahnya tajam.

" m - maaf tuan kami telah gegabah " ucap salah satunya.

" aku tak trima maaf mu bodoh!! " ucap Harlan.

Dan dengan tiba - tiba Harlan menancapkan sebilah pisau tepat pada kepala pria itu. Harlan kembali menatap anak buahnya yang terkejut akan hal yang ia lakukan.

" lakukan dengan baik atau kalian akan berakhir sama!! " ucapnya tajam dan pergi dari ruang itu.

Harlan berjalan dengan amarahnya. Ia harus segera kembali dan melihat keadaan gadisnya.

" apa kau akan pergi ? " tanya Harald yang berjalan santai.

Harlan mengabaikan pertanyaan dari saudara kembarnya itu. Menatap Harald tajam dengan dada yang naik turun akibat amarah.

" pesankan aku tiket malam ini " ucapnya dan kembali berjalan menuju kamar pria itu.

Harlan menuju balkon kamarnya lengkap dengan nikotin dijemari tanganya. Menatap nikotin itu seolah tak minat untuk menghisapnya.

You are mine !!  [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang