BAB 8

6.9K 312 8
                                    

Typo bertebaran 🙏

HAPPY READING
.
.
.
.
.
.

" kau sudah berani membuatku khawatir baby jadi siap - siap akan hukumanmu nanti " ucap Harlan tersenyum miring.

...

Ucapan Harlan dua hari yang lalu terus berputar diotak Nathala. Tak henti - hentinya gadis itu memikirkan perkataan Harlan yang membuatnya semakin takut.

Ntah hukuman apalagi yang akan ia dapat ia akan pasrah mungkin menurut satu - satunya cara agar ia selamat. Hingga sapaan seseorang membuyarkan lamunanya.

" selamat pagi nona " sapa seorang dokter muda yang tak lain adalah Linia.

Linia tersenyum menatap Nathala yang sedari tadi hanya melamun.

" saya akan memeriksa kondisi nona, sepertinya sudah mulai membaik " ucap Linia yang mulai menempelkan teleskopnya.

Nathala hanya diam menatap Linia yang tengah memeriksanya. Hingga Linia dibuat bingung akan ucapan Nathala.

" tolong aku " ucap Nathala menatap Linia penuh harap.

" nona butuh sesuatu ? " tanyanya.

" bisakah kau membawaku pergi jauh dari kota ini ? Aku takut " ucap Nathala yang mulai menitihkan air matanya.

" maksud nona? nona ingin pergi? " tanya Linia yang masih belum mengerti akan maksud Nathala.

" bawa aku pergi dari kota ini aku mohon padamu, aku mohon bawa aku pergi sebelum pria itu datang kembali " ucap Nathala.

Linia mulai mengerti akan maksud Nathala. Linia menatap Nathala yang sudah menangis tersedu - sedu.

Ia benar - benar tak tega melihat Nathala seperti ini. Bahkan saat dirawat pun Nathala hanya diam tanpa mau berbicara dan baru kali ini ia berbicara.

Linia tau jika ia membantu Nathala ia harus siap akan konsekuensinya. Tapi disatu sisi Linia merasa iba kepada Nathala.

Lama berkutik dengan pikirannya akhirnya ia memutuskan untuk membantu Nathala. Ntah konsekuensi apa yang akan ia dapat ia siap.

" apa nona bisa berlari ? " tanya Linia.

Nathala menatap Linia dan menganggukan kepala sebagai jawaban.

" baiklah sebentar " ucapnya dan melepas jas putihnya.

" nona pakai ini " ucapnya memberikan jas putih itu.

Linia juga memberikan sebuah masker kepada Nathala.

" nona bawa nampan berisi obat ini agar tak ada yang curiga " ucapnya.

Linia mulai mengitip melalui celah pintu. Sepi, hanya ada beberapa dokter dan perawat yang berlalu lalang.

Linia menatap Nathala yang telah siap dengan jas putihnya serta masker.

" siap ? " tanyanya.

Nathala mengangguk sebagai jawaban. Jujur saja kini jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.

You are mine !!  [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang