BAB 32

2.9K 154 4
                                    

HAPPY READING
.
.
.
.
.

Sungguh Nathala tak bisa menebak bagaimana jalan pikiran Harlan. Seperti saat ini, ia berubah menjadi seorang pria yang sangat manja layaknya bayi.

" Harlan ayo bangun! Udah siang " kesal Nathala karna Harlan terus saja memeluk tubuhnya sembari terus menduselkan kepalanya diceruk leher wanita itu.

" emm " balas pria itu sembari menggelengkan kepalanya diceruk leher Nathala.

Nathala memutar bola mata malas. Ia lantas berusaha mendorong pria itu agar bangun dari acara memeluk tubuhnya.

" emm sayang gamau " ucap Harlan dan semakin erat memeluk tubuh Nathala.

Pria itu nampak mengerucutkan bibirnya sembari ingin menangis karna Nathala yang mencoba mendorong tubuhnya agar menjauh.

" astaga Harlan! Kamu nangis ? " tanya Nathala lantaran terkejut saat merasakan lehernya yang basah akibat air mata pria itu.

Nathala pun dengan cepat meraih kepala Harlan untuk memastikan apakah benar pria itu menangis.

" kamu sih?! " kesal Harlan dengan nada manjanya.

Nathala hanya bisa tertawa saat melihat raut wajah Harlan yang terlihat lucu saat tengah menangis.

" hahahah ih lucu banget sih sayang aku " ucap Nathala yang tak sadar akan perkataannya.

Harlan-pria itu cukup terkejut mendengar penuturan wanita itu. Ia kini merubah posisinya menjadi duduk sembari menghadap Nathala yang juga sudah dalam posisi duduk.

" kamu tadi bilang apa? Ulangi sekali lagi coba " pinta Harlan dengan senyum mengembang.

Nathala terdiam sejenak, ia menutup mulutnya dengan tangan kanan mikiknya saat sadar akan ucapannya barusan.

Wanita itu menggelengkan kepala saat Harlan mencoba menyuruhnya untuk mengulang perkataannya tadi.

" janji habis ini aku bangun " ucap pria itu sebari mengangkat jari kelingkingnya.

Nathala terus menggeleng, sungguh saat ini ia malu. Ia tak sadar akan ucapanya tadi rasanya ia ingin menghilang saja.

" ayolah sekali saja " pinta Harlan lagi.

Nathala masih diam mencoba menimang sampai tiba - tiba pintu kamar mereka terketuk.

Tok...
Tok...
Tok...

" permisi tuan " ucap seorang pria diluar sana.

Nathala mengalihkan pandangannya menuju pintu kamar ia lantas ingin berdiri untuk membukakan pintu dan menebak bahwa yang mengetuk pintu kamar mereka adalah Haris, tangan kanan Harlan. Namun, tindakanya terhenti saat Harlan mencekal pergelangan tangannya dan memajukan tubunya.

" Harlan awas dulu itu ada Haris lho " ucap Nathala mencoba mendorong dada bidang Harlan.

Harlan menggelengkan kepala, menatap Nathala lekat - lekat.

" ulangin dulu yang tadi, baru aku minggir " balasnya.

Nathala menarik nafasnya, sungguh ia gugup. Hanya untuk mengatakan kata SAYANG saja ia segugup ini.

" Sayang minggir yaa " ucap Nathala malu - malu.

Harlan-pria itu tersenyum senang menatap Nathala.

Cup

Kecupan hangat mendarat tepat dibibir wanita itu membuat pipinya merona karnanya.

" iya sayang, I love you " balas Harlan.

Cup

Kecupan kembali mendarat namun bukan Harlan tetapi Nathala. Wanita itu dengan tiba - tiba mengecup bibir Harlan membuat sang empu terkejut sekaligus senang.

Senyum terukir dibibir pria itu. Ia mendekatkan kepalanya pada telinga Nathala.

" aku akan segera kembali " bisik Harlan sebelum melangkah pergi.

...

Harlan menatap tajam kedepan. Raut wajah pria itu terlihat dingin kala ia mendengar bahwa Lina sudah memulai permainan konyolnya.

" bukankah kita harus segera bertindak tuan ? " tanya Haris yang masih setia berdiri dibelakang punggung tuannya.

" no- " ucap Harlan menggantung sembari menggelengkan kepala.

Ia tersenyum miring kemudian berbalik menatap Haris yang juga tengah menatapnya.

" bukankah tikus sangat suka untuk bermain ?- " tanya Harlan menggantung.

" biarkan dia bermain sebentar sebelum aku mengeluarkan kucing untuknya " lanjut Harlan masih dengan senyum miringnya.

Ia kembali mengubah raut datarnya. Mengambil sebuah wine yang berada dimeja kerja miliknya.

" bagaimana orang tua wanitaku ? Apakah sudah beres ? " tanya Harlan mengalihkan pembicaraan.

Haris menganggukan kepala.

" ya tuan, semua sudah saya urus sebagaimana perintah tuan hanya saja mereka meminta sedikit uang sebagai gantinya " jelas Haris.

Harlan kembali tersenyum miring. Ia menegak winenya secara perlahan.

" mana ada orang tua yang menjual anaknya pada seorang psycopat, apakah mereka pantas disebut sebagai orang tua ? " tanya Harlan yang terlihat marah.

" apakah kita harus membunuhnya tuan ? " tanya Haris meminta persetujuan sang tuan.

" jangan, mereka adalah orang yang berjasa- " balas Harlan menggantungkan ucapannya. Ia menuangkan sedikit wine kedalam gelas kaca miliknya.

" berjasa dalam menyerahkan anaknya secara sukarela " lanjut Harlan tertawa bak iblis sebelum akhirnya meminum wine miliknya.

...

Hello besti 👋
Sorry ye telat post belum jadi soalnya wkwkw...
Sorry juga klo g nyambung lgi mls soalnya.
Selamt juga yang punya ayang, selamat bermalam minggu.
Dh sih segitu saja selamat membaca jangan lupa vote and comment.

THANK YOU

You are mine !!  [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang