BAB 38

2.3K 125 4
                                    

HAPPY READING
.
.
.
.
.

" apa kau lupa? kau masih memiliki ku disini " balasnya dan tersenyum manis.

...

BUG!!

Suara tulang yang menyentuh lantai dingin terdengar amat keras saat seorang pria bertubuh kekar membanting tubuh gadis yang sudah amat lemas karna siksaan yang tak henti - hentinya.

Tak...
Tak...
Tak...

Suara sepatu pantofel yang menggema disegala penjuru ruangan yang hanya memiliki satu penerangan. Ruang yang penuh dengan bercak darah serta bau anyir yang amat sangat enak bagi orang itu.

Serra-ia menatap samar wajah pria itu. Matanya mempertajam saat secara perlahan orang itu mulai mendekat.

" Kau- " Mata Serra membelalak kaget.

Seringai iblis mulai muncul dibibir seksi seseorang itu.

Bughh!!!

Dengan tiba - tiba ia membanting kepala Serra dengan amat keras sehingga menimbulkan suara dan menyebabkan darah membanjiri kepala Serra.

Sepatu pantofel itu mulai bergerak menuju lengan Serra dan menginjaknya serta terus menekan lengan itu kuat.

" Akhhh!!! cu-cukup! Kumohon bunuh aku! Bunuh! " Ucap Serra berteriak histeris.

Dia-Harlan, hanya tersenyum sembari menikmati lantunan merdu dari Serra. Gadis itu mulai terisak karna tak kuasa menahan pening dikepala serta rasa sakit yang menjalar di lengannya.

Merasa kurang puas akan siksaan yang diberikannya untuk Serra pria itu lantas menjauh dan memerintah anak buahnya untuk mengangkat tubuh gadis itu diatas meja.

Serra hanya pasrah, pasalnya tubuhnya benar - benar sudah cukup lemas. Hanya sisa - sisa tenaga yang ia punya untuk sekedar bernafas.

Harlan berjalan mendekat menuju meja Serra. Dirinya tampak terlihat tampak tenang namun matanya menyorot tajam layaknya seekor elang.

" Kau ingin mati bukan? baik, aku akan segera mengabulkan permintaan mu " Ucapnya dan menyuntikkan cairan yang membuat tubuh Serra terasa kaku layaknya seorang patung.

" Mari kita mulai- "

" Kumohon bunuh aku "

" Nikmati permainannya " Sambung Harlan menyeringai.

Harlan mulai memilih pisaunya. Sejenak menatap Serra yang tampak sudah ketakutan.

" Hahaha apa kau sangat tidak sabar huh? " Tawa Harlan menggema membuat Serra semakin merasa ketakutan.

" em.. Mari kita pakai ini, sepertinya ini cocok untuk memotong tangan kotor mu itu " Ucap Harlan lagi dan berjalan mendekat.

Menyentuh perlahan tangan itu " Cantik " Puji nya tersenyum.

Ctak!!!

Satu jari berhasil lolos dan terputus membuat Serra berteriak semakin histeris.

" Satu "

Ctak!!!

" Dua "

Ctak!!!

" Tiga!! "

Tepat pada hitungan ketiga tangan Serra terputus membuat darah semakin mengalir deras.

" Wow!! Perfect, ini menyenangkan! Kau terlihat cantik jika seperti ini! Sangat cantik " Seru Harlan lagi.

" Hiks... Hiks... Kumohon bunuh saja aku " Mohon Serra dengan tangisnya.

" Apa? Membunuh mu? Tentu saja aku akan membunuhmu- " Ucapan Harlan terjeda.

" SECARA PERLAHAN!! " Lanjut Harlan dan menusuk pisaunya dilengan Serra, menekannya agar semakin dalam membuat Harlan tersenyum lebar saat menikmati lantunan merdu Serra.

" Harlan! " Panggil seorang wanita yang sudah menangis setelah melihat sendiri apa yang dilakukan Harlan pada Serra. Kejam, benar - benar kejam.

Harlan menatap wanita itu dengan senyum manis. Dirinya berjalan mendekati Nathala wanitanya. Tangannya terangkat untuk menyentuh pipi wanita itu, namun dengan cepat Nathala menghindar membuat Harlan menatap heran.

" Hiks... Aku takut " Ucap Nathala menatap penampilan Harlan yang terlihat menyeramkan karna darah yang terciprat dimana - mana.

...

" Apa?! Bagaimana mungkin dia bisa kabur?! " Marah Linia menatap tajam anak buahnya satu persatu.

" Kenapa kalian ini sungguh tidak berguna hah?! Kalian memang bodoh ya?! " Makinya terus menerus.

" Namun kami sungguh sudah menyuruh salah satu anak buah untuk membawa nya kemari dan menjaga nya nyonya " Jelas salah satu dari mereka.

" Oh ya?! Lalu mana buktinya?! Mana anak buah tak berguna mu itu hah?! " Tanya Linia marah.

" Dia-, kemana dia ? " Tanya nya pada bawahannya.

" Dia siapa tuan? Saya sedari tadi hanya menunggu perintah darimu, saya tidak mengerti apa - apa " Jelas bawahan itu.

" Apa?! Bagaimana mungkin! Jelas - jelas aku menyuruh seseorang membantuku tadi " Jelasnya pada Linia.

Linia yang mendengar penjelasan dari kedua anak buahnya itu merasa marah setelah mengetahui siapa pelaku sebenarnya.

" Haris! Sebenarnya kau berpihak kepada siapa hah?! " Ucapnya marah dan berjalan meninggalkan tempat itu.

" Sepertinya dia sudah mengetahui siapa saya yang sebenarnya tuan " Ucap seseorang pada telepon genggamnya.

" Kembalilah, permainan kita akan segera dimulai " Balas seorang disebrang dan mematikan telepon secara sepihak.

...

Halo - halo gimana nihh partnya bagus ga?
Komen dong jangan lupa vote juga yaa...
Author menerima saran & kritik ko wkwk

THANK YOU


You are mine !!  [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang