BAB 35

2.6K 140 4
                                    

HAPPY READING
.
.
.
.
.

Haris menatap tajam mata Lina saat wanita itu telah sadar dari pengaruh alkoholnya.

Tatapan yang tajam benar - benar membuat nyali Lina menciut. Ia sedikit gugup bukan takut ya?! Hanya gugup! Catat itu gugup!.

Haris mendekatkan wajahnya mentap tajam mata itu " kau merencanakan sesuatu tanpa memberitahu ku nona ? " tanyanya yang semakin mendekatkan wajahnya membuat udara disana seolah menipis.

Lina perlahan memundurkan wajahnya ia seolah kehilangan pasokan udara saat Haris menatapnya setajam ini. Ia mencoba mengalihkan pandangannya tetapi hal itu percuma saat Haris kembali meraih dagunya agar benar - benar menatapnya.

" tatap aku nona manis " ucapnya dan memberikan seringaian diakhir kakimatnya.

Lina kembali menatap mata itu, mata yang menyiaratkan akan kemarahan.

" aku hanya ingin kau fokus pada Harlan saja, lagipula jika menyangkut tentang Nathala aku cukup ahli dalam hal itu jadi kau tak perlu khawatir " balas Lina yang mencoba menjelaskan walaupun dirrinya sangat gugup saat ini.

Haris menjauhkan wajahnya, ia menatap kelain arah dengan tatap marah.

" apa kau merasa aku tak berguna ? " tanya nya.

Lina yang mendengar ucapan Haris pun menggeleng cepat.

" bukan seperti itu, kau bukan tidak berguna justru karna kau sangat berguna bagiku aku tak ingin membuatmu menjadi kebingungan karna harus melakukan banyak pekerjaan yang aku yakit tak semudah itu " jelas Lina panjang lebar.

Haris tersenyum miring, ia menatap Lina mengambil beberapa helai rambut dan menyelipkannya dibelakang telinganya.

" kalau begitu kau akan memberitahu ku semua rencana mu bukan ? Aku bisa segera menyelesaikan pekerjaanku jika kau memberitahu kan semua rencana mu " ucap Haris.

Lina menatap mata Haris yang mulai meredakan amarah. Ia tersenyum menganggukan kepala " of course, kau adalah kepercayaan ku bagaimana mungkin aku tak memberitahu mu bagaimana rencana ku " jawab Lina yang mulai menerangkan tentang bagaimana rencananya kali ini.

...

" hei!! Lepaskan aku brengsek!! " suruh seorang wanita yang terus - menerus berteriak meminta untuk melepaskan tali yang mengikat ditangan serta kakinya.

Wanita itu bahkan sudah terluka akibat tamparan dari seorang maid yang telah menjebak bahkan mengancamnya.

Serra-nama maid yang yang telah dengan berani menamparnya. Ia juga seorang maid yang Nathala pikir bisa menjadi teman berbagi cerita.

Namun, semua yang Nathala lihat dari sifat baik hati Serra membuat Nathala ragu bahwa yang berada dihadapanya ini adalah seorang maid yang terkadang menjadi teman ceritanya.

Serra tak henti - hentinya menatap tajam Nathala kala ia terus berteriak meminta untuk dilepaskan. Serra melangkah mendekat, tepat berada dihadapan Nathala ia meraih dagu wanita itu kasar.

PLAKK...

Satu tamparan kembali mendarat dipipi tirus milik Nathala. Akibat dari tamparan itu pula sudut bibirnya mulai mengeluarkan darah.

Serra kembali meraih dagu Nathala saat wanita itu menundukan kepalanya. Serra sedikit mencengkram dagu Nathala membuat sang empu meringis kesakitan.

" Apa kau tuli nona?! Sudah kubilang diam! Jika bukan karna tuanku sudah ku robek mulut mu itu! " sentaknya dan melepaskan cengkramannya secara kasar.

Nathala menundukkan kepalanya kala Serra melepaskan cengkramannya pada dagu miliknya. Perlahan ia mulai memitihkan air mata batinnya mulai berdoa agar Harlan segera menyelamatkannya dan membawanya pergi dari tempat ini.

Tanpa mereka sadari terdapat seseorang yang sedari tadi berdiam diri dari arah yang cukup dekat. Orang itu tampak melihat semuanya dimana seorang wanita yang hanya seorang maid telah menampar tuannya, bahkan membuat tuannya terdiam akan tamparan yang telah dilakukannya.

Seseorang itu tampak tersenyum miring, ia masih ingin menikmati permainan ayolah biarkan dirinya bersenang - senang terlebih dahulu sebelum dirinya mengeluarkan kucingnya.

" bertahanlah sebentar baby, permainan akan segera dimulai " ucapnya pelan dan melangkah pergi dari sana.


...

Drrttt... Drrtt...

Suara dering telepon membuat Harlan mengalihkan pekerjaannya pada benda pipih itu. Ia lantas melihat siapa yang menelponnya dipagi hari seperti ini. Tanpa sadar pria itu memutar mata malas setelah mengetahui bahwa si penelepon adalah adiknya.

Setelah sekian menit akhirnya ia pun memutuskan untuk menekan ikon hijau ponselnya.

" APA KAU SESIBUK ITU HINGGA MENGABAIKAN TELEPONKU HAH?! " Seru Harald disebrang sana.

Terdengar nada marah dan suara bising disana.

" hm " bukan jawaban melainkan deheman yang keluar saat adiknya itu mengomel.

" APA BIBIRMU SARIAWAN HINGGA TAK DAPAT BICARA ? ATAU KAU MEMANG TERLAHIR BISU ?! " Sentak Harald lagi.

Harlan menghela nafas lelah dengan ucapan adiknya yang mungkin memang selalu menyakiti seseorang.

" Ck. what is it ? " tanya Harlan dengan nada malasnya.

Harald yang mendengar pertanyaan kakaknya pun mulai menjawab sembari mengomel.

" HEH KUTUB UTARA! LAIN KALI KALO NYURUH ORANG DATENG TUH DIJEMPUT DONG!! GIMANA SIH EMANG SESIBUK ITU NIKAHIN ANAK ORANG ? ATAU LO NGEBET MALAM PERTAMA HAH ?! " Tanya Harald disebrang sana membuat sang kakak hanya mampu diam.

" Udahlah ngga usah mikirin nanti gimana pas malam pertama ntar gue kasih linknya biar pas malam pertama ga kaku, yang penting sekarang gue jemput!! Kasihan pacar gue tidur dikursi bandara gara - gara nunggu lo ngangkat telepon!! " serunya lagi.

Harlan yang mendengar semua omelan dari adik kembarnya pun hanya berdeham.

" hm 10 menit lagi Haris datang menjemputmu " jawab Harlan dan menutup teleponnya sepihak.

Ia kemudian mulai fokus kembali pada pekerjaannya dan tak lupa ia terus memantau bagaimana keadaan wanitanya.

...

Hai...
Pa kabar gusy?? Semoga selalu baik deh
Hari ini author up nihh sapa yang dah nunggu?!!
Maaf kalo dikit atau ga nyambung soalnya lagi malas.
Wkwkw...
Jangan lupa senyum hari ini...
Papay....

THANK YOU

You are mine !!  [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang